Rabu, 14 November 2012

Friend for Life :)

I sometimes feel lonely. But not today. Today, I thank to God for giving me such a fantastic friends. Here's the tale...


Kemarin, 13 November 2012, adalah salah satu hari ter-hectic di hidup saya. Bukan hanya sibuk secara fisik, tapi juga mental dan emosi. Sudah beberapa hari saya diantar tidur oleh hapalan dasar-dasar hukum pidana dan dibangunkan oleh contoh kasus perbankan. Hampir seminggu belakangan ini pikiran saya tidak pernah istirahat untuk berpikir, menghapal, mengira-ngira kemungkinan terburuk, merancang pertanyaan dan menjawabnya sendiri, semua karena ujian skripsi. Seumur hidup rasanya saya tidak pernah khawatir dengan segala macam bentuk ujian. Saya bukan tipe orang yang rajin belajar, dengan malu saya akui itu. Ujian selama ini saya jalani biasa-biasa saja. Saat ada soal yang tidak bisa saya jawab, saya cukup mengosongkan lembar jawaban saya. Bagi saya ujian sesimpel itu. Tapi ujian skripsi beda, di ujian ini ada potensi seseorang bisa dipermalukan di depan umum, dicap bodoh, dianggap memalsukan penelitian, plagiat, dan berbagai hal lain yang menjadi mimpi buruk saya.

Ternyata ujian yang saya pikir akan meluluh-lantakkan harga diri malah berbalik 180 derajat. hehehe. Semua pertanyaan penguji untungnya dapat saya jawab. Daaaaan... tidak ada yang bertanya tentang dasar-dasar hukum pidana. Huuuu~ Padahal saya sudah menghapal alat bukti, dasar eksekusi putusan, metode interpretasi undang undang, daaan seabrek dasar-dasar yang lain. hahaha. Inilah akibat dari paranoid tingkat tinggi saya.

Satu hal yang membuat ujian saya berkesan adalah dukungan teman-teman saya :). Saya tidak pernah menyangka bahkan dalam mimpi tergila saya bahwa ujian saya akan berjalan seperti kemarin. Bisa dibilang cukup santai walaupun Pembimbing I saya terus menerus menanyakan kenapa saya tegang sekali. I dont know... Seingat saya, saya tidak tegang, saya hanya... salah tingkah. Umm.. agak sulit dijelaskan sebenarnya. Intinya adalah saya sangat ingin ketawa. hahahahah. Tapi berhubung suasananya adalah ujian, saya berusaha keras untuk tidak tertawa. Daaaaaan...itu susah tenyata. Belum lagi ruang ujian yang lumayan penuh. Anggaplah saya umayan demam panggung. hahahahah.

Kembali ke masalah teman-teman, seingat saya hampir semua teman terdekat saya berada di dalam ruangan ujian. Ini sebenarnya cukup menghawatirkan saya, saya takut kalau saja saya dipermalukan di depan mereka. Saya tidak keberatan terpeleset masuk ke got di depan H1-01 yang dipenuhi mahasiswa yang tidak saya kenal daripada tidak bisa menjawab pertanyaan di depan teman-teman terdekat saya. Serius! hehe.

Saya tidak menyangka mereka akan meluangkan waktu untuk menonton ujian saya. Walaupun saya cukup curiga mereka nonton hanya untuk membuktikan kalau saya sebenarnya bisa bersikap formal dan serius. hehehe. Yang lucu adalah beberapa teman saya membuat poster yang bertujuan untuk mendukung sekaligus mungkin mempermalukan saya. Saya paling suka poster yang ada gambar John Terry nya. hahahaha. sekarang salah satu salinan poster aneh nan norak itu sudah bertengger manis di dinding kamar saya. hahhaha. That poster almost tearing me down. Bukan karena terharu, tapi karena lucu. hahahaha XD. Moment termengharukan bagi saya adalah saat saya harus menjawab pertanyaan penguji dan tiba-tiba poster jahanam tersebut melambai-lambai di belakang penguji saya. Hahahaha. Ini pertama kali saya melihat ada ujian skripsi yang penontonnya rese serese-resenya. Sampai sekarang saya masih ketawa jika mengingat moment itu.

Ini dia penampakan poster favorit saya. hehehe

Oh ia, seumur-umur baru kali ini saya melihat yudisium yang dipenuhi tepuk tangan oleh penonton ujian. Bukannya yudisium harus hening dan serius ya? Intinya akan ada pesan-pesan moral yang membuat si sarjana baru berurai air mata. Di yudisium saya yang ada saya lagi-lagi ingin tertawa. hehehe. Saya hampir menangis saat diingatkan bahwa "mulai detik ini hubungan administratif saya dengan Fakultas Hukum sudah berakhir". Seperti film lawas tiba-tiba pikiran saya terflashback ke masa-masa maba saat saya pertama kuliah di fakultas ini. That's sooooo touching. Tapi lagi-lagi saya tidak berhasil menitikkan air mata karena ingat John Terry dan kalimat "ini bibir buat qta bunda". Shit. Hahahaha

Intinya saya selesai ujian dengan harga diri yang masih terselamatkan. Beribu terima kasih untuk seluruh teman-teman saya yang telah membantu di hari ujian saya dan hari-hari lain saat saya membutuhkan bantuan. It means a lot for me guys :')

Madong yang ikut bersusah-susah bersama saya mencari pembimbing.
Okky yang menemani saya mengurus segala sesuatunya setiap hari.
Nia dan Shawir yang sudah meluangkan waktu untuk ikut menonton ujian saya. dan meyakinkan saya untuk tidak khawatir berlebihan.
Bon yang sudah membuat saya tertawa pagi-pagi sekali karena postingan gambar jahanamnya di twitter.
Firda yang mengantar saya ke rumah penguji dan mengantar saya pulang di banyak kesempatan.
Sabrina yang memantaukan dosen di ruang ujian saat saya harus menunggui Pembimbing I.
Ika yang memberi saya teh pucuk daun saat saya disuruh minum.
Rafika yang rela menempelkan nama saya di kipas Paul Frank palsu nya.
Ulfa yang menyemangati saya di depan tangga. dan membuat saya melupakan kecemasan ujian dgn gamenya.
Mumu yang selalu dibully di dunia maya dan dunia nyata.
Flo yang sudah lama tidak terlihat tapi menyempatkan diri menonton ujian saya.
Upi yang menyemangati saya dengan lemah lembut ala muslimah. hehe
Asma yang selalu rela jadi objek bully saya.
Icha yang menjadi teman ujian saya kemarin.
Opu yang seingat saya berdiri di pintu memberi saya selamat.
Cua yang dengan semangatnya mengangkat poster John Terry jahanam di belakang dosen Pembimbing saya.
Tizar yang menemani saya berlatih tanya jawab.
Afif yang setiap kali saya bertemu terus mengingatkan saya untuk semangat.
Arif yang selalu menyapa saya sambil tertawa. dan akhirnya membuat saya ikut tertawa.
Indra yang menjadi partner cerita horor yang seru.
Mule yang selalu menjadi teman bertengkar lucu-lucuan saya.

Saya selalu menikmati hari-hari absurd bersama kalian. Di kampus, di museum, di manapun itu. Main game, nonton bola, nonton film, cerita hantu-hantuan, calla-callai band gaje, main kuartet, cerita-cerita tidak jelas, dan semua hal absurd lain yang pernah kita lakukan. That's priceless. Terima kasih banyak :)

Like the old quotes said, "You need old friend to remind you how far you've been through, and you need new friend to makes you feel young."

Friends for life :)

Jumat, 26 Oktober 2012

Read and Writing, Books and Author

Halo temans,
Selamat Idul Adha :)

Tiap kali mengucapkan selamat Idul Adha saya jadi ngeblank selanjutnya mau tulis apa. Hahaha. Ummm, mungkin bagusnya saya mengutip tweet Mas Goenawan Mohamad:
"Yang dirayakan hari ini adalah keikhlasan yang tak minta dirayakan."
Jadi begitulah kira-kira. hehe

Postingan kali ini sy maksudkan untuk menuliskan tentang buku-buku terakhir yang saya baca dan penulis mana yang sedang saya kagumi. Saya bermaksud menjadikan hal ini kebiasaan rutin. Menulis tentang beberapa buku atau penulis di blog ini. Maksudnya untuk berbagi bahan bacaan dengan orang lain, plus untuk menjadi feedback dari kegiatan membaca saya. Here we go!

-Buku-
Hari kamis kemarin saya baru meminjam 2 buah buku di tempat rental. Yang pertama judulnya Truly, Madly karangan Heater Webber, dan yang kedua judulnya The Espressologist karangan Kristina Springer.


Tidak tahu kenapa di mesin pencari Google sy sulit menemukan cover versi Indonesia dari kedua buku tersebut. Cover Truly, Madly hampir identik dengan versi Indonesia nya, tapi cover The Espressologist beda jauuuuuuh sekali dari versi yg terbit di Indonesia. 

Untuk yang suka buku dengan genre roman kedua buku ini lumayan menghibur. Bonusnya adalah, tidak ada adegan percintaan yg belebihan, dan banyak pengetahuan baru yg bisa didapatkan. Di buku The Espressologist sy belajar tentang kopi yang ternyata bisa diracik menjadi ratusan, ya ratusan, jenis minuman. Setelah membaca buku ini saya langsung terkagum-kagum dengan profesi barista. Oh iya, di akhir buku ada resep racikan beberapa jenis kopi. Asyik!

Saya tidak bermaksud membuat review terhadap kedua buku ini. Yang ingin sy ceritakan adalah saya memilih kedua buku ini dengan sambil lalu di tempat rental, setelah membaca keduanya, saya terkejut karena kedua buku ini secara umum bercerita tentang hal yang sama. Matchmaking a.k.a Makcomblang. Aduh. Kedua buku ini bercerita tentang usaha menjodohkan orang-orang. Kalau buku Truly, Madly bercerita tentang perjodohan melalui aura, The Espressologist menjodohkan orang-orang berdasarkan kopi yg mereka minum. hahahaha. Ajaib sekali dua buku ini jatuh di  tangan saya dalam minggu yg sama.

-Penulis-
 Nah, kali ini tentang penulis. Penulis yang belakangan ini sedang saya kagumi adalah Rick Riordan dan Mario Puzo.

