Kamis, 31 Mei 2012

Memorable Photograph :')

I always have no problems in enjoying my me-time.


Tulisan ini ditulis saat saya sedang sendiri saja di sebuah tempat ngopi di salah satu mall di kota saya. Tapi saya tidak sedang minum kopi, saya minum green tea. Salah satu favorit saya saat ini, mungkin minggu depan ganti lagi. hehe.

Karena sedang tidak membawa buku apapun, (saya sedang baca Sejarah Dunia dalam 10 1/2 Bab, yang tiba-tiba raib entah kemana) saya memutuskan membawa laptop. Mumpung modem saya kuotanya masih aduhai untuk berselancar. So, here I am! Karena melihat kondisi yg agak ramai, rasanya tidak memungkinkan untuk buka-buka akun orang lain *mental stalker*, akhirnya saya menggali foto-foto lama dari akun fesbuk saya sendiri. Dan, sukseslah saya ketawa sendiri. So, laugh with me!! :)




Pensi jaman SMA, bersama teman saya Chika.
Maafkan ke-labil-an saya dan Chika di foto ini. Foto ini diambil pada Pensi di tahun terakhir saya di SMA. Saya dengan santainya bercelana pendek dan berkaos oblong. Sedangkan Chika memakai rok dan kaos. Entah setan apa yang merasuki saya dan Chika, you can see the stamp mark in my cheek. Saat orang lain dengan hebohnya bebaju bling-bling dengan rambut yang ditata rapi di salon, kami dengan santainya berpakaian rumahan. Saat orang lain menstempel punggung tangan, kami di Pipi! Kalo dulu sudah ada FPI mungkin saya dan Chika sudah dicekal. #eh. Mana Chika pake bando tanduk setan. Hahahah.

Diklat Selam Pertama Divisi Bahari KPA Kalpataru Smansa :)
Lagi-lagi foto ini dipenuhi pose labil khas jaman SMA. Foto ini diambil di Pulau Barrang Lompo, Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Inilah pertama kali saya menyelam di laut. Wow, what a great experience! Di sini saya masih kelas 2 SMU, dengan santainya bolos sekolah 2 hari buat Diklat Selam. Saya ingat dulu saya tidak berbohong ke orang tua saya buat bolos sekolah. Orangtua saya begitu saja merestui anaknya bolos demi menyelam. Rawk!! hehehe.


Rundown Acara Sesat yang dibuat Teman saya.
Inilah foto ter-epic yang berhasil buat saya ketawa sendiri. Waktu itu, tahun 2009, saya dan teman-teman angkatan saya menjadi panitia Inaugurasi. Dan, muncullah rundown acara lucu-lucuan ini di FB. Saya tidak ingat siapa yang membuat. Ini dia rangkaian acaranya:

  1. Senam Santai. Mmm..okelah, sebelum acara senam santai dulu. Bolehlah.. hehhe
  2. Makan Malam. Nah, setelah senam, waktunya makan malam, kan lapar, jadi harus makan dulu. Yah... sampai sini masih normal lah. hihiihi..
  3. Debus. What! hahaha. Demi apa di Inaugurasi ada debus? Memangnya penjual obat di depan MTOS. Hahaha. 
  4. Pesugihan. Ini jelas-jelas sudah jauh menyimpang. Di inaugurasi ada pesugihan. Tapi kalo dipikir-pikir wajar lah pikiran untuk pesugihan itu datang. Inaugurasi angkatan saya diadakan di hotel berbintang 4 setengah, yang khusus sewa Ballroom saja menghabiskan sekitar 22 Juta. Go Pesugihan!!!
  5. Tari Daerah Barbados. Seumur hidup saya belum pernah liat tarian daerah Barbados. Jadi bolehlah... hehehe. Saya kalo dengar kata barbados yang muncul di kepala saya adalah wanita-wanita berkulit gela dengan hiasan kepala penuh buah-buahan. Eksotis!!
  6. Band. Acara yang paling menjengkelkan di Inaugurasi. Semua band dari tiap angkatan mau tampil. Mulai dari yang suaranya pas-pasan, sampai yang memang tidak ada harapan.
  7. Parade. Parade apakah ini? Tidak jelas.
  8. Pengukuhan Itho sebagai Presiden RI. Ini. Benar. Benar. Absurd. Saya baru tahu setelah baca Rundown Sesat ini kalo dulu Itho bercita-cita jadi Presiden RI. Akhirnya dia sekarang jadi aktivis Stand Up Comedy..
  9. Vaksin H1N1. INI SUPER ABSURD!!!! hahahaha.. memang jaman saya inaugurasi dulu, lagi marak-maraknya flu babi. H5N1-Flu burung, H1N1-Flu Babi. Akhirnya inaugurasi ditutup dengan vaksin flu babi! hahahaha... 


