Jumat, 30 Desember 2011

Kemah Menulis 2011, Hari Keenam, Hari Terakhir!! :')

30 November 2011...

Pagi itu bangun dengan kepala nyut-nyutan, hasil begadang semalam. Kamar lumayan kalang kabut karena hari itu harus ke kantor Mien R. Uno Foundation yang sedikit lebih jauh, jadinya harus berangkat lebih pagi. Saya lalu menyeduh kopi, berusaha menghilangkan sakit kepala. Lalu memutuskan dengan cepat untuk tidak mandi menghemat air. Harus peduli lingkungan bukan. Toh, kemarin sorenya saya sudah mandi. Hahaha.

Berangkatlah saya dan teman-teman ke sana. Dengan naik bus yang super padat penumpang. Berdiri pun padat empet-empetan. Tapi seperti pepatah lama karangan saya sendiri. It's no matter how you traveling, it's about who you travelling with. Jadi mau naik apa juga, semenderita apa juga, asalkan bersama orang-orang yang kalian senangi, rasanya akan tetap menyenangkan, sort of. Hehehe. Tapi memang hari itu perjalanan rasanya tidak begitu berat buat saya walaupun harus menggantung karena tidak dapat tempat duduk. Tetap seru karena sambil ngobrol dan bercanda dengan Ka Vando, Bang Ayos, dan teman-teman yang lain.

Di kantor Mien R. Uno Foundation kami kemudian diajak untuk berwirausaha. Kami dipertemukan dengan beberapa pengusaha muda yang sedang merintis usahanya. Yang pertama adalah dua orang pengusaha muda yang berjualan jagung yang dikemas dalam cup dan dijual berkeliling. Dua orang mas-mas ini *saya lupa namanya* benar-benar menginspirasi saya dari perjuangan mereka merintis usaha. Mereka benar-benar berjuang dari nol, dengan modal seadanya. Tapi, ada hal yang kurang mengena bagi kami. Yaitu, saat ditanyakan mengenai rencana kedepan dalam pengembangan bisnis mereka. Dengan santainya mereka menjawab: "Kalian tahu pohon? Nah, pohon itu tanpa diapa-apakan pasti akan tumbuh. Kami juga seperti itu."

Bagi teman-teman yang telah termotivasi dari beberapa sesi sebelumnya, tenatu saja kurang puas dgn jawaban tersebut. Kenapa? Karena kesannya kurang memotivasi kami yang bahkan belum memulai usaha. Saya cukup mengerti apa yang dimaksud dari kedua pengusaha tersebut bahwa mereka memilih "go with the flow", nggak ngoyo untuk mencari keuntungan. Tapi mungkin dapat ddijelaskan dengan mencari perumpamaan lain. Selain pohon maksudnya. Pengusaha kedua adalah wirasastawan muda yang menjalankan usaha penjualan sepeda lipat, atau folding bike. Pandai melihat pasar dan didukung modal yang mumpuni, si pengusaha kedua ini dapat menuai keuntungan yang lumayan. Kali ini dilengkapi pula dengan rencana kedepannya. Pengusaha ketiga adalah pengusaha konveksi. Saya jujur kurang mendengarkan penjelasan Mbak pengusaha yang ketiga ini. Soalnya saya ngantuk berat, kopi yang diminum tadi pagi rupanya kurang mempan. Selesai materi di kantor Mien R. Uno Foundation, kami kembali ke apartemen. Bersiap untuk acara penutupan di J.W. Marriott.

Sorenya, berangkatlah kami ke J. W. Marriott. Kali ini saya mandi dong. Horeee.. Di sana kami sempat mendengar kuliah singkat dari Prof. Arief Rachman, salah satu tokoh pendidikan di Indonesia. Lalu berbincang dengan Pak Nanan Sukarna yang kemarin belum sempat bertemu di Mabes Polri karena harus ke Aceh. Acara dimulai dengan beberapa sambutan. Lalu kuliah singkat oleh Pak Dahlan Iskan, yang saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN. Beliau memaparkan perkembangan masyarakat ekonomi menengah yang turut menyokong ekonomi Indonesia dan diharapkan nantinya akan membantu pertumbuhan ekonomi kita. Juga ada pembacaan naskah essay yang memenangkan juara pertama yang malam itu dilakukan oleh Mira Lesmana. Saat essay Dhiora tersebut dibacakan, saya yang cengeng hampir nangis, untunglah Pak Toriq Hadad duduk di depan saya. Saya jadi malu buat nangis. Heheh.

Acara pun resmi selesai. Saya tanpa sadar flashback ke beberapa hari sebelumnya. Saya merngingat-ingat diri saya sebelum mengikuti acara ini. Rasanya ada yang berbeda. Tiba-tiba saja saya yang serba pesimis dengan Indonesia merasa tidak se-pesimis dulu lagi. Sebelumnya, saya memang menuliskan tentang membangun rasa optimis untuk mengubah Indonesia. Tapi selama ini saya pun tidak se-optimis itu. Apalagi setelah mempelajari hukum, melihat bahwa yang terjadi di masyarakat benar-benar jauh dari yang dicita-citakan dari hukum itu sendiri. Rasa optimis kadang dikalahkan oleh keinginan untuk realistis. Melihat sesuatu apa adanya, tidak berharap banyak.