Rick Riordan



Mario Puzo

Buku Rick Riordan pertama yang saya baca adalah The Throne of Fire dari Seri The Kane Chronicles yang ceritanya disesuaikan dengan legenda Masir Kuno lengkap dengan dewa-dewa dan karakteristik mereka. Awalnya saya ingin membaca seri Percy Jackson yang berdasarkan legenda Yunani Kuno, tapi karena kebiasaan buruk saya adalah malas membaca buku yang sudah kepalang difilmkan, akhirnya saya meninggalkan Percy Jackson. Buku yang terakhir saya baca adalah The Lost Hero dari seri Heroes of Olympus yang memunculkan Legenda Romawi Kuno. Rick Riordan memang jenius. Sejak dulu saya tertarik dengan semua legenda-legenda kuno tersebut, tapi malas membaca literatur yang sifatnya terlalu formal. Maka buku-buku Rick Riordan semacam solusi bagi otak saya yang lebih suka cerita fantasi. Oh iya, kalau disuruh memilih diantara kedua seri yang pernah saya baca, sy lebih memiih seri Kane Chronicles yang menurut saya humornya lebih lucu dengan sarkasma ala British. Hehe.

Mario Puzo. salah satu lelaki Itali favorit saya. Dari semua buku Mario Puzo saya baru membaca The Godfather dan Omerta. Saya bermaksud membaca The Last Don tapi belum berhasil menguatkan diri untuk menyewa. Masalahnya buku The Last Don yang ada di tempat rental langganan saya sudah lumayan tua, sementara saya alergi debu buku tua. Mungkin minggu depan. Yah, pada dasarnya saya suka semua buku yang bersetting Italia atau bercerita tentang Italia atau apapun itu yang menyinggung tentang Italia. Maafkan saya, tapi sepertinya saya memang terobsesi. heheh. Saya tidak pernah menonton film The Godfather yang fenomenal itu. Tidak. Saya memilih membaca bukunya terlebih dahulu sebelum menonton film nya. Saya tidak mau merusak kebahagiaan membaca buku tersebut karena harus terbayang-bayangi oleh para pemeran filmnya. Hal yang akhirnya saya sadari setelah Harry Potter dan Twilight Saga. Saya tidak keberatan dengan Hary Potter sebenarnya, yang jadi masalah besar saya adalah para pemeran Twilight Saga. Hehehe. Tapi setelah membaca The Godfather saya malah semakin malas saja mencari filmnya. hehe. Saya suka cara Mario Puzo menggambarkan hal-hal dalam kehidupan mafioso dengan ringan. Misalnya tentang pengampunan dalam buku Omerta. Saat Don Aprile berdebat dengan Nicole anaknya mengenai hukuman mati. Don Aprile berpendapat dengan ia mengampuni seseorang yang telah bersalah ia telah mengambil tugas Tuhan. Maka menurutnya, manusia seharusnya tidak mengampuni manusia lain karena itu menghina Tuhan. Bukan berarti saya setuju, tapi tetap saja, argumen tersebut menarik. Hehe. Masih banyak buku Mario Puzo lain yang belum saya baca, mudah-mudahan kapan hari saya bisa menemukan buku-buku tersebut.

That's all for today. Kapan-kapan kita cerita tentang buku-buku yang lain lagi. :)

Sabtu, 20 Oktober 2012

Hargai Pendidikan, Belajarlah dari Malala

Malala Yousufzai.

Kenalkah anda dengan nama di atas? Saya tidak akan heran jika anda belum mengenal nama tersebut. Saya pun mungkin tidak akan tahu siapa Malala dan bagaimana kisahnya jika tidak membaca twit dari seseorang yang saya follow di twitter beberapa waktu lalu. Saya lalu mencari tahu lebih banyak tentang Malala melalui mesin pencari di internet, dan menemukan banyak sekali informasi mengenai gadis ini.

Militan Pakistan Tembak Aktivis Remaja Putri Pakistan. Pada tanggal 9 Oktober kemarin, Malala ditembak oleh seseorang bertopeng pada saat pulang sekolah dengan menggunakan bus. Si penyerang menanyakan siapakah diantara para siswa yang bernama Malala dan mengancam akan menembak semua siswa jika tidak ada yang mengaku. Akhirnya Malala mendapat tembakan di kepala dan di leher, sementara dua siswa lain ikut terluka akibat penembakan tersebut. Mengapa Malala ditembak?

Ternyata Malala bukan gadis biasa. Sejak tahun 2009 ia telah memulai pergerakan untuk menuntut haknya yang paling dasar: pendidikan. Pada saat itu, milisi Taliban mengeluarkan peraturan yang melarang televisi, musik, pendidikan bagi anak perempuan, dan berbelanja bagi wanita. Akibat perintah tersebut, banyak sekolah khusus perempuan yang ditutup. Beberapa sekolah yang ditutup bahkan kemudian dihancurkan. Malala mempertanyakan hal ini. Dengan bantuan reporter BBC untuk Pakistan, Malala mulai menulis tentang hidup dibawah tekanan Taliban dengan menggunakan nama samaran "Gul Makai". Tulisan Malala inilah yang pertama kali membuatnya banyak dikenal.

Ia tidak berhenti hanya pada tulisan. Ia kemudian mulai muncul di televisi untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. Selain itu, ia juga aktif berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang mendukung pendidikan di negaranya. Pada puncaknya, ia dinominasikan sebagai penerima International Children's Peace Prize pada Oktober 2011.

Taliban secara terbuka mengklaim serangan tersebut merupakan perbuatan mereka. Malala dicap sebagai pro-Barat, yang maka dari itu harus dibunuh.

Aktivis Remaja Putri Pakistan yang Terluka Dikirim ke Inggris. Saat ini Malala sedang memperoleh perawatan di Inggris, dan dikabarkan kondisinya semakin membaik. Sedangkan di Pakistan sendiri, dukungan bagi remaja pakistan terus mengalir, namun Taliban masih ditakuti. Masyarakat turun ke jalan memprotes penembakan Malala, tapi para politikus tidak berani mengambil langkah lebih jauh karena takut menjadi sasaran Taliban yang berikutnya.



Terlepas dari kondisi politik dan kebijakan nasional Pakistan yang menjadi negara tempat Malala tumbuh, kisah Malala seharusnya dapat mengingatkan kita pada satu hal: Pendidikan itu harganya "mahal".

Bagi sebagian kita yang dapat mengakses pendidikan dengan mudahnya tidak pernah menyadari bahwa pendidikan itu mahal. Dan "mahal" bukanlah semata-mata tentang angka. Mahal dapat berarti sulitnya mencapai sekolah jauh dari rumah. Mahal dapat berarti jembatan yang hampir putus yang harus diseberangi saat ke sekolah. Mahal dapat berarti seragam yang tidak dapat dibeli oleh orang tua. Mahal dapat berarti tidak ada guru datang ke sekolah. Mahal dapat berarti tidak ada pendidikan sama sekali untuk perempuan. Mahal dapat berarti hak mu untuk mendapatkan pendidikan tidak bisa kau miliki. Pendidikan itu mahal.

Maka bersyukurlah saat perjalananmu ke sekolah mudah dan tanpa hambatan. Bersyukurlah jika satu-satunya yang harus kau khawatirkan saat ke sekolah adalah mungkin kau akan akan terlambat. Bersyukurlah saat gurumu masih mau berbagi ilmunya walaupun ia galak. Bersyukurlah kau bisa ke sekolah tidak peduli gender mu apa. Karena di belahan bumi yang lain, ada yang benar-benar memperjuangkan hak mereka untuk memperoleh pendidikan. Malala Yousufzai memperjuangkan hak untuk memperoleh pendidikan dan ia ditembak karena perjuangannya tersebut.

Pendidikan adalah salah satu hak dasar yang wajib dijamin terpenuhinya oleh pemerintah. Rights to a Free Education adalah salah satu hak dasar yang merupakan turunan dari HAM generasi kedua yang diperkuat dengan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights. Sudah sepantasnya lah negara menjamin hak untuk memperoleh pendidikan diperoleh oleh warganya.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, sudah sewajarnya jika kita bersyukur bahwa negara membuka pintu bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Tapi bukan berarti kita tidak memiliki pekerjaan rumah di bidang pendidikan. Hal yang menjadi perhatian besar pada pendidikan Indonesia saat ini adalah tawuran antar pelajar. Sungguh memalukan jika pelajar kita masih melakukan tawuran yang pada akhirnya memakan korban.

 Bukankah ini sebuah ironi? Di saat seorang Malala hampir saja terbunuh karena berani menyuarakan tuntutannya untuk memperoleh pendidikan, pelajar Indonesia malah menyerang sesamanya hanya karena berbeda sekolah. Mungkin sebaiknya kisah tentang Malala ini disebarluaskan di kalangan pelajar, agar menjadi pelajaran bahwa bagi sebagian orang, pendidikan itu tidak murah. Maka berhentilah memerangi sesama dan bersyukurlah kita tidak memperoleh dua butir peluru hanya karena ingin sekolah.

Kamis, 04 Oktober 2012

When Life Gives You Lemon! ;)

When life gives you lemon, make lemonade.
Inti dari quotes ini adalah saat kau merasakan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidupmu, buatlah itu jadi menyenangkan. Seperti dari lemon yang asam menjadi lemonade yang manis dan menyegarkan. Itu kata quote.

Beberapa orang memodifikasi quote ini menjadi
When life gives you lemon, make lemonade. 
Or squeeze it in people's eyes. 
Kalimat tambahannya, or squeeze it in people's eyes, kurang lebih berarti "peraslah di mata orang-orang". Sisi jahat diri saya menafsirkan kalimat tersebut sebagai ajakan untuk mengajak orang lain merasakan yang saya rasa, seperti membuat mereka merasakan apa yang saya rasa.

Hidup memang tidak selamanya manis, selalu ada hal yang mengingatkan kita bahwa hidup itu "nyata" bukan mimpi. Beberapa dari kita mungkin tengah bingung menentukan masa depan. Beberapa malah bingung memandang masa lalu. Ada komplikasi yang terus menerus meneror. Judul tugas akhir yang belum bersedia bertamu ke kepala, atau skripsi yang belum bersedia pula berpindah dari kepala ke ujung jari yang lincah. Selalu ada hal merisaukan kita.