Pretending as a Kangaroo with my brother.
Untuk foto yang terakhir ini, nantilah saya ceritakan di postingan saya tanggal 4 Juni.

Thanks for reading!
Ciao!

Senin, 21 Mei 2012

Bercerita Cita-Cita

It just a random post about some random memories. If you're looking for a meaningful-inspiring-deep post then you may read a wrong article. or blog :)


Saya masih ingat fase perubahan cita-cita saya. Untuk hal ini saya harus berterima kasih kepada keluraga saya yang menjadikan ini sebagai lelucon sehingga hal ini sulit dilupakan.

Umur 4,5 tahun..


Dila cita-citanya apa?
Jadi konglomomerat.

Baiklah, terima kasih yang pertama adalah kepada Susan dan Kak Ria Enes yang telah menyanyikan lagu "Cita-Cita" dengan melodi yang sangat mudah diingat oleh anak seusia saya saat itu. Di antara seluruh cita-cita ngawur Susan, jatuhlah pilihan saya kepada "konglomomerat". Kenapa bukan dokter? Padahal dokter bisa suntik orang lewat. Juga kenapa bukan insinyur? Saya juga tidak tahu. Hanya saja kata "konglomomerat" rasanya membius sekali. Sebuah kata panjang yang susah dilafalkan ternyata bisa saya lafalkan dengan baik. Maka itulah cita-cita saya.

Umur 5 tahun, setelah pulang bermain dari rumah teman yang baru pulang berlibur..


Dila cita-citanya apa?
Jadi Sempati Aerok

Yang pertama, Sempati Aerok bukanlah sebuah profesi. Bahkan bukan kata sama sekali. Itu hanya kata yang saya karang sendiri karena mendengar cerita teman saya dengan setengah-setengah. Teman saya bercerita tentang pramugari di pesawat yang ia tumpangi pulang berlibur. Saya curiga pesawat tersebut berasal dari maskapai Sempati Air. Dan dengan ingatan anak umur 5 tahun, saya memilih profesi tersebut sebagai cita-cita. Saya bahkan belum pernah naik pesawat untuk tau pekerjaan pramugari a.k.a. Sempati Aerok itu seperti apa. Ternyata saya sudah nekat sejak umur 5 tahun. Di umur 6 atau 7 tahun saya pertama kali naik peasawat. Pesawat kecil dengan jumlah penumpang mungkin tidak cukup 20 dan tanpa pramugari. Hanya seorang cabin crew yang merangkap teknisi yang merangkap paman saya. Saya akhirnya boleh mengantongi permen lebih banyak dari penumpang lain. Saya senang sekali, tapi cita-cita saya saat itu telah berubah.

Umur 6 tahun, setelah beberapa bulan pandai membaca. tapi tidak pernah dengan teliti.


Dila cita-citanya apa?
Jadi OSIS seks.

Inilah dia yang menjadi aib saya saat pembicaraan mengenai cita-cita muncul di tengah keluarga. Ini semacam cerita yang jika suatu hari saya mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia, cerita ini akan menyerang saya dalam bentuk black campaign. Sungguh sial saya tidak pernah membaca dengan teliti dan bermulut besar di waktu yang bersamaan. Saat itu kakak saya yang SMP pulang ke rumah dan dengan senangnya memberi tahu orang tua saya kalau dia terpilih menjadi pengurus OSIS. Melekatlah kata OSIS ini di kepala saya. Ah, baiklah it must be something cool, seeing my sister's enthusiasm while talking bout it, it must be something really cool. Setelah mengingat-ingat kata keren itu saya lalu membaca struktur organisasi yang dibawa pulang kakak saya. Jadi ada ketua, wakil, sekertaris (bukan sekretaris), dan bendahara. Dan banyak kata "sek." yang diikuti kata-kata lain di belakangnya. Wow, saya mau menjadi salah satu dari "sek." itu. Dan jadilah cita-cita saya OSIS seks. Dari manakah "s" kedua dari kata "sek."?? Saya tidak tahu, mungkin karena ketidaktelitian saya membaca, mungkin juga karena kata "sek." mengingatkan saya pada kata "seksi".

Di tahun-tahun berikutnya cita-cita saya berubah sesuai dengan apa yang sedang getol saya nonton. Mulai dari Penjinak Hewan Liar (kelas 4 SD) karena sering menonton tayangan seorang laki-laki menangkap anaconda/ular berbisa/buaya dll. Lalu pernah pula ingin menjadi Pengamat Politik (Kelas 5-6 SD) karena sering menonton tayangan berita bersama bapak saya. Bapak saya mewanti-wanti jangan jadi politikus, sehingga saya berpikir untuk menjadi pengamat politik saja. Yang penting saya bisa berbicara politik. Pernah pula saya ingin menjadi mekanik, saya ingin membuka bengkel modifikasi mobil. Saya tidak ingat apa yang saya tonton hingga bercita-cita menjadi mekanik. Bapak saya seorang mekanik alat berat. Saya pernah bertanya "Pak, kalau mau jadi mekanik harus sekolah apa?" Seingat saya bapak tidak menjawab.

Cita-cita lain yang pernah saya impikan adalah Penulis Lagu, saya pernah mengarang sebuah lagu yang saya tuliskan di kertas binder. Lalu Penulis Cerpen, karena keseringan membaca cerpen di Majalah Bobo. Pernah pula saya ingin menjadi relawan. Yah, yang ini mungkin bukan cita-cita. Tapi saat gempa di Yogyakarta dan sekitarnya beberapa tahun lalu saya sempat minta izin ke bapak saya. "Pak, kalau saya ke Jogja untuk jadi relawan boleh tidak?" Seingat saya lagi-lagi Bapak tidak menjawab. Tapi kali ini saya tahu betul jawabannya. Tidak.

Kalau ditanya apa cita-cita saya sekarang, saya pusing. Mungkin lebih baik tanya saya besok :)

Sabtu, 19 Mei 2012

2012 Trip Part 1

The first sunrise (that i capture) in my trip..

Ajakan untuk bertualang itu datang di saat saya sedang tidak berencana untuk kemana-mana. Tepat saat saya menuliskan kalimat "saya akan fokus lulus kuliah" di kepala saya. Dengan sepenggal kalimat "traveling first graduation next ya, Dil" lunturlah keinginan untuk fokus skripsi. Saat itu awal bulan April.

Saya selalu percaya bahwa sebuah niat yang kuat akan menarik alam semesta, atas kehendak Tuhan, bersekongkol mewujudkan niat tersebut. Bahkan pada niat yang tidak terencana baik. Setelah niat itu muncul tiba-tiba semua seakan bergerak untuk terwujudnya niat itu. Urusan proposal skripsi saya mandeg di pembimbing 1 yang akhirnya memakan 3 minggul lebih lama dari seharusnya. Di akhir April saat tiket akan dilunasi, saya kembali ditanyai "Kamu jadi ikut liburan?" Saya lalu mengambil keputusan tanpa berpikir, "Ya, oke." Dan bersiaplah saya.

Name tag yang harus ikut kemana-mana. heheh

Saya tipe orang yang sulit menghadapi ketidakpastian (tidak ada hubungannya dengan "hati" ya, hehe). Saya lalu merencanakan perjalanan saya. Keluarga saya memilih Jakarta-Bandung-Jakarta, tapi itu terlalu mainstream (9gag rules!! hehe). Saya memilih Jakarta-Bandung-Jogja-Solo-Surabaya. Dalam 10 hari. Pencarian lalu dilanjutkan dengan pengecekan tiket kereta, destinasi wisata, dan transportasi dalam kota dari satu tempat ke tempat lain. Untunglah masalah akomodasi masih dalam tanggungan sponsor (baca: kakak saya) dan mengandalkan kosan teman.

Berangkatlah saya sore itu. Dengan duit pas-pasan. hahahaha

Part 1: Jakarta. leyeh-leyeh time!
Dua hari pertama adalah hari-hari milik ibu kota. Apa yang saya lakukan? Hari pertama, menemani bocah-bocah berenang di kolam renang komplek. Sementara mereka berenang, saya membaca buku di tepi kolam sambil minum teh manis dingin. Saya memang memilih tidak kemana-mana, selain tidak punya partner in crime di kota ini, juga malas saja berhadapan dengan macet. Saat itu weekend. Sisa hari itu saya habiskan dengan, lagi-lagi, membaca buku. Hari itu, sangking berleyeh-leyehnya saya, tiga buku berhasil saya tamatkan.

Hari kedua Jakarta hujan. Super deras. Tapi tidak apa-apa hari ini saatnya ke Bandung. Horeeee..

Part 2: Bandung. angkotnya yang mana ini!?

A blister feet. Oleh-oleh dari Bandung. Wrong shoes yaa...

Itu benar. Satu hal yang membuat Bandung tidak se-cihuy seharusnya adalah: Angkot.
Hari pertama hidup saya masih aman tentram. Ke Tangkuban Perahu dan Ciater dengan menggunakan kendaraan travel. Masih merasakan pendingin udara, tidak harus menunggu angkot di tepi jalan. Tangkuban Perahu itu keren, tapi kenapa saya tidak begitu senang ya sampai di sini. Mungkin karena lokasinya waktu itu dipadati turis, jadinya malas berlama-lama memandang kawah. Saya malah lebih antusias dengan tanaman-tanaman yang tidak hijau, kedai-kedai suvenir yang beratap ijuk, dan jalan setapak di belakang kedai suvenir yang terlihat sangat jadul. hehehe.

Hari kedua mulailah kami, berenam, berrtualang dengan angkot. Gosh, i thought it would be easy! Berbekal pengalaman ber-angkot di Makassar dan Manado yang biasa-biasa saja, saya pikir cukup naik dan menghapal warna angkot dan jalurnya. Tapi... selamat datang di kota yang angkotnya berwarna warni dan berjalur membingungkan.

Hari itu kami ke Kebun Binatang Bandung. Horeee... saya selalu suka kebun binatang. Saya suka mengamati binatang yang biasanya bergerak konstan. Makan, mondar mandir, makan, mondar mandir. Waktu itu saya menghabiskan waktu cukup lama di kandang gajah. Kenapa? Karena saya baru saja membaca buku tentang persahabatan seorang pelatih gajah sirkus dengan gajah peliharaannya. Buku itu judulnya Modoc. Dan sewaktu Modoc mati, saya menangis. Jadilah saya sedikit terobsesi dengan gajah. Saya juga lama mengamati seekor kera kecil yang sibuk bergelantungan dan kadang berjalan dengan canggung. hehehe. absurd sekali ya hidup saya. Oh iya, saya agak bete deh dengan kebijakan kebun binatang yang membolehkan pengunjung memberi makan hewan. Bukannya ga boleh ya, karena tiap hewan punya diet masing-masing...

Hari-hari berikutnya dilanjutkan dengan berwisata belanja. Ke Paris van Java, yang keren, ke Ciwalk yang konsepnya asyik, ke Jln Riau yang membuat kaki saya lecet, dan ke Cihampelas yang dipenuhi anak-anak study tour dari penjuru negeri. Saya yang memiliki antusias level 1 untuk belanja, ya hanya mencoba menikmati ambience kota ini saja. Saya sebenarnya ingin ke Braga, tapi akhirnya tidak kesampaian. Pertama karena kalah suara, Kedua karena nggak sempat. Kemana-mana waktu saya habis di jalan, macet! Dan salah angkot. Itu juga. Heheh.

A Sad Bear. Tidak tahu kenapa saya berpikir beruang ini lg sedih.
Mungkin karena dia hanya duduk seperti ini seharian. 

Super-excited little boy. Bersama Modoc imajiner saya.
Untuk Part Jogja dan Surabaya dilanjutkan besok yaaa.. ngantuk. -___-"

PS: Tolong maklumilah foto sy yang biasa-biasa saja. hehe

Jumat, 18 Mei 2012

An Insane Friend Will Keep You Sane

Sore tadi, waktu saya lagi gak ada kegaitan, iseng-iseng buka status-status facebook yang saya tulis bertahun yang lalu. Dan bertemulah saya dengan sebah status yang akhirnya membuat saya bertanya-tanya apa yang mendorong saya menuliskan status ini.


"emotionally offside" itu maksudnya apa ya? hahahah.. seperti permainan bola yang menggunakan kata "offside". Mungkin saat itu maksud saya, saya lagi bad temper, tidak terkendali secara emosional. hehehe. Nah, yang lucu ternyata di komen-komen atas status ini. Awalnya, hanya perbincangan sok wise antara saya dan Itho, teman kuliah saya. heheh. cekidot...


Huahahahha... saya jadi ketawa tiap baca komen-komen di atas. Saya dan Itho sepertinya sedang sok galau dengan keadaan masing masing. Saya dengan diri saya (as usual, nasib jomblo single) dan Itho sepertinya dengan pacarnya pada saat itu. Sedang asyik-asyiknya ber-galau dengan bahasa Inggris, datanglah seorang lelaki. Yang dengan kejinya menghancurkan penggalauan massal malam itu... Manuliskan status tanpa peduli "keseriusan" kami. Huahahahahaha.. Dan berikutnya, penggalauan itu dihancurkan oleh seorang Artha. hahahahah


Itulah kisah status sok galau yang akhirnya diselamatkan oleh kesintingan Artha. Kalau tidak, mungkin saya dan Itho akan berlanjut menggalaukan diri masing-masing dengan bahasa Inggris. Just like what the old quote said: an insane friend will keep you sane.

Kamis, 17 Mei 2012

A Sour Lemon from Life :(


Akhir-akhir ini saya sering merasa jenuh. Jenuh dengan keadaan rumah, jenuh dengan rutinitas yang itu-itu saja. Saya ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Saat ditanyai oleh teman saya selesai kuliah saya mau apa, saya lalu diam. Saya sadar, setelah selesai kuliah saya tidak tahu mau apa. Mau kerja? Mau melanjutkan pendidikan S2? Mau menikah  menganggur? Sialannya saya belum ada bayangan. Saya lalu mengumpati diri saya.

Saya mau merantau. Itu yang selalu ada di pikiran saya. Keluar dari rumah, mencoba hidup di tempat baru. Tapi merantau tanpa tujuanpun pada akhirnya tidak akan menghasilkan apa-apa. Sampai di sini saya mendapati diri saya mengumpat lagi. Selain merantau yang ada di pikiran saya adalah menjadi pekerja lepas. Semenjak tahu bahwa Rumah Sokola yang dirintis Butet Manurung memiliki satu sekolah rintisan di kota in, saya langsung terpikir untuk membantu di situ.

Saya ingin menghasilkan sesuatu. Itu juga ada di pikiran saya. Saya ingin menulis buku. Saya ingin membuat proyek untuk diri saya sendiri. Membuat ini, membuat itu. Tapi masih belum tahu apa. Sulitnya adalah saya ratu inkonsistensi. Saat hari ini melihat seseorang membuat video yang sangat keren, jadilah mimpi saya ingin seperti orang itu. Saat besok saya melihat koleksi foto teman, saya lalu ingin meotret. Ah, berbahagialah orang-orang yang telah menemukan passionnya sejak jauh hari. Dan terkutuklah saya. Akhirnya saya mengumpat lagi.

Mungkin intinya hanya: saya sedang bosan. Lingkungan rumah sedang tidak nyaman, hidup monoton, kehidupan sosial biasa saja, intinya tidak ada sesuatu yang baru di hidup saya. Ditambah lagi setelah pulang liburan saya mendapati hal-hal yang mengerdilkan perasaan saya. Perasaan "saya belum melakukan apa-apa di hidup saya". Sial.

-life does give me it's lemon right now. in exact time when I can't make it into a lemonade-

Selasa, 15 Mei 2012

Conversation in delusion


it's funny how a photograph cold makes you smile, or even laugh. but end with a bitter taste in your tongue. Like a sweet candy that usually brings a toothache.
it's funny how a photograph could bring a same feeling every time you stare it. a same feeling that you have when it's taken.
it's funny how a photograph could talk to you, told you that in the time that it's taken, you are happy
well, you were happy. I was happy.


But the photograph said: "it's not me, dear. It's your memory!!"
I laughed, awkwardly, and say: "you bring it to my mind. like you pull it to the surface of the water when it's going to sink. so it's you. your fault. why don't you let it sink!"
The photograph then look at me with a commiserated face. "i'm just capturing moment, love. you're the one who in charge to fill it. whether with a happiness, or sadness. so do not blame me for those memories that came. all i can show you is what you feel that time. it is you, who see your happiness in the past as something to cry on today."

i look at the photo once again. look at our smile once. try feel the feelings once again.
"am i that happy that time?" i whisper to the photograph.
"you were. and you are, if you want." the photograph said shortly. "is it hurt?" he ask me back.
i look at the photo once again. well I actually cant take my eyes off of it. i answer it reluctantly. "it is. it is hurt to know that i only can see our smile in a piece of paper."
"a piece of paper that can makes your mood's swing." the photograph said stubbornly. I thought he feel offended.
"yes. a piece of paper that can swing my mood." I laugh.
We both laugh.

-a photograph did cause a delusion-

Jumat, 04 Mei 2012

Memperjuangkan Mimpi Butet Manurung

Hola! Hari ini saya sedang berselancar di situs VOA Indonesia dan menemukan artikel mengenai Butet Manurung. Sebagai gambaran umum (kalau masih ada yang belum mengenal siapa dia) Butet Manurung adalah seorang wanita bersuku Batak yang bernama lahir Saur Marlina Manurung. Dia adalah seorang wanita yang merintis sekolah alternatif bagi masyarakat Orang Rimba (Suku Kubu) yang berlokasi di Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi.

Butet Manurung
Gambar ini diambil dari sini

Nah, ternyata, sekolah alternatif ini tidak hanya dilaksanakan di Jambi, tapi sudah mulai menyebar di pelosok Indonesia wallaupun belum mencakup setiap profinsi. Beberapa waktu yang lalu saya sempat membaca twit dari Bapak Dino Patti Djalal, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, yang mengatakan bahwa Butet Manurung menerbitkan buku berjudul "The Jungle Book" di Amerika Serikat. Mengingat twitter hanya memberi informasi pendek, maka saya mencari informasi lebih lanjut mengenai hal ini. Dan ternyata, situs VOA Indonesia telah terdapat artikel mengenai peluncuran buku ini berjudul Butet Manurung Luncurkan Buku The Jungle School di AS. Sebelumnya, Butet Manurung telah menerbitkan buku berjudul Sokola Rimba di Indonesia. Buku ini berisi pengalaman Butet selama mengajar Orang Rimba di pedalaman Jambi.
Ini dia cover buku Sokola Rimba
Gambar ini diambil dari sini
Menurut artilkel yang tertulis di website VOA Indonesia, penerbitan buku ini di AS dimaksudkan untuk membantu pembiayaan program sekolah alternatif yang telah dirintis oleh Butet sejak tahun 1999. Setelah lebih dari 20 tahun membangun sekolah alternatif di lokasi-lokasi yang tidak terjangkau fasilitas pendidikan oleh pemerintah, kini Rumah Sokola telah memiliki 12 sekolah alternatif. Tujuh diantaranya merupakan sekolah pasca bencana yang sifatnya hanya sementara, seperti yang ada di Aceh dan Yogyakarta. Lima sekolah lainnya diperuntukkan bagi komunitas terkucil yang tinggal di pedalaman. Namun dari lima sekolah  hanya satu yang masih beroperasi. Semua karena permasalahan dana.

Ini di peta persebaran sekolah alternatif rintisan Rumah Sokola
gambar ini diambil dari sini

Sayang sekali jika kerja keras dari Butet dan kawan-kawan Rumah Sokola harus terhenti di tengah jalan akibat kurangnya dana. maka dari itu Butet berinisiatif untuk menerbitkan buku "The Jungle Book" yang nantinya seluruh hasil dari penjualannya akan digunakan untuk pembiayayaan kegiatan Rumah Sokola. Peluncuran buku ini dilakukan di Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC tanggal 10 April 2012. 

Di bulan Mei yang identik dengan bulan pendidikan ini, berita mengenai sekolah rintisan yang tutup karena kekurangan dana seperti memadamkan satu lagi lilin harapan bangsa ini. Dengan pendidikan sebagai tonggok utama pendorong perubahan Indonesia, miris sekali mengetahui bahwa harapan masyarakat pedalaman untuk memperoleh pendidikan semakin kecil.

Saya sempat memperoleh pengalaman mengajar di sekolah yang berlokasi terpencil di Sulawesi Selatan pada program Kuliah Kerja Nyata kampus saya. Saya terkejut bahwa di salah satu kabupaten tujuan wisata di Sulawesi Selatan, masih terdapat sekolah dengan fasiitas yang jauh dari layak. Karena kurangnya bangunan sekolah, siswa kelas 1 dan kelas 2 bahkan harus belajar di bekas bangunan tua yang berada di kompleks sekolah. Tapi, setidaknya masih bertap, jika dibandingkan dengan orang rimba yang bersekolah di alam terbuka. Tapi fasilitas tidak bisa menjadi satu-satunya tolok ukur dalam penilaian kualitas pendidikan. Buktinya, di sekolah tempat saya mengajar, masih banyak siswa kelas 6 (bayangkan, kelas 6!) yang belum lancar membaca. Hal ini membuat saya bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa naik kelas?

Beberapa waktu yang lalu saya menyaksikan program di salah satu TV swasta. Sebuah Talkshow yang menghadirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Bapak M. Nuh. Saat ditanyakan apakah saat ini ujian nasional memang "harus" diterapkan? Beliau menjawab harus, karena ujian nasional merupakan tolok ukur pendidikan Indonesia. Saya seketika mengingat sekolah tempat saya mengajar dulu. Bagaimana nasib murid saya yang belum lancar membaca akan menghadapi uian nasional?

Pendidikan merupakan hak azasi yang diakui secara internasional. Dan negara adalah fasilitator terpenuhinya hak tersebut. Beberapa daerah telah menerapkan pendidikan gratis 9 tahun. Namun belum ada yang menjanjikan "ketersediaan pendidikan yang layak" 9 tahun. Apa gunanya pendidikan gratis jika tidak tersedia? 

Program-program berbasis bantuan pendidikan seperti Rumah Sokola merupakan harapan bagi masyarakat kita yang masih menjadi anak tiri negara. Sayang sekali jika program seperti ini harus terhenti akibat terkendala pembiayaan. Jika tidak bisa menjadi seperti Butet Manurung, cukuplah kita membantu Butet untuk terus menjalankan mimpinya. :)

Kamis, 03 Mei 2012

Gagal Menulis Puisi :|

Saya selalu ingin (kembali) menulis puisi. Saya dulu menulis puisi. Sejak SD hingga SMU. Saya menulis apa saja dalam bentuk puisi. Meski lebih banyak karena urusan hati. Saya ingat terakhir kali saya menulis puisi mungkin 5 atau 6 tahun yang lalu. Saya ingat puisi itu berawal dari camping saya di Lembah Ramma, Gunung Bawakaraeng. Waktu itu gerimis dan sedikit berkabut, tiba-tiba saya teringat kakak saya yang meninggal setahun sebelumnya. Dia juga senang camping di tempat ini, pikir saya saat itu. Saya sedih dan menulis puisi.

Beberapa tahun berjalan sejak itu dan tidak ada satupun puisi yang saya tulis. Saya tidak tahu kenapa. Tidak tahu mengapa beberapa tahun belakangan ini saya terlalu sibuk menetapkan standar bagi diri saya. Tidak boleh menangis, itu lemah. Tidak boleh manja, itu lemah. Tidak boleh mengeluh, itu lemah. Saya takut menjadi pribadi yang (terlihat) lemah. Dan "menulis puisi" tidak berada pada jalur yang sama dengan predikat "tangguh", "kuat", "tegar", "mandiri", dan lain lain menurut saya. Silahkan tidak setuju, karena hari ini saya pun tidak setuju dengan itu.

Saya ingin (kembali) menulis puisi. Tapi selalu gagal. Tulisan ini terus terang diketik pada kolom yang sama tempat puisi-puisi gagal saya dihapus. Ya, saya punya banyak puisi gagal. and it's really frustrating. Puisi-puisi gagal dari penulis gagal. Kata "gagal" itu menjengkelkan sekali.

Saya ingin (kembali) menulis puisi. Tapi saya lupa rasanya. Saya lupa bagaimana rasanya menulis puisi. Saya lupa rasanya menuliskan perasaan saya dengan bahasa kiasan. Saya lupa rasanya menuliskan kata-kata puitis tanpa merasa diri saya konyol. and again, it's really frustrating. Saya lupa pada perasaan-perasaan yang mendorong saya menuliskan puisi. 

Hari ini saya benar-benar ingin sekali menulis puisi. Tapi karena saya tidak berhasil akhirnya saya menuliskan tulisan tidak penting ini. Mungkin lain kali blog ini punya puisi.

-May 4
*in the middle of moods swing

Rabu, 02 Mei 2012

Jangan Takut KKN Reguler! :)

Kalo angkatan saya (2008) di kampus sedang digalaukan dengan urusan lulus kuliah, angkatan 2009 tentu sedang digalaukan dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Sama seperti angkatan saya setahun sebelumnya, permasalahan KKN di fakultas saya tidak jelas luar biasa. Hari ini dikatakan beum bisa mendaftar, besok tiba-tiba ada yang mengaku telah mendaftar. Hari ini diumumkan tidak ada KKN Profesi, besok desas-desus KKN Profesi tidak dihapuskan. Intinya serba tidak menentu. Kenapa masalah KKN ini jadi sumber kegalauan? Karena, anggap saja jumlah mahasiswa yang mau ikut KKN 1000 orang, saya yakin tidak setengahnya yang mau ikut KKN Reguler. Kenapa?

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, KKN reguler berarti Kuliah Kerja Nyata yang tidak berbasis latar belakang fakultas. Apapun fakultasnya, nanti akan ditempatkan di salah satu desa dan akan hidup di sana dengan mahasiswa fakultas lain selama kurang lebih 2 bulan. KKN Profesi tentulah terlihat lebih menjanjikan. Mahasiswa fakultas hukum ditempatkan di Pengadilan Negeri, Kejaksaan, Kepolisisan, dan instansi-instansi hukum lainnya. Di tahun saya KKN profesi hanya diadakan di 3 instansi hukum: Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Kementrian Luar Negeri. Ketiga-tiganya berlokasi di Jakarta. Akhirnya pilihan KKN bukan "Profesi" atau "Reguler" lagi, melainkan "Di Desa" atau "Di Jakarta". Mahasiswa normal yang gaul pasti memilih KKN Profesi di Jakarta. 2 bulan di desa mau ngapain? Bengong?

Jadilah urusan KKN ini sesuai dengan ungkapan "homo homini lupus", manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya. Mengingat jumlah mahasiswa yg akan diterima untuk KKN Profesi hanya sekitar 50-60 orang, alhasil pendaftaran menjadi ketat, yang sayangnya tidak diikuti dengan transparansi dalam seleksinya. Saya sempat terfikir untuk mendaftar, tapi lagi-lagi berfikir mengenai "biaya", saya akhirnya mundur teratur.