Tetapi setelah mengikuti kegiatan ini selama enam hari, saya sadar bahwa masih banyak orang-orang yang peduli dengan Indonesia. Bukan hanya peduli, tapi benar-benar melakukan sesuatu untuk negara ini. Saya merasa beruntung bisa menemukan lagi rasa cinta saya kepada Indonesia melalui acara ini. Sayapun berpikir, jika sekolah-sekolah atau universitas-universitas mengubah proses orientasi siswa/mahasiswa baru dengan kegiatan semacam ini, tidak persis, cukup disesuaikan, maka pastilah akan jauh lebih baik dan bermanfaat. Dibandingkan ospek-ospek yang tidak jarang memakan korban.

Malam itu saya senang sekaligus sedih. Senang karena telah mendapatkan ilmu yang melimpah. Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman yang baru mulai saya kenal dengan baik. Kekhawatiran awal saya mengenai kegiatan ini, pesereta-peserta lain, akhirnya tidak terbukti. Kegiatannya benar-benar menarik dan jauh dari membosankan. Peserta-pesertanya menyenangkan dan sama sekali saya tidak merasa tersingkirkan mengngat saya berasal dari luar Jawa. Rupanya saya yang telah terjebak dengan stereotip bahwa teman-teman yang dari Jawa sering diskriminatif terhadap kami sesama penduduk Indonesia namun berasal dari luar Jawa. Memang saya pernah mengalaminya beberapa kali, tapi saya seharusnya tidak lantas melakukan generalisasi terhadap tea-teman lainnya. Maaf yaaa... :')

Banyak hal yang tidak dapat saya jelaskan secara eksplisit disini. Yang jelas, pengalaman ini benar-benar berkesan bagi saya. Buktinya, hari ini, sebulan dari acara tersebut, saya masih dengan semangatnya menulis tentang event ini. Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa saya menulis pengalaman mengikuti Kemah Menulis hingga enam postingan. Saya berpengalaman, saat saya ingin mencari tahu mengenai kemah menulis yang diadakan tahun lalu, sulit sekali memperoleh informasi yang dapat menjelaskan kegiatan ini. Apakah kegiatan ini membosankan? Mengingat namanya adalah Kemah Menulis, sangat identik dengan kesan serius dan formal. Hari ini belajar membuat essay, besok latihan menyempurnakan EYD. Tidak heran teman saya bertanya "Kamu kenapa? Capek karena seminggu tidak melihat matahari?" mengira kegiatan yang saya ikuti melulu dilakukan di dalam ruangan. Bukannya tidak menarik, hanya kurang menarik bagi sebagian besar kaum muda yang inginnya sesuatu yang lebih interaktif dan atraktif. Maka, saya berharap, dengan saya menulis sedikit mendetail mengenai acara ini, akan lebih menarik bagi siapapun yang ingin tahu kegiatan dari Kemah Menulis ini. Syukur-syukur bisa termotivasi untuk mengikuti kompetisi essay yang sama tahun depan.

Hal lain yang memotivasi diri saya untuk menuliskan cerita ini hingga enam seri, adalah saya ingin mendisiplinkan diri saya untuk menulis. Dan saya akui rasanya sulit. Maka saya berinisiatif untuk memulainya dengan menuliskan salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya, yaitu Kemah Menulis ini. Setidaknya, dengan menuliskan hal-hal yang saya sukai, saya lebih mudah mendisiplinkan diri.

Hari itu tanggal telah berganti menjadi tanggal 1 Desember. Sekitar pukul setengah 3 subuh. Saya berdiri di depan lobi apartemen ditemani beberapa teman. Seingat saya Rini, Raisa, Mbak Mita, dan Sisil, lalu ada Teguh, Dhiora, Bayu, dan Mas Bimo yang sudah susah-susah mencarikan Taxi. Maaf kalau ada yang terlupa. Saya pun berangkat ke bandara, siap meninggalkan Jakarta dengan penerbangan pukul 4 subuh. Minggu yang sungguh berarti bagi saya. 6 hari yang memperkaya wawasan, 6 hari yang menata ulang perasaan saya. Kepada diri saya, kepada orang-orang di sekitar saya, kepada negara ini. Selama ini menurut saya kalimat "I Love Indonesia" is a big bullshit, but since that day, I do love this country. Even I still wont say "I Love Indonesia", I am now trying to show Indonesia that I mean it. Dan apa yang lebih indah dari cinta yang ditunjukkan?

NB: Thanks for reading this such a shallow blog. I do hope you enjoy it!

1 komentar:

  1. terima kasih uda berbagi informasi. saya pengen ikutan Kemah Menulis Tempo, doakan yaaa..
    Semoga ilmu yang kamu bagi bisa berguna buat orang lain.. :D

    BalasHapus