Tapi hidup memang tetap berjalan, tidak peduli kau begitu lelah bekerja atau begitu lelah memposkan hal-hal yang tidak penting pada akun twittermu. Hidup masih dengan semangatnya memperlakukanmu sesuai caranya. Kau ditempa dengan kuat, agar kau terbentuk menjadi pribadi yang kuat pula. Masalah datang menamparmu dengan keras, agar berikutnya saat ia datang, pipimu sudah tidak selemah sebelumnya. Saya selalu memotifasi diri saya agar melihat masalah sebagai hal yang akan menguatkan saya.

Tapi kadang memotifasi diri tidak semudah biasanya. Setiap orang punya batas mereka masing-masing, jadi saat lemonmu tidak dapat kau racik menjadi lemonade yang manis, cukup peraskan ia ke mata orang-orang. Beberapa masalah memang tidak untuk ditangani sendiri, mungkin harus ada orang yang ikut merasakannya. Agar kita dapat dewasa bersama. Mata mereka akan pedih karena asam dari lemon, maka menangislah bersama. Beberapa hal terlalu berat untuk ditangisi sendiri.

Ah, akhirnya saya jadi meracau tidak jelas :)

Here, some other advice:
You know, you can always run.

In case lemonade didn't help you much. Hehe


Good advice, the cat's unhappy and full of desire to scratch your face.


The Best One! Sometimes, you just have to get mad and throw all the lemons to your enemies ;)

Jumat, 28 September 2012

Absurditas Jumat Malam

Saya pernah membaca, entah dimana, kalau semakin tua manusia akan merasakan waktu terasa berjalan lebih cepat. Salah satu alasannya adalah, karena kita banyak mengulang rutinitas sehari hari. Cara agar waktu terasa tidak berlalu terlalu cepat adalah dengan berusaha mempelajari hal-hal baru setiap harinya Katanya seperti itu. Saya pribadi juga berpendapat demikian.

Sebagai pengangguran berstatus mahasiswa yang sedang menunggu skripsi diperiksa oleh pembimbing yang sedang ke luar negeri *eh jadi curhat*, hari-hari saya jadi cukup monoton. Sesuai dengan teori di atas, rasanya waktu berjalan cepat. Tanpa terasa sudah weekend lagi, weekdays nya tidak terasa. Inginnya sih tiap hari ada hal tertentu yang bisa jadi pengingat tentang hari itu. Misalnya, saya ingat senin saya habiskan dengan ke kampus lalu rental buku. Kamis, saya ke rental buku dan pegawainya telat datang dan akhirnya saya pulang tanpa bawa buku baru, lalu Jumat, hari ini. Ini dia..

Hari jumat ini biasa-biasa saja rasanya. Rutinitas saya masih seperti hari-hari yang lain. Bangun, bersih-bersih rumah, main sama ponakan, mandi, makan lalu menulis, tidur siang, main sama ponakan lagi, lalu malamnya menulis lagi. Tapi hari ini berbeda. Entah bisikan syaiton darimana, saya tiba-tiba gila mau online pake laptop. Padahal sudah beberapa minggu saya berhasil bertahan tanpa internet, tanpa 9gag, tanpa main-main ke blog orang. Lumayan puas dengan buku dan menulis. Tapi, begitulah penyakit saya jika sedang punya uang, bawaannya mau foya-foya. *istigfar*

Akhirnya dengan semangat 45 saya naik motor ke konter pulsa. Niatnya mau beli perdana smartfren, karena setelah mencoba modem smartfren kakak saya, jaringannya lumayan oke di daerah rumah saya. Tapi saya tidak mau terus-terusan pinjam modem, maunya saya punya smartfren sendiri. Sip lah. Ternyata, kebodohan saya yang pertama adalah tidak tahu kalo smartfren adalah provider CDMA, sementara modem saya GSM. Tapi karena saya sudah capek-capek minjam motor dan sudah kepalang keluar rumah, saya lalu berpikiran untuk beli perdana GSM lain. Saya sudah pernah pake Telkomsel, daaan.. pulsa saya sering ketilep. Lalu saya juga pernah pake IM2, daaaan... isi pulsanya agak ribet. Mau pake XL tapi jaringannya kurang baik di rumah saya. Akhirnya saya beli perdana 3 yang harga 35ribu. Kata kakak penjaga konter, bisa dipake buat setahun, dan seterusnya... dan seterusnya... Termakan bujukan penjaga konter, akhirnya saya beli. Sampai di rumah, ternyata saya syok membaca petunjuk registrasi yang katanya harus didaftarkan oleh penjual resmi. Berhubung saya bukan penjual resmi, kartunya tidak bisa diaktifkan. Atau saya yang terlalu bodoh untuk mengaktifkannya.

Karena malu mau pinjam motor lagi, saya akhirnya memutuskan balik ke konter pulsa naik... SELI alias Sepeda Lipat. Sepeda lipat punya kakak saya yang sudah dihibahkan, dan seringnya dipake ke pasar sama mamak saya. Dan terjadilah gowes tidak jelas saya demi berburu sesuatu yang bisa digunakan untuk mengakses internet.

Untungnya kakak penjaga konter mau-mau saja menerima perdana 3 nya saya kembalikan. Saya awalnya hanya bilang,
"Mbak, ini kartunya ndak bisa." Terus, dia menjawab: "Oh, Ndak bisa Connet?"
Tidak, saya tidak sedang salah tulis. Kakak penjaga konter memang tidak melafalkan Connect dengan "konek" melainkan "konet". Sudahlah, mari kita tinggalkan urusan okkots kakak penjaga konter. Intinya dia baik, karena membolehkan saya mengembalikan perdana 3 yang tidak bisa konet. *aduh*

Karena tidak enak hati, saya membeli kartu perdana smartfren yang seharga 7000, siapa tau tiba tiba modem saya bisa membaca kartu CDMA. Uang saya dikembaikan 28.000. Saya lalu lanjut naik sepeda lagi. Mencari voucher Smartfren 50.000 untuk isi ulang.

Sayangnya, malam ini, cari voucher Smartfren 50.000 seperti mencari jarum di tumpukan jerami yang ditumpuk di kutub utara. SUSAH! Sepanjang Ablam hampir semua toko yang menjual pulsa saya datangi. Hasilnya, HABIS. Sepertinya telah terjadi penimbunan voucher Smartfren 50.000 untuk mengantisipasi kelangkaan voucher menjelang Idul Adha. Saya sudah sampai di ujung Ablam, menimbang-nimbang haruskah saya lanjut ke Pettarani atau balik pulang. Tapi saya tidak mau pulang tanpa voucher. Akhirnya saya lanjut bersepeda di Pettarani. Tetap tidak ada voucher. Saya lalu berbelok ke Maccini sambil berdoa mudah-mudahan preman daerah situ lagi insaf malam ini.

Malihat Alfamart, saya ragu. Mau beli voucher di dalam, tapi takut markir sepeda. Takut hilang. Tapi petugas toko yang lagi istirahat bilang kalo di dalam ada Voucher yang saya cari. Untungnya anak-anak yang  juru parkir depan situ kayaknya baik. Malah rebutan mau menjagakan sepeda saya. Masuklah saya, menunggu di antrian sambil lirik-lirik sepeda saya di parkiran. Sempat lirik cermin dan malu sendiri karena saya dengan santainya belanja dengan baju rumah yang lebih pantas jadi kain lap. Daaaan... ternyata vouchernya tidak ada. Aaaaarghh! Mana pegawai yang tadi bilang ada!

Keluar Alfamart, anak-anak yang jaga sepeda saya secara mengejutkan tidak memita uang parkir krena katanya saya tidak beli apa-apa. Tapi akhirnya saya kasih juga karena terharu.. Atau jangan-jangan mereka sengaja ya? Hehehe.

Akhirnya saya memutuskan pulang. Pencarian voucher nya bisa dilanjutkan besok saja mungkin. Lumayan dingin juga naik sepeda pake baju kaos tua. Sebelum masuk jalan rumah saya, eh ada konter hape. Iseng-iseng saya singgah dan bertanya. Daaaan.... Vouhernya ada! Ah, sialan. tau begitu dari awal saya singgah ke sini dulu. Tidak perlu naik sepeda mutar jauh-jauh. Tapi ya... kalau tidak begitu, Jumat saya jadi tidak berkesan. Jadi, ya alhamduliah saya masih bisa nemu voucher itu. Jadi bisa online dan menulis kegiatan tidak penting seorang pengangguran berstatus mahasiswa yang lagi menunggu skripsinya diperiksa pembimbing yang lagi ke luar negeri.

Oh, iya. jadinya saya tetap pinjam modem smastfren kakak saya. Hehe.

Jumat, 07 September 2012

Menyelamatkan Bahasa yang Terancam Punah

Halo! Nah, akhirnya saya ada kemauan untuk menulis lagi setelah disibukkan dengan urusan ini itu. Heheh. Hari ini saya mau bercerita tentang bahasa-bahasa yang terancam punah. Silahkan menyimak! :)

Pulang kampung pada Idul Fitri kemarin berhasil bikin saya berpikir betapa saya tidak fasih berbahasa asli kampung bapak saya. Selama berada di kampung bapak saya semuanya menggunakan bahasa Duri. Saat ada yang ngajak saya ngobrol, saya hanya bisa mengerti sedikit-sedikit tapi tidak bisa menggunakannya dengan fasih. Istilahnya, saya hanya menguasai bahasa Duri secara pasif. Padahal baik bapak maupun mamak saya fasih berbahasa Duri.

Hal yang sama saya yakini juga terjadi pada sebagian besar kaum urban. Hidup di kota yang berpenduduk heterogen sedikit demi sedikit menjauhkan bahasa daerah dari lidah. Yang digunakan kemudian adalah bahasa Indonesia berdialek kota setempat. Seperti di kota saya, Makassar, yang digunakan adalah bahasa Indonesia dengan dialek Makassar yang menurut kuping teman saya yang berasal dari Jawa, bernada tinggi. Bagi masyarakat kota yang merupakan generasi awal urbanisasi, seperti orang tua saya, berbahasa daerah bukan masalah. Bahasa daerah merupakan bahasa sehari-hari mereka, sedangkan Bahasa Indonesia dipelajari kemudian di bangku sekolah. Bagi kami yang dibesarkan di kota, Bahasa Indonesia digunakan sehari-hari, sedangkan bahasa daerah dipelajari kemudian di sekolah (-sekolah tertentu).

Berkurangnya pengguna bahasa daerah tentu akan berdampak bagi kelangsungan bahasa tersebut. Eksistensi dari berbagai bahasa inilah yang kemudian menjadi problem di seluruh dunia. Banyak bahasa di seluruh dunia yang terancam punah. Penyebabnya? Bisa bermacam-macam. Berikut beberapa di antaranya:

1. Urbanisasi

Peningkatan angka perpindahan penduduk dari desa ke kota berdampak pada penurunan angka pengguna bahasa daerah. Mengapa? Karena dalam interaksi masyarakat urban yang heterogen, bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Lambat laun bahasa daerah semakin jarang digunakan. Rumah seharusnya dapat menjadi tempat dimana interaksi digunakan dalam bahasa daerah, tapi perkawinan antar etnis kemudian menjadi penghalang. Karena akan timbul dua bahasa daerah yang berbeda. Selain itu banyak orang tua yang memilih mengajarkan anak mereka berbahasa Inggris daripada berbahasa daerah. Alasannya? Untuk mempersiapkan si anak menghadapi era globalisasi.

Dalam data yang dikeluarkan oleh PBB sesuai grafik di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan populasi urban berlangsung sangat cepat. Populasi masyarakat urban yang meningkat diikuti dengan populasi masyarakat desa yang mengalami penurunan. Menurut data PBB ini pula, proporsi masyarakat urban Indonesia ternyata lebih tinggi dari proporsi masyarakat urban di benua Asia dan Asia Tenggara. 

Tingginya angka urbanisasi yang berdampak pada terancamnya eksistensi bahasa daerah inilah yang membuat Kepala Bidang Peningkatan dan Pengendalian Bahasa Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, Sugiyono menyatakan bahwa di penghujung abad 21, hanya tinggal 10% bahasa daerah yang akan bertahan. Hal ini dijelaskan pada artikel VOA yang berjudul Jarang Digunakan Ratusan Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah. Dari 746 bahasa daerah di Indonesia, diperkirakan dalam 100 tahun mendatang akan tersisa hanya 75 bahasa. 

2. Televisi



Televisi mau tidak mau menjadi salah satu faktor yang menyebabkan punahnya bahasa daerah. Program televisi yang merupakan produk nasional tentu saja menggunakan bahasa Indonesia. Banyak tayangan yang menjadi tontonan favorit keluarga bahkan dibawakan dengan bahasa yang lazimnya digunakan di Ibukota Jakarta. Bayangkan anak di desa Baraka yang sehari hari berbahasa Duri menonton tayangan sinetron yang menyapa "saya-kamu" dengan "lu-gue". Televisi telah mengajarkan bahwa ada alternatif lain dari "aku'-iko" yaitu "lu-gue" yang jika dilihat dari penggunanya, jauh lebih menarik dari mereka yang hidup di desa.

Menurut Komisi Penyiaran Indonesia, waktu yang dihabiskan oleh anak untuk menonton TV lebih besar dari waktu yang ia gunakan untuk sekolah. Dalam sehari, seorang anak dapat menghabiskan 4 hingga 5 jam di depan TV, yang berarti sekitar 30 hingga 35 jam sehari atau 1600 jam setahun. Dua kali lipat dari waktu yang dihabiskan di sekolah yaitu sekitar 740 jam setahun.

Besarnya waktu yang dihabiskan anak di depan televisi dianggap turut berdampak pada rendahnya penggunaan bahasa daerah oleh anak. Bahasa yang kemudian menjadi familiar di telinga anak-anak adalah bahasa yang mereka dengar di TV.

3. Kebijakan Pemerintah

Pada sebuah Seminar Nasional bertopik "Pengembangan dan Perlindungan Bahasa, Kebudayaan Etnik Minoritas untuk Penguatan Bangsa" yang diadakan oleh LIPI pada Desember 2011, dikatakan bahwa salah satu yang menjadi penyebab percepatan kepunahan bahasa daerah adalah kebijakan pemerintah. Mengapa kebijakan pemerintah?

Berbagai kebijakan pemerintah dianggap mengancam eksistensi bahasa daerah. Contohnya, kebijakan pendidikan agar sekolah-sekolah beralih dari pelajaran bahasa daerah menjadi bahasa asing semisal bahasa Jerman atau Mandarin. Selain di bidang pendidikan, kebijakan pemerintah berupa pemekaran wilayah juga dianggap sebagai salah satu penyebab punahnya bahasa. Seperti bahasa Tandia di Papua Barat. Bahasa ini dinyatakan punah setelah melalui penelitian di awal tahun 2011 ditemukan bahwa tidak ditemukan lagi penutur bahasa ini. Salah satu faktor penyebabnya adalah lebih dominannya bahasa Wandamen dari suku Wamesa sebagai bahasa sehari-hari. Hal ini disebabkan setelah pemekaran Papua Barat, Teluk Wondama menjadi pusat keramaian daerah tersebut. Mau tidak mau, suku Mbakwar harus menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut dan sedikit demi sedikit meninggalkan bahasa Tandia. 

Menyelamatkan Bahasa yang Terancam Punah

Ancaman punahnya bahasa bukan hanya milik Indonesia. Secara global hal ini telah menjadi perhatian. Gerakan melestarikan bahasa bermunculan dari berbagai pihak. Di dalam negeri, terdapat kamusiana.com yang bersemboyan Kamus Bahasa (di) Indonesia. Situs ini memuat kurang lebih 19 kamus bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Di Amerika Serikat,  para pakar bahasa juga menggunakan media internet sebagai sarana pelestarian bahasa yang terancam punah. Hal ini diungkapkan pada artikel VOA yang berjudul Pakar Bahasa AS Lestarikan yang Hampir Punah dengan Kamus Online. Para pakar bahasa di Amerika Serikat tidak hanya berusaha melestarikan bahasa yang hampir punah, tetapi juga bahasa yang telah benar-benar mati seperti bahasa Indian Algonquian Virginia. Bahasa ini direkonstruksi pada film "The New World" pada tahun 2005. Usaha linguis AS ini diceritakan pada artikel Linguis AS Hidupkan Lagi Bahasa-Bahasa yang Telah Mati. Para linguis sedang berusaha berusaha untuk melestarikan berbagai bahasa tidak hanya untuk tujuan akademis.


Sebagai masyarakat dunia kita juga diajak untuk melestarikan bahasa kita. Melalui situs www.endangeredlanguages.com kita dapat memberi kontribusi dengan menyumbangkan pengetahuan kita mengenai bahasa yang dikategorikan sebagai bahasa yang terancam punah. Situs ini membuka kesempatan bagi siapa saja untuk memasukkan contoh bahasa daerah tersebut atau hal-hal lain yang berhubungan dengan bahasa tersebut. Situs ini bertujuan untuk menginventarisir bahasa-bahasa yang digunakan kaum minoritas di seluruh dunia. Berikut adalah peta persebaran bahasa yang terancam punah di Indonesia menurut www.endangeredlanguages.com.



Kesadaran warga dunia akan pentingnya bahasa membuka mata kita semua bahwa punahnya bahasa dapat membawa kerugian yang besar. Hilangnya bahasa berarti hilangnya potongan sejarah dan budaya yang berharga dari suatu daerah. Jadi, mari melestarikan bahasa daerah kita :).

Jumat, 17 Agustus 2012

Indonesia

Halo! Dirgahayu Republik Indonesia yang Ke-67!!

Postingan saya hari ini pastilah tidak jauh-jauh dari peringatan hari ini. Tapi mau berkata-kata putis manis pembangkit nasionalisme kok rasanya aneh yah. Sedang tidak sesuai dengan mood. Heheh. Saya mau cerita dikit aja deh.

Saya ingat pernah memposting sebuah kalimat di twitter: "Kalo Uni Soviet saja bisa bubar, bagaimana dengan Indonesia?" Kalau tidak salah seperti itu redaksinya. Twit itu didasari perasaan kesal karena sering sekali melihat berita tentang kerusuhan di televisi. Mulai dari penyerangan ke masjid Ahmadiyah, jemaat gereja GKI Yasmin, kerusuhan antar kampung, suku, dll. Salah seorang teman menegur saya, jangan menyebarkan pesimisme kata dia. Beberapa teman menanggapi dengan bercanda.

Sebenarnya tujuan saya memposting kalimat itu adalah agar kita sedikit berpikir mengenai kesatuan bangsa ini. Terkadang kita (yang berarti juga saya) lalai menyadari bahwa republik ini tidak menyatu dengan sendirinya. Bahwa kesatuan dari ribuan pulau dari Sabang sampai Merauke tidak datang begitu saja. Berpuluh tahun yang lalu ada yang mati memperjuangkannya. Banyak yang mati. Banyak perundingan yang sengit. Berpuluh tahun perjuangan hingga akhirnya merdeka. Dan tahun-tahun lagi perjuangan mempertahankannya. Menuanya republik ini dapat mengikis rasa kesatuan dari rakyatnya. Padahal seharusnya menuanya republik ini harus mengentalkan rasa cinta untuk bersatu. Rasa mencintai republik ini. Nasionalisme.

Maka harus disadari bahwa kesatuan Republik ini harus diusahakan. Kesatuan republik tidak datang dari sikap-sikap diam nan pasif. Harus ada sikap, harus ada perbuatan. Tidak perlu perbuatan besar, cukup toleransi. Entah mengapa rasanya yang benar kita butuhkan saat ini adalah toleransi. Bersikap toleran menghadapi perbedaan. Karena masyarakat kita masyarakat yang heterogen. Perbedaan sudah menjadi bagian dari kita sejak lama. Maka bukankah seharusnya kita belajar? Belajar dari sejarah yang berdarah bahwa republik ini dibangun dari perbedaan. Jangan sampai ia bubar kembali dikarenakan oleh perbedaan. "Jas Merah" kata Bung Karno. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Kesatuan terbukti tidak boleh dipaksakan. Unity by force is a slavery, kata spanduk-spanduk pro kemerdekaan kaum belligerent. Maka, kesatuan itu harus berasal dari dalam diri masyarakat, harus dimiliki secara sadar. Susah juga menuntut rakyat yang diperlakukan sebagai anak tiri untuk terus mencintai negara ini. Karena itu, jika negara menganaktirikan rakyatnya, rakyat tidak boleh memusuhi dan memunggungi sesamanya.

Saya tidak ahli dalam menggugah patriotisme atau menggugah nasionalisme. Bahasa saya berantakan, tulisan saya tidak terstruktur. Saya hanya menyampaikan apa yang ada di pikiran saya. Bahwa Indonesia perlu diusahakan untuk tetap menjadi Indonesia. Kita tidak bisa dengan santainya hari ini berpangku tangan dan kaki lalu berharap besok negara ini masih utuh dengan damainya. Selalu ada alasan memerdekakan diri, maka kita harus mencari dan membuat lebih banyak alasan untuk tetap bersatu seperti saat ini.

Hari ini, sesuai dengan Proklamasi, usia Indonesia genap 67 tahun. Jika usia Indonesia dihitung berdasarkan masa kita benar-benar mengusahakan keberlangsungannya, sudah berapa tahun usia Indonesia di diri kita?

Gambar dipinjam dari fsquarefashion.com

Minggu, 12 Agustus 2012

Aksi Solidaritas yang Menyerang Sesama Saudara

Beberapa waktu yang lalu, kalau tidak salah kemarin, saya menonton tayangan televisi berupa kilasan berita yang berjudul "Aksi Ormas". Saya sudak menebak-nebak, pasti berita ini tentang salah satu organisasi masyarakat (berlabel) Islam yang sedang melakukan razia-menurut mereka-, yang berakhir-atau memang dimaksudkan untuk- ricuh. Dugaan saya ternyata salah.

Ternyata berita tersebut berisi aksi ormas (berlabel) Islam yang sedang berdemo menentang diskriminasi terhadap kaum Rohingya di Myanmar. Saya pikir aksi tersebut dilakukan di depan kedutaan Myanmar di ibukota. Ternyata, saya lagi-lagi salah. Aksi tersebut dilakukan di depan Klenteng Xian Ma, salah satu Klenteng terbesar di kota Makassar. Wah, ternyata di kota ini ya aksinya. Wajah saya lalu memerah malu.

Cuplikan beritanya bisa dilihat di sini. Seketika rasanya saya malu bercampur marah. Kenapa harus ada kejadian seperti ini? Kenapa pemikiran orang-orang bisa sesempit itu? Kenapa masyarakat kita lebih pandai bereaksi daripada memberi solusi?

Klenteng Xian Ma terletak di Jalan Sulawesi kalau saya tidak salah. Salah satu jalan favorit saya. Akhir-akhir ini hampir setiap hari saya melintas di jalan ini selepas mengantar kakak saya ke tempat praktiknya. Saya selaluu melambatkan kendaraan jika melintas di jalan ini. Kenapa? Saya senang mengamati aktivitas masyarakat di daerah sini. Di kiri kanan jalan terdapat setidaknya 3 Klenteng kalau saya tidak salah. Ditambah banyaknya ruko-ruko milik warga keturunan Tionghoa yang menjual aneka barang. Bau dupa, warna merah, dan ornamen khas Tionghoa rasanya selalu menarik bagi saya. Tiap Imlek jalan ini akan dipadati oleh masyarakat yang tertarik melihat rangkaian upacara yang dilaksanakan oleh Klenteng. Mulai dari upacara memandikan benda-benda pusaka milik kelenteng, atraksi barongsai yang ditujukan untuk menghibur warga, hingga pawai budaya Sulawesi Selatan yang diorganisir oleh organisasi masyarakat bergama Budha.

Demonstrasi yang berujung pada pelemparan Klenteng oleh anggota ormas menurut saya benar-benar salah sasaran. Bukannya kita ingin memprotes perakuan pemerintah Myanmar terhadap kaum Rohingya? Lalu mengapa rumah ibadah agama Budha yang menjadi sasaran? Apakah karena mayoritas penduduk Myanmar beragama Budha? Murahan sekali jika argumen tersebutlah yang menjadi dasar. Kenapa pula harus melempari rumah ibadah orang lain? Benarkah tidak ada rasa hormat setitikpun dalam diri mereka terhadap keyakinan orang lain? Ah, kenapa pula saya harus mempertanyakan. Bukannya sudah jelas jika memang hormat dan toleransi itu benar ada maka kejadian ini tidak akan terjadi?

Saya jadi sedih sendiri. Membayangkan bagaimana jika rumah ibadah saya yang dilempari padahal tidak ada dari kami yang beribadah di tempat itu yang pernah menyakiti si pelempar Saya jadi ingat tweet dari Goenawan Mohamad yang sempat saya retweet: "Yang marah bila didzalimi harusnya tidak tinggal diam jika kaumnya mendzalimi." Itu benar. Bukannya yang sedang diprotes adalah perilaku dzalim terhadap suatu kaum? Tetapi mengapa protes dilakukan dengan mendalimi kaum lain? Saya tidak mengerti logikanya. Bah, mungkin memang tidak ada logika sama sekali. Hanya keyakinan sempit yang diusung dengan menggebu-gebu. Saya takut benar hal ini akan merusak kehidupan beragama kota ini. Apalagi, jika melihat sejarah, dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat kota kita masih mudah tersulut emosinya.

Saya ingat masyarakat kita pernah terpicu, untungnya tidak sampai betindak bodoh, saat ada isu seorang pembantu rumah tangga pribumi yang dibunuh, atau diperkosa, saya tidak ingat, oleh majikannya yang keturunan tionghoa. Ada pula peristiwa saat seorang warga pendatang dari Flores menikam beberapa orang di tepi jalan Perintis Kemerdekaan. Masyarakat kita cukup tersulut, yang menyebabkan banyak warga Flores yang harus mengamankan diri di kantor-kantor polisi. Jauh ke belakang lagi saat saya masih SD pernah pula masyarakat kita menjarah toko-toko milik masyarakat keturunan Tionghoa. Saya ingat salah satu kenalan orang tua saya memasak besar-besaran di rumahnya lalu mengirimkan makanan ke rumah-rumah teman Tionghoa nya yang tidak bisa kemana-mana karena takut dirazia.

Kurang apalagi pelajaran dari sejarah kita. Bahwa masyarakat kita pernah-atau jangan jangan masih-bersumbu pendek dan mudah tepicu. Saya bertanya-tanya kapan kita mulai mengidentifikasi diri sebagai Indonesia. Dan agama, suku, ras, bisa setidaknya sedikit dikesampingkan untuk menjadi Indonesia, bersaudara dalam Indonesia. Aksi solidaritas tidak menyerang sesama saudara.

Jumat, 10 Agustus 2012

What's up, Life?

You know, life cannot serves all you want.

Aneh sekali saat kau sadari betapa hidupmu tidak akan pernah normal. Karena hidup yang normal adalah hidup yang sama sekali tidak normal. Hidup mu baru bisa dikatakan normal jika yang terjadi adalah hal-hal diluar kehendakmu, kendalimu, inginmu. Setidaknya itu menurut saya.

Turning 22. Bulan lalu saya tepat 22 tahun. Tidak ada special wish. Karena saya menghitung bukan dari hari saya berubah usia, tetapi hari bumi berubah usia. Tidak ada bedanya sebenarnya, tetapi saya memang jarang bermohon di hari ulang tahun. Tidak pula ber-resolusi atas usia baru saya. Menjadi 22 pun sebenarnya saya tidak mengerti bagaimana harus memaknainya. Kata orang, berharaplah agar bisa menjadi baik. Saya memilih berharap menjadi lebih baik setiap hari. Jika tidak sedang lupa.

Sebenarnya beberapa waktu belakangan ini banyak sekali masalah yang datang. Di dalam dan di luar rumah rasanya sama saja. Tapi saya tidak senang membahas masalah. Rasanya terlalu-kurang-beryukur jika terus menerus mengeluh karena merasa berat karena sebuah, atau beberapa buah, masalah. Saya memilih menyemangati diri. Mensugesti diri dengan kata-kata "what doesn't kill you makes you stronger" yang selalu menjadi kata-kata pamungkas saya jauh sebelum Kelly Clarkson mulai menyanyikan lagu dengan judul sama. Hal lain yang selalu saya percaya adalah "bukan orang yang lemah yang diberi cobaan yang berat". Jadi mulailah saya menghibur diri dengan menganggap diri saya sedikit lebih kuat dengan masalah-masalah yang datang. I should sit and share a cup of tea with problem. Sit like an old friends. Berdamai dengan masalah.

Akhirnya di hari-hari luang ini saya habiskan dengan membaca. Berlompat-lompat dari buku satu ke buku yang lain. Membaca hingga mata saya lelah. Menelusuri jejak seseorang melalui buku. Ini lucu, tapi memang seperti itu. Saya sedang berusaha menelusuri jejak seseorang melalui buku. Membaca buku-buku yang mengingatkan saya kepada orang tersebut. Tentu saja mereka-reka, mengingat kami tidak berkomunikasi secara intens. Well, sebenarnya bahkan tidak ada "kami" sama sekali. Hanya "saya" dan "dia", dua subjek dalam dua kalimat berbeda.

Ada hal bagus yang bisa dipelajari dari cuaca. Bahwa kau selalu bisa berharap akan ada hari yang lebih baik. Setiap badai akan memiliki akhir. Karena keadaan, biasanya, tidak akan bisa lebih buruk lagi saat sudah mencapai titik terburuknya. Maka seperti kata film dengan soundtrack favorit saya Badai Pasti Berlalu. Saya tidak mengatakan bahwa hari yang cerah adalah hari yang lebih baik. Menurut saya bagus tidaknya cuaca adalah milik subjektivitas manusia. Hujan menyenangkan hati para penggemarnya setara dengan cerah yang disambut ceria para pengikutnya. Badaipun bisa dinikmati, saat kita tahu cara mengurung diri dalam rumah dengan tepat. Tarik selimutmu rapat-rapat dan buka buku favoritmu. Atau saksikan petir yang menyambar dan bersiagalah menutup telinga. Besok pasti bisa lebih baik :)

Rabu, 25 Juli 2012

Mengapa Saya Tidak Boleh Jadi Pengacara?

Ini entah kali keberapa saya berniat untuk menulis tentang hal ini. Sayangnya, tulisan saya selalu berhenti di tengah jalan Entah karena kurang sreg dengan apa yang "akhirnya" saya tulis, atau karena kehilangan mood untuk menulis saat saya baru setengah jalan.

Kali ini saya mau sedikit bercerita sesuai bidang saya, hukum, yang empat tahun belakangan saya pelajari. Empat tahun sebagai mahasiswa hukum tentu menambah pengetahuan saya tentang hukum. Tapi diluar itu, empat tahun belajar hukum juga membawa pengalaman tersendiri buat saya. Satu hal yang paling sering saya alami adalah sebuah percakapan seperti ini:

"Kamu kuliah jurusan apa?"
"Saya kuliah hukum."
"Hukum? Hmm.. jangan jadi pengacara yah!"

Percakapan macam ini selalu saya jumpai saat bertemu dengan keluarga jauh, teman-teman orang tua saya, atau orang-orang yang baru saya kenal. Percakapan itu lalu saya lanjutkan:

"Memangnya kenapa?"
"Itu profesi banyak dosanya, orang sudah jelas salah malah dibela."

Sudah saya duga akhirnya pasti seperti itu. Menurut orang-orang yang saya temui tersebut (dan mungkin kebanyakan orang lainnya) profesi pengacara adalah profesi tercela. Membela orang yang salah. Membela pencuri, membela koruptor, membela pemerkosa, membela pelaku penabrakan, membela orang-orang yang jelas menjadi musuh masyarakat.

Jika sedang malas mendebat saya hanya tersenyum lalu beringsut meninggalkan lawan bicara saya. Tapi kadang kala, rasanya saya berkewajiban untuk menjelaskan "masalah pengacara" ini. Lalu mulailah saya menjelaskan panjang lebar.

Dalam hukum Indonesia, dianut asas presumption of innocence atau asas "praduga tidak bersalah". Artinya, tidak ada orang yang dapat dikatakan bersalah jika pengadilan, dengan segala proses pembuktiannya, belum menyatakan demikian. Jadi, sebelum pengadilan benar-benar menjatuhkan vonis "bersalah" kepada seseorang, ia masih dianggap "tidak bersalah".

Lalu, kenapa pengacara harus membela tersangka pelaku tindak kejahatan? Agar persidangan berjalan dengan seimbang. Dalam suatu persidangan, terdapat Hakim, Jaksa Penuntut Umum, dan Pengacara (jika Terdakwa menginginkan). Hakim dalam hal persidangan bertugas untuk memimpin, secara garis besar mendengarkan pembelaan kedua belah pihak, mempertimbangkan pembuktian yang terjadi dalam persidangan, lalu kemudian memutuskan hukuman yang akan dijatuhkan. Jaksa penuntut umum (JPU) bertugas untuk membuktikan bahwa terdakwa benar telah melakukan tindak pidana. Agar persidangan berjalan seimbang, maka terdakwa sebaiknya didampingi dengan pengacara. Pengacara bertugas untuk membela hak-hak terdakwa. Agar hak-hak terdakwa dapat terpenuhi. Agar terdakwa dapat menyampaikan suaranya dalam persidangan, membela dirinya.

Perihal bersalah-tidak bersalah juga bukan perkara sederhana. Kenapa? Karena dibalik perbuatan ada niat. Misalnya, seseorang ditangkap karena mencuri pisang. Apakah dia serta merta dapat dikatakan bersalah melakukan pencurian dan harus dihukum seberat-beratnya? Bagaimana jika ia mencuri untuk memberi makan keluarganya? Haruskah ia dihukum sama beratnya dengan orang kecukupan ekonomi yang melakukan pencurian sebagai profesi? Silahkan anda jawab sendiri. Hal ini lah yang harus diungkap dalam persidangan, oleh Jaksa Penuntut Umum yang bertugas untuk membuktikan kesalahan pelaku dan Pengacara  yang bertugas untuk membuktikan jika ada hal-hal yang dapat meringankan hukuman pelaku.

Lucunya, pendapat masyarakat mengenai pengacara ini sering berubah-ubah. Kasuistis, atau tergantung kasus. Jika yang menjadi terdakwa adalah orang miskin yang mencuri sendal atau nenek-nenek yang mencuri kakao, maka pengacara akan dielu-elukan. Dikatakan membela rakyat miskin. Jika hakim memutus bebas, pengacara kasus tersebut akan menjadi pahlawan baru. Lain halnya jika yang menjadi terdakwa adalah orang kaya yang korupsi, pengacaranya akan dianggap hina, tidak bermoral, karena membela pelaku korupsi. Padahal, pada dasarnya kerja pengacara pada dua kasus tersebut kurang lebih sama. Pada teorinya.

Contoh di atas memang terasa sedikit naif. Apa iya pengacara pada kasus korupsi melakukan hal yang sama dengan pengacara kasus remeh temeh? Tapi poin yang ingin saya sampaikan adalah, profesi pengacara pada dasarnya bukan hal tercela. Apa iya jika pada suatu hari saat keluarga kita berurusan dengan hukum kita memilih untuk tidak dibela dengan pengacara? Dengan berpegang pada asumsi "pengacara membela orang yang salah".

Mengenai "profesi tercela", menurut saya harus dikembalikan pada masing-masing orang. Profesi apapun dapat mendatangkan dosa jika dijalankan secara menyimpang. Bukankah guru mengaji pun masih ada yang mencabuli muridnya?

Akhir-akhir ini jika saya kembali terjebak dalam pembicaraan jangan-jadi-pengacara saya hanya menjawab dengan senyum. Rasanya malas terus menerus menjelaskan. Tapi juga salah jika dibiarkan. Mungkin dengan tulisan ini beberapa orang akan sedikit mengerti dan tidak perlu bertanya.

Sabtu, 21 Juli 2012

Cinta Segitiga: Saya, Skripsi dan Sims!

Melihat blog ini beberapa waktu ke belakang, sepertinya tidak banyak hal yang baru. Padahal saya masih ngutang cerita part 2 dari perjalanan singkat saya di bulan Mei kemarin. Draft postingan saya juga lumayan banyak, tapi sayang tidak pernah *belum* berhasil saya selesaikan. Aduh, ini tanda-tanda penyakit malas. Postingan terakhir saya buat secara kilat di sela-sela liburan saya yang sebenarnya bukan liburan.

Oh iya, good news nya skripsi saya sudah selesai. Setelah menunda-nunda berminggu-minggu setelah penelitian saya selesai, akhirnya ada "daya paksa" yang membuat saya siang malam ngetik skripsi. Teman saya, Nia, memberi kabar bahwa untuk lulus bulan September, berkas calon wisudawan harus dikumpulkan paling lambat 30 Juli. Wah, sial. Waktu mendengar kabar ini saya sedang tidak di Makassar, laptop saya lagi sakit parah dan saya baru saja menghapus back-up file bab 1 sampai 3. Celaka dua belas. Saya lalu menginstal antivirus baru dan menyembuhkan laptop saya dan buru-buru kembali ke Makassar. Intinya skripsi sudah kelar, tapi sepertinya niat saya lulus bulan September tidak akan kesampaian. Yah, tiap orang punya ceritanya masing masing dengan fase ini.

Setelah skripsi beres akhirnya saya menganggur lagi. Seperti biasanya, teman menganggur kedua setelah buku buat saya adalah game The Sims. Saya mulai main The sims sepertinya beberapa tahun lalu. Tidak seperti Simmer lain yang memulai dengan Sims 1 saya memulai dengan Sims 3. Baru belakangan setelah laptop kakak saya ngadat karena Sims 3 yang terlalu berat buat laptop, akhirnya saya berpindah ke Sims 2 dengan Expansion Pack Nightlife. Yah, lumayan lah.

Kalau disuruh memilih jelas saya memilih Sims 3. Kenapa? Graphic nya lebih bagus, pindah lot tidak perlu loading, bisa memilih sifat apa yang akan jadi traits sims ciptaan kita, bisa bikin keluarga gelandangan. Hahaha. Beberapa teman saya yang juga main Sims rupanya punya cerita yang sama dengan saya. Di awal-awal bermain sims, kami menciptakan sims yang sempurna. Sifatnya baik-baik, hidupnya normal, cinta keluarga, tidak punya musuh. Tapi lama kelamaan, sims macam ini membosankan. Akhirnya sims yang diciptakan mulai beragam, tidak lagi sims baik-baik. Favorit traits (sifat) saya di sims 3 adalah Kleptomaniac. Hahaha. Kenapa? Karena dengan menjadi Kleptomaniac sims saya tidak perlu susah-susah bekerja, cukup bertamu ke rumah orang kaya dan ngutil sesuatu. Setelah itu bisa dijual. hehehe.

Di Sims 2 yang tidak dilengkapi dengan fitur "traits" penyimpangan yang saya buat adalah menciptakan sims playboy. Jadi sims super playboy ini punya anak dimana-mana. Heheh. Tapi hal yang paling saya suka dari game ini adalah, saya bisa mendesain rumah semau saya. Saya lebih banyak menghabiskan waktu mendesai rumah bagi sims dibandingkan memainkan sims-sims saya. Main game The Sims memang tidak pernah membosankan. Di awal-awal permainan saya hanya akan berhenti setelah mata saya super berat kelamaan di depan monitor.


Sebelum memulai proses mengerjakan tugas akhir dan segala tetek bengeknya, saya meng-uninstall game the sims saya. Maksudnya supaya saya fokus dengan tugas akhir. Jadi masa vakum saya tidak bermain The Sims lumayan lama, sekitar 7 bulan. 



Anyway, saya tidak sedang menyarankan anda untuk bermain The Sims sepanjang hari di bulan ramadhan ini loh. Mendingan diisi dengan ibadah kaaaan.. :)

Kamis, 05 Juli 2012

Browny, The Slum-Cat Millionaire #eh

Hey La! Greetings from my hometown.. :)

Karena lagi sumpek dengan rutinitas sehari-hari di Makassar, akhirnya saya memutuskan bergabung dengan sepupu saya untuk liburan (baca: menemani mereka liburan) ke Sorowako. Horeee.. seperti biasanya saya selalu bersemangat balik ke kota ini. I love it's weather, i love the lake, i love the places, i love all of things about this town!

Hari ini saya tidak berenang dan kemana-mana, hanya di rumah karena hampir seharian hujan turun. dan tebak saya bertemu siapa? Kucing mantan tetangga saya! Ini dia penampakannya:

  
terimalah gambar ini apa adanya, saya lagi malas rotate me rotate. :p




Kucing ini dulunya *sepertinya* punya tetangga saya loh. Saya gak ingat namanya siapa. Seingat saya tetangga saya juga tidak memberi nama. Jadi panggil saja di Browny ya. Kalo dari jenis kucingnya, menurut ke sotoyan saya, kucing ini adalah kucing siam. Setelah ber google ria, inilah penampakan "siamese cat" atau kucing siam:

Siamese cat versi lebih terawat dari Browny. Huhuu..

Benarlah dugaan saya bahwa si Browny ini adalah kucing siam yang pastinya bernilai ekonomis. Saya lalu meng-google harga seekor kucing siam *mental money oriented*. Dari situs www.pets4homes.co.uk ternyata harga kucing siam berkisar pada angka 300-400 poundsterling atau jika dirupiahkan mencapai 4,8 sampai 6,4 Juta ! Wuooooow..

Tapi, sayang sekali si Browny ini sudah dikebiri dan lebih sayangnya lagi, di kota ini tidak ada kucing siam betina. Sampai tulisan ini diterbitkan pun saya tidak tahu si Browny ada di mana. Sejak tetangga saya meninggal, Browny memilih hidup sebagai kucing liar.

Kucing liar seharga jutaan rupiah. *fliptable*

Senin, 04 Juni 2012

If He Was Here Today, It's His 30th Birthday! :')

As I promised before, in June 4th, I'll explain about this photo

It's me and my brother in our father's overall, pretending that we're a kangaroo.

Hari ini tanggal 4 Juni 2012, hari ulang tahun kakak laki-laki saya di foto. Di hari ini seharusnya dia genap berusia 30 Tahun. But you now what? He didn't make it. Ulang tahunnya berhenti di tahun 2007. Dia tidak pernah sampai ke ulang tahunnya yang ke 25. He didn't make it. 

He's a good brother, you know. Kind of brother who says "you mess with my sister and I'll break your leg!" Once I was home with a bruise in my cheek. My friend kicked the basket ball to the wall and it bounced back and hit my face. He asked me who did it to me. I explained that it was an accident, that the boy who did it didn't mean it. He just said okay. But tomorrow, in the same gymnasium where I usually play basketball with my friends, he suddenly comes up. Asked me which boy who kick the basket ball yesterday. I told him that it's not necessary for him to know. I remember what he said: "I just wanna tell this boy, that basketball is to throw not to kick. Once I know that he did it again to you, I swear he will pay it." Yeah, he was that kind of brother. :')

Seingat saya dia pribadi yang kreatif, tapi pembosan. Seandainya di masa dia remaja grafiti sudah hype, mungkin dia biasa bikin grafiti yang bagus sekali. Dia juga selalu kreatif dalam memasak. Dia tidak pernah membuat mi instan sesuai instruksi standar, dia selalu punya cara untuk memodifikasi mi instan dan hasilnya enak. Biasanya sebelum masak mi instan dia akan bertanya dulu, "dila, mauko juga?" kalau saya mau, dia akan masak buat saya juga.

I missed him sometimes. My mother still cried on him sometimes. My father still cried in silent while he read Al-Quran. It's not because we didn't let him go. Not because we haven't let him go. It just so sad that we, somehow, almost forgot how is it feels when he was here.

If he were here today, saya mungkin sedang bersama keluarga saya, makan kue ulang tahunnya atau sekedar memberi ucapan selamat. The first or the second birthday after he's gone, we bought a birthday cake in his birthday, cut it, and ate it together. Wishing him a better place somewhere. We didn't do it today. Maybe because we've been let him go. Peacefully. :)

Sabtu, 02 Juni 2012

Hey Daddy, I Love You! :)

I made a post about my Mom in Mother's Day. And there is no Father's Day. No, not in Indonesia. And I didn't post anything about my father in his birthday. It suddenly came up in my mind that I have to write about him. So, here we go:


It's my father who help me fix my bike.
It's my father who teach me how to swim.
It's my father who accompany me watching MotoGP race since junior high school.
It's my father who accompany me watching football for years.
It's my father who always ask me about my day at school.
It's my father who made me a tumbler full of coffee when i should go to the airport in the midnight.
It's my father who always ask me if i still have enough money in my pocket.
It's my father who cover me with blanket at night.
It's my father who create a "crazy Sunday" when we have to clean the mosque near my house.
It's my father who teach me how to plant corn. And we nurse it until we can harvest it and share it to the neighbors.
It's my father who ask me to stop reading Harry Potter at night cuz it must hurt my eyes. Then i go to my room, turn the light off, and keep reading the book with flashlight in my blanket.
It's my father who made me some herbal medicine when i was sick. That's why i never tell him that i'm sick.
It's my father who brought me a lost turtle that he found at the drain. He named it Turles. Hehe
It's my father who made me a windmill from bamboo.
It's my father who tell me bedtime story.
It's my father who tell a speech when he asked to sing. hehe


and It's me who never realize all of that fact about him. :'(


I write this to remind me that every time I mad of him, I should remember that he has been very understanding, caring, loving, patient, wisely in raising me this recent 21 years. Now, It's my turn.

Kamis, 31 Mei 2012

Memorable Photograph :')

I always have no problems in enjoying my me-time.


Tulisan ini ditulis saat saya sedang sendiri saja di sebuah tempat ngopi di salah satu mall di kota saya. Tapi saya tidak sedang minum kopi, saya minum green tea. Salah satu favorit saya saat ini, mungkin minggu depan ganti lagi. hehe.

Karena sedang tidak membawa buku apapun, (saya sedang baca Sejarah Dunia dalam 10 1/2 Bab, yang tiba-tiba raib entah kemana) saya memutuskan membawa laptop. Mumpung modem saya kuotanya masih aduhai untuk berselancar. So, here I am! Karena melihat kondisi yg agak ramai, rasanya tidak memungkinkan untuk buka-buka akun orang lain *mental stalker*, akhirnya saya menggali foto-foto lama dari akun fesbuk saya sendiri. Dan, sukseslah saya ketawa sendiri. So, laugh with me!! :)




Pensi jaman SMA, bersama teman saya Chika.
Maafkan ke-labil-an saya dan Chika di foto ini. Foto ini diambil pada Pensi di tahun terakhir saya di SMA. Saya dengan santainya bercelana pendek dan berkaos oblong. Sedangkan Chika memakai rok dan kaos. Entah setan apa yang merasuki saya dan Chika, you can see the stamp mark in my cheek. Saat orang lain dengan hebohnya bebaju bling-bling dengan rambut yang ditata rapi di salon, kami dengan santainya berpakaian rumahan. Saat orang lain menstempel punggung tangan, kami di Pipi! Kalo dulu sudah ada FPI mungkin saya dan Chika sudah dicekal. #eh. Mana Chika pake bando tanduk setan. Hahahah.

Diklat Selam Pertama Divisi Bahari KPA Kalpataru Smansa :)
Lagi-lagi foto ini dipenuhi pose labil khas jaman SMA. Foto ini diambil di Pulau Barrang Lompo, Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Inilah pertama kali saya menyelam di laut. Wow, what a great experience! Di sini saya masih kelas 2 SMU, dengan santainya bolos sekolah 2 hari buat Diklat Selam. Saya ingat dulu saya tidak berbohong ke orang tua saya buat bolos sekolah. Orangtua saya begitu saja merestui anaknya bolos demi menyelam. Rawk!! hehehe.


Rundown Acara Sesat yang dibuat Teman saya.
Inilah foto ter-epic yang berhasil buat saya ketawa sendiri. Waktu itu, tahun 2009, saya dan teman-teman angkatan saya menjadi panitia Inaugurasi. Dan, muncullah rundown acara lucu-lucuan ini di FB. Saya tidak ingat siapa yang membuat. Ini dia rangkaian acaranya:

  1. Senam Santai. Mmm..okelah, sebelum acara senam santai dulu. Bolehlah.. hehhe
  2. Makan Malam. Nah, setelah senam, waktunya makan malam, kan lapar, jadi harus makan dulu. Yah... sampai sini masih normal lah. hihiihi..
  3. Debus. What! hahaha. Demi apa di Inaugurasi ada debus? Memangnya penjual obat di depan MTOS. Hahaha. 
  4. Pesugihan. Ini jelas-jelas sudah jauh menyimpang. Di inaugurasi ada pesugihan. Tapi kalo dipikir-pikir wajar lah pikiran untuk pesugihan itu datang. Inaugurasi angkatan saya diadakan di hotel berbintang 4 setengah, yang khusus sewa Ballroom saja menghabiskan sekitar 22 Juta. Go Pesugihan!!!
  5. Tari Daerah Barbados. Seumur hidup saya belum pernah liat tarian daerah Barbados. Jadi bolehlah... hehehe. Saya kalo dengar kata barbados yang muncul di kepala saya adalah wanita-wanita berkulit gela dengan hiasan kepala penuh buah-buahan. Eksotis!!
  6. Band. Acara yang paling menjengkelkan di Inaugurasi. Semua band dari tiap angkatan mau tampil. Mulai dari yang suaranya pas-pasan, sampai yang memang tidak ada harapan.
  7. Parade. Parade apakah ini? Tidak jelas.
  8. Pengukuhan Itho sebagai Presiden RI. Ini. Benar. Benar. Absurd. Saya baru tahu setelah baca Rundown Sesat ini kalo dulu Itho bercita-cita jadi Presiden RI. Akhirnya dia sekarang jadi aktivis Stand Up Comedy..
  9. Vaksin H1N1. INI SUPER ABSURD!!!! hahahaha.. memang jaman saya inaugurasi dulu, lagi marak-maraknya flu babi. H5N1-Flu burung, H1N1-Flu Babi. Akhirnya inaugurasi ditutup dengan vaksin flu babi! hahahaha... 


Pretending as a Kangaroo with my brother.
Untuk foto yang terakhir ini, nantilah saya ceritakan di postingan saya tanggal 4 Juni.

Thanks for reading!
Ciao!

Senin, 21 Mei 2012

Bercerita Cita-Cita

It just a random post about some random memories. If you're looking for a meaningful-inspiring-deep post then you may read a wrong article. or blog :)


Saya masih ingat fase perubahan cita-cita saya. Untuk hal ini saya harus berterima kasih kepada keluraga saya yang menjadikan ini sebagai lelucon sehingga hal ini sulit dilupakan.

Umur 4,5 tahun..


Dila cita-citanya apa?
Jadi konglomomerat.

Baiklah, terima kasih yang pertama adalah kepada Susan dan Kak Ria Enes yang telah menyanyikan lagu "Cita-Cita" dengan melodi yang sangat mudah diingat oleh anak seusia saya saat itu. Di antara seluruh cita-cita ngawur Susan, jatuhlah pilihan saya kepada "konglomomerat". Kenapa bukan dokter? Padahal dokter bisa suntik orang lewat. Juga kenapa bukan insinyur? Saya juga tidak tahu. Hanya saja kata "konglomomerat" rasanya membius sekali. Sebuah kata panjang yang susah dilafalkan ternyata bisa saya lafalkan dengan baik. Maka itulah cita-cita saya.

Umur 5 tahun, setelah pulang bermain dari rumah teman yang baru pulang berlibur..


Dila cita-citanya apa?
Jadi Sempati Aerok

Yang pertama, Sempati Aerok bukanlah sebuah profesi. Bahkan bukan kata sama sekali. Itu hanya kata yang saya karang sendiri karena mendengar cerita teman saya dengan setengah-setengah. Teman saya bercerita tentang pramugari di pesawat yang ia tumpangi pulang berlibur. Saya curiga pesawat tersebut berasal dari maskapai Sempati Air. Dan dengan ingatan anak umur 5 tahun, saya memilih profesi tersebut sebagai cita-cita. Saya bahkan belum pernah naik pesawat untuk tau pekerjaan pramugari a.k.a. Sempati Aerok itu seperti apa. Ternyata saya sudah nekat sejak umur 5 tahun. Di umur 6 atau 7 tahun saya pertama kali naik peasawat. Pesawat kecil dengan jumlah penumpang mungkin tidak cukup 20 dan tanpa pramugari. Hanya seorang cabin crew yang merangkap teknisi yang merangkap paman saya. Saya akhirnya boleh mengantongi permen lebih banyak dari penumpang lain. Saya senang sekali, tapi cita-cita saya saat itu telah berubah.

Umur 6 tahun, setelah beberapa bulan pandai membaca. tapi tidak pernah dengan teliti.


Dila cita-citanya apa?
Jadi OSIS seks.

Inilah dia yang menjadi aib saya saat pembicaraan mengenai cita-cita muncul di tengah keluarga. Ini semacam cerita yang jika suatu hari saya mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia, cerita ini akan menyerang saya dalam bentuk black campaign. Sungguh sial saya tidak pernah membaca dengan teliti dan bermulut besar di waktu yang bersamaan. Saat itu kakak saya yang SMP pulang ke rumah dan dengan senangnya memberi tahu orang tua saya kalau dia terpilih menjadi pengurus OSIS. Melekatlah kata OSIS ini di kepala saya. Ah, baiklah it must be something cool, seeing my sister's enthusiasm while talking bout it, it must be something really cool. Setelah mengingat-ingat kata keren itu saya lalu membaca struktur organisasi yang dibawa pulang kakak saya. Jadi ada ketua, wakil, sekertaris (bukan sekretaris), dan bendahara. Dan banyak kata "sek." yang diikuti kata-kata lain di belakangnya. Wow, saya mau menjadi salah satu dari "sek." itu. Dan jadilah cita-cita saya OSIS seks. Dari manakah "s" kedua dari kata "sek."?? Saya tidak tahu, mungkin karena ketidaktelitian saya membaca, mungkin juga karena kata "sek." mengingatkan saya pada kata "seksi".

Di tahun-tahun berikutnya cita-cita saya berubah sesuai dengan apa yang sedang getol saya nonton. Mulai dari Penjinak Hewan Liar (kelas 4 SD) karena sering menonton tayangan seorang laki-laki menangkap anaconda/ular berbisa/buaya dll. Lalu pernah pula ingin menjadi Pengamat Politik (Kelas 5-6 SD) karena sering menonton tayangan berita bersama bapak saya. Bapak saya mewanti-wanti jangan jadi politikus, sehingga saya berpikir untuk menjadi pengamat politik saja. Yang penting saya bisa berbicara politik. Pernah pula saya ingin menjadi mekanik, saya ingin membuka bengkel modifikasi mobil. Saya tidak ingat apa yang saya tonton hingga bercita-cita menjadi mekanik. Bapak saya seorang mekanik alat berat. Saya pernah bertanya "Pak, kalau mau jadi mekanik harus sekolah apa?" Seingat saya bapak tidak menjawab.

Cita-cita lain yang pernah saya impikan adalah Penulis Lagu, saya pernah mengarang sebuah lagu yang saya tuliskan di kertas binder. Lalu Penulis Cerpen, karena keseringan membaca cerpen di Majalah Bobo. Pernah pula saya ingin menjadi relawan. Yah, yang ini mungkin bukan cita-cita. Tapi saat gempa di Yogyakarta dan sekitarnya beberapa tahun lalu saya sempat minta izin ke bapak saya. "Pak, kalau saya ke Jogja untuk jadi relawan boleh tidak?" Seingat saya lagi-lagi Bapak tidak menjawab. Tapi kali ini saya tahu betul jawabannya. Tidak.

Kalau ditanya apa cita-cita saya sekarang, saya pusing. Mungkin lebih baik tanya saya besok :)

Sabtu, 19 Mei 2012

2012 Trip Part 1

The first sunrise (that i capture) in my trip..

Ajakan untuk bertualang itu datang di saat saya sedang tidak berencana untuk kemana-mana. Tepat saat saya menuliskan kalimat "saya akan fokus lulus kuliah" di kepala saya. Dengan sepenggal kalimat "traveling first graduation next ya, Dil" lunturlah keinginan untuk fokus skripsi. Saat itu awal bulan April.

Saya selalu percaya bahwa sebuah niat yang kuat akan menarik alam semesta, atas kehendak Tuhan, bersekongkol mewujudkan niat tersebut. Bahkan pada niat yang tidak terencana baik. Setelah niat itu muncul tiba-tiba semua seakan bergerak untuk terwujudnya niat itu. Urusan proposal skripsi saya mandeg di pembimbing 1 yang akhirnya memakan 3 minggul lebih lama dari seharusnya. Di akhir April saat tiket akan dilunasi, saya kembali ditanyai "Kamu jadi ikut liburan?" Saya lalu mengambil keputusan tanpa berpikir, "Ya, oke." Dan bersiaplah saya.

Name tag yang harus ikut kemana-mana. heheh

Saya tipe orang yang sulit menghadapi ketidakpastian (tidak ada hubungannya dengan "hati" ya, hehe). Saya lalu merencanakan perjalanan saya. Keluarga saya memilih Jakarta-Bandung-Jakarta, tapi itu terlalu mainstream (9gag rules!! hehe). Saya memilih Jakarta-Bandung-Jogja-Solo-Surabaya. Dalam 10 hari. Pencarian lalu dilanjutkan dengan pengecekan tiket kereta, destinasi wisata, dan transportasi dalam kota dari satu tempat ke tempat lain. Untunglah masalah akomodasi masih dalam tanggungan sponsor (baca: kakak saya) dan mengandalkan kosan teman.

Berangkatlah saya sore itu. Dengan duit pas-pasan. hahahaha

Part 1: Jakarta. leyeh-leyeh time!
Dua hari pertama adalah hari-hari milik ibu kota. Apa yang saya lakukan? Hari pertama, menemani bocah-bocah berenang di kolam renang komplek. Sementara mereka berenang, saya membaca buku di tepi kolam sambil minum teh manis dingin. Saya memang memilih tidak kemana-mana, selain tidak punya partner in crime di kota ini, juga malas saja berhadapan dengan macet. Saat itu weekend. Sisa hari itu saya habiskan dengan, lagi-lagi, membaca buku. Hari itu, sangking berleyeh-leyehnya saya, tiga buku berhasil saya tamatkan.

Hari kedua Jakarta hujan. Super deras. Tapi tidak apa-apa hari ini saatnya ke Bandung. Horeeee..

Part 2: Bandung. angkotnya yang mana ini!?

A blister feet. Oleh-oleh dari Bandung. Wrong shoes yaa...

Itu benar. Satu hal yang membuat Bandung tidak se-cihuy seharusnya adalah: Angkot.
Hari pertama hidup saya masih aman tentram. Ke Tangkuban Perahu dan Ciater dengan menggunakan kendaraan travel. Masih merasakan pendingin udara, tidak harus menunggu angkot di tepi jalan. Tangkuban Perahu itu keren, tapi kenapa saya tidak begitu senang ya sampai di sini. Mungkin karena lokasinya waktu itu dipadati turis, jadinya malas berlama-lama memandang kawah. Saya malah lebih antusias dengan tanaman-tanaman yang tidak hijau, kedai-kedai suvenir yang beratap ijuk, dan jalan setapak di belakang kedai suvenir yang terlihat sangat jadul. hehehe.

Hari kedua mulailah kami, berenam, berrtualang dengan angkot. Gosh, i thought it would be easy! Berbekal pengalaman ber-angkot di Makassar dan Manado yang biasa-biasa saja, saya pikir cukup naik dan menghapal warna angkot dan jalurnya. Tapi... selamat datang di kota yang angkotnya berwarna warni dan berjalur membingungkan.

Hari itu kami ke Kebun Binatang Bandung. Horeee... saya selalu suka kebun binatang. Saya suka mengamati binatang yang biasanya bergerak konstan. Makan, mondar mandir, makan, mondar mandir. Waktu itu saya menghabiskan waktu cukup lama di kandang gajah. Kenapa? Karena saya baru saja membaca buku tentang persahabatan seorang pelatih gajah sirkus dengan gajah peliharaannya. Buku itu judulnya Modoc. Dan sewaktu Modoc mati, saya menangis. Jadilah saya sedikit terobsesi dengan gajah. Saya juga lama mengamati seekor kera kecil yang sibuk bergelantungan dan kadang berjalan dengan canggung. hehehe. absurd sekali ya hidup saya. Oh iya, saya agak bete deh dengan kebijakan kebun binatang yang membolehkan pengunjung memberi makan hewan. Bukannya ga boleh ya, karena tiap hewan punya diet masing-masing...

Hari-hari berikutnya dilanjutkan dengan berwisata belanja. Ke Paris van Java, yang keren, ke Ciwalk yang konsepnya asyik, ke Jln Riau yang membuat kaki saya lecet, dan ke Cihampelas yang dipenuhi anak-anak study tour dari penjuru negeri. Saya yang memiliki antusias level 1 untuk belanja, ya hanya mencoba menikmati ambience kota ini saja. Saya sebenarnya ingin ke Braga, tapi akhirnya tidak kesampaian. Pertama karena kalah suara, Kedua karena nggak sempat. Kemana-mana waktu saya habis di jalan, macet! Dan salah angkot. Itu juga. Heheh.

A Sad Bear. Tidak tahu kenapa saya berpikir beruang ini lg sedih.
Mungkin karena dia hanya duduk seperti ini seharian. 

Super-excited little boy. Bersama Modoc imajiner saya.
Untuk Part Jogja dan Surabaya dilanjutkan besok yaaa.. ngantuk. -___-"

PS: Tolong maklumilah foto sy yang biasa-biasa saja. hehe