Hari ini saya mengingat masa KKN saya tahun lalu, saya bersyukur ikut KKN Reguler. Memang awal-awalnya isu mengenai KKN Reguler bikin KKN Reguler jadi semacam "Jika Aku Menjadi" versi 2 bulan. WC diluar rumah, listrik redup, tidak ada TV, kendaraan sulit, tidak ada mall, tidak ada bioskop, tidak ada junk food, tidak ada semua sumber kesenangan hidup mahasiswa. #eh? hahahahah

Isu KKN yang paling ekstrim (tapi nyata) mwahahahahahaha

Anekdot-anekdot mengenai KKN Reguler akhirnya jadi bahasa sehari-hari. Di bayangan kami, kegiatan sehari-hari nantinya gendong anak Pak Desa di depan rumah, cat pagar mesjid, bantu panen padi, mengajar di sekolah, dan semua hal-hal yang dianggap terlalu remeh untuk dikerjakan mahasiswa. Macam mahasiswa kalo ikut mengecat pagar langsung turun derajat. Ah! Padahal mahasiswa manusia juga.

Ternyata yang terjadi, KKN Reguler saya jauh dari membosankan. Memang ada saat-saat kami tidak memiliki kegiatan jadi hanya leha-leha nonton TV, tapi bukannya di rumah kita juga sering begitu? Dulu untuk antisipasi bosan saya bawa banyak buku dan kartu UNO. Heheh. Kegiatan saya dan teman-teman lumayan banyak, setiap hari kami mengajar di SD setempat. Mulai Senin sampai Sabtu. Saya dan teman-teman mengajar apapun yang bisa diajarkan. hehe. Saya mengajar bahasa Inggris, teman saya yang lain ada yang mengajar Bahasa Indonesia, PKn, IPS, dll. Kami juga mengadakan pemutaran film bertema nasionalisme. Dengan modal LCD pinjaman dan beberapa film anak-anak, nonton bareng berhasil dilaksanakan.

Banyak hal lucu terjadi selama masa KKN saya. Lucu tapi miris. Misalnya, pernah saya dan teman-tema menyuruh anak-anak SD yang kami ajar untuk menuliskan biodata di secarik kertas, termasuk cita-cita dan idola. Saya kaget setengah mati karena mendapati salah satu murid saya bercita-cita menjadi TUKANG BATU! Bukan bermaksud mendiskreditkan profesi tukang batu, tapi bukannya cita-cita harus tinggi? Hal lain yang lebih mengagetkan adalah tokoh idola mereka, sebagian besar mengidolakan tokoh sinetron. Di sebuah dusun pelosok Sulawesi Selatan, Shiren Sungkar dan Randy Pangalila jauh jauh jauh lebih dikenal anak SD dibandingkan tokoh-tokoh lainnya.

Banyak sekali cerita menarik KKN lainnya yang saya dapatkan. Menurut saya KKN Reguler tahun lalu banyak memberi saya pelajaran. Saya belajar mandiri, saya memacu diri untuk lebih rajin, saya berusaha menekan ego saya (mengingat harus tinggal serumah dengan 6 orang yang baru saya kenal), saya belajar memanfaatkan waktu, saya belajar hidup sederhana, saya belajar tanggung jawab, dll. Satu lagi hal yang tidak bisa saya lupakan dari KKN tahun lalu, saya bangga pakai jas Almamater! hehehe.

Setiap orang saya yakin punya pengalaman KKN masing-masing. Entah itu menyenangkan atau tidak. Tapi bukankan "menyenangkan" dan "tidak menyenangkan" adalah soal bagaimana kita menyikapi suatu keadaan? Hal yang saya tahu pasti, cara survive ber-KKN adalah tidak manja dan tidak egois. Karena seleksi alam benar terjadi di KKN, yang manja dan egois akan tersingkir bahkan dibenci.

Pada akhirnya saya hanya bermaksud memberi sedikit gambaran bagi adik-adik yang bete karena kemungkinan akan ber-KKN Reguler. It's not the end of the world. or.. it is. if you're a person with a lame personality. hahaha. It just like, if I'm happy with it, there's a possibility that you would be as happy as me.


Ini dia sebagian foto KKN Reguler saya..... :)

Merencanakan program kerja di kantor desa.

Pembukaan lomba sepakbola antar desa yang diadakan mahasiswa KKN desa sebelah.

Lomba-lomba ramadhan antar desa di Mesjid Kecamatan

Undangan buka puasa di rumah Pak Kepala Dusun. Yang akhirnya berakhir dengan buka puasa sebelum waktunya karena ada yang pura-pura adzan di bangku paling belakang. hahahaha XD

Acara nonton bareng di SD dengan perlengkapan seadanya. Nontonnya jam 4, jam 3 Anak-anak SD sudah penuh di depan rumah lengkap dengan jins dan kemeja. Nah, yang bilang Indonesia doyan ngaret siapa? Hehehe

Kalo malam anak cowok diajak main domino sama Pak Kepala Desa. 

Ps: Kamar mandi posko saya tidak berdinding karung dan beratap langit, tapi bangunan permanen, air lancar, dan lengkap dengan WC duduk. heheheh