Kamis, 12 September 2013

Random Thoughts about Random Creature

Hey la! Tadi siang saya baru saja nonton City of Bones di bioskop. Setelah nonton tiba-tiba saja saya ingin menulis sesuatu. Bukan review film, hanya hasil loncatan- loncatan pikiran saya sore ini.

Jadi pada dasarnya saya bukan tipe orang yang diam saat nonton film. Saya tidak tahan untuk tidak mengkritik detil- detil yang mengganggu atau menertawakan hal-hal yang saya anggap lucu yang mungkin tidak lucu bagi orang lain. Saya juga sering mengumpat pada adegan-adegan tertentu. Intinya saya tidak tahan nonton tanpa memberi komentar. Bagi orang-orang yang senang nonton dalam keadaan tenang pasti saya menjengkelkan sekali. Hahahha. Bukan teman nonton yang menyenangkan. Tapi saya tau diri, kok. Saya seringnya tidak berbicara keras- keras. Sejauh ini sih belum ada yang protes. Hehe.

Tapi memang detail yang salah pada sebuah film cukup menjengkelkan. Misalnya di film 5cm waktu adegan Genta mengejar kereta. Kenapa juga dia harus lari sampai ke pintu gerbong tempat teman-temannya menunggu. Kenapa dia tidak lompat ke pintu gerbong terdekat lalu jalan lenggang kangkung ke gerbong teman-temannya? Ah saya lupa. Tentunya agar dramatis.

Nah, jadi melantur ke 5cm. Kembali ke City of Bones. Tidak, di film ini saya tidak menemukan detail yang mengganggu. Entah karena memang filmnya "bersih" atau karena saya yang kurang fokus. Saya hanya ingin cerita kalau jenis film fantasi seperti ini adalah favorit saya. Saya senang cerita tentang Demon, Werewolf, Witch, Warlock, Vampire, Troll, dan makhluk-makhluk legenda lainnya.

Ya, Twiligt Saga memang lumayan norak karena dibumbui cinta segitiga penuh frustrasi antara tiga makhluk berbeda. Tapi keseluruhan cerita tentang permusuhan antara Vampir dan Werewolf juga antara vampir vegan dan normal, sebenarnya tidak terlalu buruk. Saya lebih memilih membaca bukunya daripada nonton filmnya. Hal yang bagus dari filmnya hanya soundtrack nya. Muse, Bon Iver, Thom Yorke, Band of Horses, st Vincent, Lykke Li, Anya Marina, dll. Eargasm!

Saya suka membandingkan antara, misalnya, Troll di film yang satu dengan Troll di film yang lain. Troll di Harry Potter tinggi, gendut, dan bawa pentungan. Di film Snow White and the Huntsman menyamar jadi jembatan. Badannya ramping dan mirip batu. Troll di film Hansel and Gratel, yang namanya Edward, malah mirip frankenstain tidak proporsional dengan kepala besar dan kaki pendek. Di film The Hobbit juga sepertinya ada Troll tapi saya tidak tahu wujudnya karena hanya membaca bukunya. Seingat saya Troll adalah mahluk penjaga jembatan. Troll akan memberi teka-teki bagi orang yang mau melintas. Jika menjawab benar boleh lewat, jika salah akan dimakan atau dibunuh.

Werewolf adalah salah satu makhluk favorit saya. Bukan, bukan karena Taylor Lautner dengan six pack nya di film Twilight. Hehe. Tapi karena cerita tentang Warewolf biasa bagus-bagus. Alasan macam apa ini. Hahahha. Seperti Werewolf di film Red Riding Hood, Harry Potter, dan Van Helsing. Werewolf makhluk yang menyedihkan menurut saya, karena pada dasarnya mereka tidak ingin menjadi Werewolf. Di film City of Bones, Werewolf nya adalah sekumpulan bapak-bapak montir yang brewokan. Keren.

Kalau Demon, biasanya selalu jadi pihak yang jahat. Seperti di film seri Supernatural, Dean dan Sam Winchester keliling Amerika Serikat untuk mengejar si Yellow Eye Demon. Demon di City of Bones bisa merubah bentuk jadi apa saja. Favorit saya, Demon di buku Bartimaeus Trilogy. Di buku itu diklasifikasikan demon dari tingkat paling rendah (imp) sampai yang paling tinggi (marid).

Saya malas membahas Vampir. Terlalu banyak jenis. Mulai dari vampir cina yang mendeteksi manusia dari napasnya, Count Dracula dari Transylvania, Blade si setengah vampir yang jadi pembasmi vampir, vampir-vampir jelek di film Priest, vampir-vampir cakep di film Twilight, dan lain-lain. Saya tidak terlalu suka sama vampir, sih.

Kekurangan saya sebagai orang yang hobi baca buku adalah saya cepat lupa dengan buku yang saya baca. Saya membaca buku To Kill a Mockingbird empat tahun lalu dan sekarang saya sudah lupa sama sekali ceritanya. Saya sudah pernah membaca God in Small Things saat SMA, tapi saat saya membaca kembali tahun lalu saya seperti membaca buku baru. Ingatan saya hanya membaik sedikit jika membaca buku-buku fantasi seperti Harry Potter, Bartimaeus Trilogy, Series of Unfortunate Event, Percy Jackson, Golden Compass, dll. Tapi saya belum baca buku City of Bones. Nantilah saya cari di tempat rental.

Duh, sepertinya saya sudah melantur kejauhan. Sampai ketemu di tulisan berikutnya! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar