Jumat, 26 Oktober 2012

Read and Writing, Books and Author

Halo temans,
Selamat Idul Adha :)

Tiap kali mengucapkan selamat Idul Adha saya jadi ngeblank selanjutnya mau tulis apa. Hahaha. Ummm, mungkin bagusnya saya mengutip tweet Mas Goenawan Mohamad:
"Yang dirayakan hari ini adalah keikhlasan yang tak minta dirayakan."
Jadi begitulah kira-kira. hehe

Postingan kali ini sy maksudkan untuk menuliskan tentang buku-buku terakhir yang saya baca dan penulis mana yang sedang saya kagumi. Saya bermaksud menjadikan hal ini kebiasaan rutin. Menulis tentang beberapa buku atau penulis di blog ini. Maksudnya untuk berbagi bahan bacaan dengan orang lain, plus untuk menjadi feedback dari kegiatan membaca saya. Here we go!

-Buku-
Hari kamis kemarin saya baru meminjam 2 buah buku di tempat rental. Yang pertama judulnya Truly, Madly karangan Heater Webber, dan yang kedua judulnya The Espressologist karangan Kristina Springer.


Tidak tahu kenapa di mesin pencari Google sy sulit menemukan cover versi Indonesia dari kedua buku tersebut. Cover Truly, Madly hampir identik dengan versi Indonesia nya, tapi cover The Espressologist beda jauuuuuuh sekali dari versi yg terbit di Indonesia. 

Untuk yang suka buku dengan genre roman kedua buku ini lumayan menghibur. Bonusnya adalah, tidak ada adegan percintaan yg belebihan, dan banyak pengetahuan baru yg bisa didapatkan. Di buku The Espressologist sy belajar tentang kopi yang ternyata bisa diracik menjadi ratusan, ya ratusan, jenis minuman. Setelah membaca buku ini saya langsung terkagum-kagum dengan profesi barista. Oh iya, di akhir buku ada resep racikan beberapa jenis kopi. Asyik!

Saya tidak bermaksud membuat review terhadap kedua buku ini. Yang ingin sy ceritakan adalah saya memilih kedua buku ini dengan sambil lalu di tempat rental, setelah membaca keduanya, saya terkejut karena kedua buku ini secara umum bercerita tentang hal yang sama. Matchmaking a.k.a Makcomblang. Aduh. Kedua buku ini bercerita tentang usaha menjodohkan orang-orang. Kalau buku Truly, Madly bercerita tentang perjodohan melalui aura, The Espressologist menjodohkan orang-orang berdasarkan kopi yg mereka minum. hahahaha. Ajaib sekali dua buku ini jatuh di  tangan saya dalam minggu yg sama.

-Penulis-
 Nah, kali ini tentang penulis. Penulis yang belakangan ini sedang saya kagumi adalah Rick Riordan dan Mario Puzo.

Rick Riordan



Mario Puzo

Buku Rick Riordan pertama yang saya baca adalah The Throne of Fire dari Seri The Kane Chronicles yang ceritanya disesuaikan dengan legenda Masir Kuno lengkap dengan dewa-dewa dan karakteristik mereka. Awalnya saya ingin membaca seri Percy Jackson yang berdasarkan legenda Yunani Kuno, tapi karena kebiasaan buruk saya adalah malas membaca buku yang sudah kepalang difilmkan, akhirnya saya meninggalkan Percy Jackson. Buku yang terakhir saya baca adalah The Lost Hero dari seri Heroes of Olympus yang memunculkan Legenda Romawi Kuno. Rick Riordan memang jenius. Sejak dulu saya tertarik dengan semua legenda-legenda kuno tersebut, tapi malas membaca literatur yang sifatnya terlalu formal. Maka buku-buku Rick Riordan semacam solusi bagi otak saya yang lebih suka cerita fantasi. Oh iya, kalau disuruh memilih diantara kedua seri yang pernah saya baca, sy lebih memiih seri Kane Chronicles yang menurut saya humornya lebih lucu dengan sarkasma ala British. Hehe.

Mario Puzo. salah satu lelaki Itali favorit saya. Dari semua buku Mario Puzo saya baru membaca The Godfather dan Omerta. Saya bermaksud membaca The Last Don tapi belum berhasil menguatkan diri untuk menyewa. Masalahnya buku The Last Don yang ada di tempat rental langganan saya sudah lumayan tua, sementara saya alergi debu buku tua. Mungkin minggu depan. Yah, pada dasarnya saya suka semua buku yang bersetting Italia atau bercerita tentang Italia atau apapun itu yang menyinggung tentang Italia. Maafkan saya, tapi sepertinya saya memang terobsesi. heheh. Saya tidak pernah menonton film The Godfather yang fenomenal itu. Tidak. Saya memilih membaca bukunya terlebih dahulu sebelum menonton film nya. Saya tidak mau merusak kebahagiaan membaca buku tersebut karena harus terbayang-bayangi oleh para pemeran filmnya. Hal yang akhirnya saya sadari setelah Harry Potter dan Twilight Saga. Saya tidak keberatan dengan Hary Potter sebenarnya, yang jadi masalah besar saya adalah para pemeran Twilight Saga. Hehehe. Tapi setelah membaca The Godfather saya malah semakin malas saja mencari filmnya. hehe. Saya suka cara Mario Puzo menggambarkan hal-hal dalam kehidupan mafioso dengan ringan. Misalnya tentang pengampunan dalam buku Omerta. Saat Don Aprile berdebat dengan Nicole anaknya mengenai hukuman mati. Don Aprile berpendapat dengan ia mengampuni seseorang yang telah bersalah ia telah mengambil tugas Tuhan. Maka menurutnya, manusia seharusnya tidak mengampuni manusia lain karena itu menghina Tuhan. Bukan berarti saya setuju, tapi tetap saja, argumen tersebut menarik. Hehe. Masih banyak buku Mario Puzo lain yang belum saya baca, mudah-mudahan kapan hari saya bisa menemukan buku-buku tersebut.

That's all for today. Kapan-kapan kita cerita tentang buku-buku yang lain lagi. :)

Sabtu, 20 Oktober 2012

Hargai Pendidikan, Belajarlah dari Malala

Malala Yousufzai.

Kenalkah anda dengan nama di atas? Saya tidak akan heran jika anda belum mengenal nama tersebut. Saya pun mungkin tidak akan tahu siapa Malala dan bagaimana kisahnya jika tidak membaca twit dari seseorang yang saya follow di twitter beberapa waktu lalu. Saya lalu mencari tahu lebih banyak tentang Malala melalui mesin pencari di internet, dan menemukan banyak sekali informasi mengenai gadis ini.

Militan Pakistan Tembak Aktivis Remaja Putri Pakistan. Pada tanggal 9 Oktober kemarin, Malala ditembak oleh seseorang bertopeng pada saat pulang sekolah dengan menggunakan bus. Si penyerang menanyakan siapakah diantara para siswa yang bernama Malala dan mengancam akan menembak semua siswa jika tidak ada yang mengaku. Akhirnya Malala mendapat tembakan di kepala dan di leher, sementara dua siswa lain ikut terluka akibat penembakan tersebut. Mengapa Malala ditembak?

Ternyata Malala bukan gadis biasa. Sejak tahun 2009 ia telah memulai pergerakan untuk menuntut haknya yang paling dasar: pendidikan. Pada saat itu, milisi Taliban mengeluarkan peraturan yang melarang televisi, musik, pendidikan bagi anak perempuan, dan berbelanja bagi wanita. Akibat perintah tersebut, banyak sekolah khusus perempuan yang ditutup. Beberapa sekolah yang ditutup bahkan kemudian dihancurkan. Malala mempertanyakan hal ini. Dengan bantuan reporter BBC untuk Pakistan, Malala mulai menulis tentang hidup dibawah tekanan Taliban dengan menggunakan nama samaran "Gul Makai". Tulisan Malala inilah yang pertama kali membuatnya banyak dikenal.

Ia tidak berhenti hanya pada tulisan. Ia kemudian mulai muncul di televisi untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. Selain itu, ia juga aktif berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang mendukung pendidikan di negaranya. Pada puncaknya, ia dinominasikan sebagai penerima International Children's Peace Prize pada Oktober 2011.

Taliban secara terbuka mengklaim serangan tersebut merupakan perbuatan mereka. Malala dicap sebagai pro-Barat, yang maka dari itu harus dibunuh.

Aktivis Remaja Putri Pakistan yang Terluka Dikirim ke Inggris. Saat ini Malala sedang memperoleh perawatan di Inggris, dan dikabarkan kondisinya semakin membaik. Sedangkan di Pakistan sendiri, dukungan bagi remaja pakistan terus mengalir, namun Taliban masih ditakuti. Masyarakat turun ke jalan memprotes penembakan Malala, tapi para politikus tidak berani mengambil langkah lebih jauh karena takut menjadi sasaran Taliban yang berikutnya.



Terlepas dari kondisi politik dan kebijakan nasional Pakistan yang menjadi negara tempat Malala tumbuh, kisah Malala seharusnya dapat mengingatkan kita pada satu hal: Pendidikan itu harganya "mahal".

Bagi sebagian kita yang dapat mengakses pendidikan dengan mudahnya tidak pernah menyadari bahwa pendidikan itu mahal. Dan "mahal" bukanlah semata-mata tentang angka. Mahal dapat berarti sulitnya mencapai sekolah jauh dari rumah. Mahal dapat berarti jembatan yang hampir putus yang harus diseberangi saat ke sekolah. Mahal dapat berarti seragam yang tidak dapat dibeli oleh orang tua. Mahal dapat berarti tidak ada guru datang ke sekolah. Mahal dapat berarti tidak ada pendidikan sama sekali untuk perempuan. Mahal dapat berarti hak mu untuk mendapatkan pendidikan tidak bisa kau miliki. Pendidikan itu mahal.

Maka bersyukurlah saat perjalananmu ke sekolah mudah dan tanpa hambatan. Bersyukurlah jika satu-satunya yang harus kau khawatirkan saat ke sekolah adalah mungkin kau akan akan terlambat. Bersyukurlah saat gurumu masih mau berbagi ilmunya walaupun ia galak. Bersyukurlah kau bisa ke sekolah tidak peduli gender mu apa. Karena di belahan bumi yang lain, ada yang benar-benar memperjuangkan hak mereka untuk memperoleh pendidikan. Malala Yousufzai memperjuangkan hak untuk memperoleh pendidikan dan ia ditembak karena perjuangannya tersebut.

Pendidikan adalah salah satu hak dasar yang wajib dijamin terpenuhinya oleh pemerintah. Rights to a Free Education adalah salah satu hak dasar yang merupakan turunan dari HAM generasi kedua yang diperkuat dengan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights. Sudah sepantasnya lah negara menjamin hak untuk memperoleh pendidikan diperoleh oleh warganya.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, sudah sewajarnya jika kita bersyukur bahwa negara membuka pintu bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Tapi bukan berarti kita tidak memiliki pekerjaan rumah di bidang pendidikan. Hal yang menjadi perhatian besar pada pendidikan Indonesia saat ini adalah tawuran antar pelajar. Sungguh memalukan jika pelajar kita masih melakukan tawuran yang pada akhirnya memakan korban.

 Bukankah ini sebuah ironi? Di saat seorang Malala hampir saja terbunuh karena berani menyuarakan tuntutannya untuk memperoleh pendidikan, pelajar Indonesia malah menyerang sesamanya hanya karena berbeda sekolah. Mungkin sebaiknya kisah tentang Malala ini disebarluaskan di kalangan pelajar, agar menjadi pelajaran bahwa bagi sebagian orang, pendidikan itu tidak murah. Maka berhentilah memerangi sesama dan bersyukurlah kita tidak memperoleh dua butir peluru hanya karena ingin sekolah.

Kamis, 04 Oktober 2012

When Life Gives You Lemon! ;)

When life gives you lemon, make lemonade.
Inti dari quotes ini adalah saat kau merasakan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidupmu, buatlah itu jadi menyenangkan. Seperti dari lemon yang asam menjadi lemonade yang manis dan menyegarkan. Itu kata quote.

Beberapa orang memodifikasi quote ini menjadi
When life gives you lemon, make lemonade. 
Or squeeze it in people's eyes. 
Kalimat tambahannya, or squeeze it in people's eyes, kurang lebih berarti "peraslah di mata orang-orang". Sisi jahat diri saya menafsirkan kalimat tersebut sebagai ajakan untuk mengajak orang lain merasakan yang saya rasa, seperti membuat mereka merasakan apa yang saya rasa.

Hidup memang tidak selamanya manis, selalu ada hal yang mengingatkan kita bahwa hidup itu "nyata" bukan mimpi. Beberapa dari kita mungkin tengah bingung menentukan masa depan. Beberapa malah bingung memandang masa lalu. Ada komplikasi yang terus menerus meneror. Judul tugas akhir yang belum bersedia bertamu ke kepala, atau skripsi yang belum bersedia pula berpindah dari kepala ke ujung jari yang lincah. Selalu ada hal merisaukan kita.

Tapi hidup memang tetap berjalan, tidak peduli kau begitu lelah bekerja atau begitu lelah memposkan hal-hal yang tidak penting pada akun twittermu. Hidup masih dengan semangatnya memperlakukanmu sesuai caranya. Kau ditempa dengan kuat, agar kau terbentuk menjadi pribadi yang kuat pula. Masalah datang menamparmu dengan keras, agar berikutnya saat ia datang, pipimu sudah tidak selemah sebelumnya. Saya selalu memotifasi diri saya agar melihat masalah sebagai hal yang akan menguatkan saya.

Tapi kadang memotifasi diri tidak semudah biasanya. Setiap orang punya batas mereka masing-masing, jadi saat lemonmu tidak dapat kau racik menjadi lemonade yang manis, cukup peraskan ia ke mata orang-orang. Beberapa masalah memang tidak untuk ditangani sendiri, mungkin harus ada orang yang ikut merasakannya. Agar kita dapat dewasa bersama. Mata mereka akan pedih karena asam dari lemon, maka menangislah bersama. Beberapa hal terlalu berat untuk ditangisi sendiri.

Ah, akhirnya saya jadi meracau tidak jelas :)

Here, some other advice:
You know, you can always run.

In case lemonade didn't help you much. Hehe


Good advice, the cat's unhappy and full of desire to scratch your face.


The Best One! Sometimes, you just have to get mad and throw all the lemons to your enemies ;)