Kamis, 01 Desember 2011

Belajar dari Transportasi Umum

sebenarnya ngantuk banget, tapi mumpung lagi ada ide di kepala, yah... baiknya ditulis aja dulu deh kayanya. soalnya saya orangnya gampang lupa sih.. *padahal ga ada yang nanya*

nah, hari ini saya mau nulis dikit tentang transportasi umum. sejak kecil sampai sekarang, bisa dikatakan saya cukup familier dengan transportasi umum. maklum, keluarga saya bukan keluarga kaya yang punya kendaraan pribadi. waktu saya kecil, kelarga saya hanya punya motor vespa, baru kemudian saat bapak saya pensiun, beliau memutuskan untuk membeli mobil bekas.

buat orang yang sering menggunakan transportasi umum, pasti banyak suka dukanya deh. ya mulai panas-panasan, desak-desakan, bau yang ga enak, dll. tapi bukan itu yang mau saya ceritakan.

jadi gini, minggu lalu, saya berkesempatan mengikuti kegiatan yang diadakan di Jakarta. lazimnya, kalo ikut kegiatan demikian, panitia akan menyediakan transportasi buat pesertanya, mau itu bus atau mobil. tapi kali ini berbeda. kita harus naik transportasi umum. yep, transportasi umum. hahahaha

masalahnya, transportasi umum di makassar itu simple banget. nyetop pete-pete (angkot), tanya apa jalurnya udah bener, naik, minta diturunin di tempat tujuan, ato tempat yang ada becaknya, beres deh. tapi ini jakarta, transportasi umumnya macam-macam dan membingungkan. dan kadang....menyesatkan.

tapi ada pelajaran besar yang saya ambil dari pengalaman saya ber-busway dan ber-kopaja dan ber-bus beberapa hari ini di Jakarta. waktu itu, saya lagi naik bus yang super padat, yang mengharuskan saya berdiri sepanjang perjalanan. saya tersadar, naik transportasi umum itu membantu saya untuk mengerti rasanya hidup susah. bagaimana panas-panasan, sempit-sempitan, dorong-dorongan. banyak orang yang berbicara tentang penderitaan rakyat, tapi tidak merasakan penderitaan itu sepenuhnya. bukan hanya anggota DPR loh ya. tapi siapa saja. coba deh, yang sehari-hari naik kendaraan pribadi, semiggu aja naik kendaraan umum. pasti bakal dapat pengalaman baru. bukan hanya perasaan yang sifatnya personal tapi juga pengalaman mendengarkan dan menaksikan cerita-cerita sehari-hari orang lain.

saya paling senang kalo lagi di kendaraan umum, trus ketemu ibu-ibu bersama anaknya yang masih balita. entah kenapa, kadang saya rasanya terharu sekali melihat betapa si ibu berusaha membuat anaknya nyaman di dalam angkutan umum. biasanya si anak dikasi snack-snack ber-msg yang banyak dijual di toko-toko. di hari-hari biasanya, si ibu melarang anaknya makan cemilan seperti itu. bukan karena tau msg memiliki pengaruh buruk untuk si anak, tapi karena pengalaman buruk cemilan ber-msg biasanya bikin si anak mudah bisul. tipikal penyakit kalangan bawah. tapi untuk sekali ini, si anak boleh makan semaunya, biar si anak nyaman, tidak merasa terganggu dengan lingkungan penuh orang asing berupa transportasi umum.

pernah juga saya bertemu segerombolan ibu-ibu yang lagi bercerita tentang pendaftaran anaknya di SD tertentu. salah satu ibu dengan menggebu-gebu bercerita kalau anaknya tidak bisa daftar SD tahun itu karena usia si anak belum cukup 7 tahun. padahal, kata dia pendaftar lain banyak yang curang. sama-sama belum cukup 7 tahun, tapi boleh mendaftar karena kebetulan punya kehidupan ekonomi yang lebih baik. si ibu menyesal kenapa kemarin-kemarin dia tidak lebih dulu memajukan bulan kelahiran di akta kelahiran anaknya biar umurnya bisa pas buat daftar sekolah. curi umur lah istilahnya. saya cuma bisa diam. sedikit mengumpati sistem yang diskriminan dan menuntut para orang tua berbuat curang. curang biar anaknya bisa cepat sekolah. cepat pintar.

setelah sedikit flashback ke belakang saya tiba-tiba sadar kalo transportasi umum sudah mengajari saya lebih bayak dari mobil bapak saya. saya ga tau bagaimana dengan orng lain. niat saya menulis ini hanya untukberbagi bahwa transportasi umum bukan hanya sumber kemacetan. transportasi umum juga sumber pelajaran kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar