Kamis, 29 Desember 2011

Kemah Menulis 2011, Hari Kelima B)

Sebulan yang lalu, tanggal 29 November, Jakarta tidak se-hujan Makassar hari ini. Hanya sedikit mendung, tapi seingat saya tidak hujan. Pagi-pagi sekali saya sudah bangun. Sebagai salah satu penghuni nomaden yang tidur berpindah-pindah, malamnya saya tidur di kamar Mbak Monic kalo tidak salah. Atau di depan TV, saya sudah lupa. Sangking seringnya pindah-pindah kamar.*curcol* *abaikan*

Hari itu, kami dijadwalkan untuk berkunjung ke kantor General Electric. General Electric adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh Thomas Alfa Edison pada tahun 1878. Ya, Thomas Alva Edison, dan sekali lagi ya, tahun 1878. And still exist until today. Wow. Menurut agenda, seluruh materi sejak pagi hingga sore akan diadakan di kantor GE. Yang ada di pikiran saya, pasti bakalan membosankan. Nah, sekali lagi saya bermain-main dengan kata "pasti".

Kelompok saya memutuskan untuk menggunakan Bus TransJakarta lagi kali ini. Lagi-lagi kami asyik ngobrol sampai-sampai kami tersesat  salah halte. Hehehe, yang lain ternyata sudah tiba duluan dari kami. Materi pertama lebih ke pengenalan tentang GE, lalu dilanjutkan dengan materi "Leading the Winning Team" oleh salah satu pegawai GE *yang saya lupa namanya*. Sangking terkesimanya saya dengan materi tersebut, saya hampir tidak mencatat apa-apa. Tapi ada satu quotes yang saya ingat dan saya tulis dalam bahasa Inggris.
"Don't fool yourself by taking over all the tasks that your team cannot deliver" 
Berapa kali saat kita memimpin sebuah tim kita mengambil alih tugas yang tidak dapat dikerjakan oleh anggota tim? Sering. Karena tujuan utama kita adalah tercapainya target. Padahal, dengan mengambil alih tugas-tugas tersebut kita tidak memimpin tim kita sama sekali. Saat ada masalah, kata si bapak yang saya lupa namanya, pemimpin bertugas untuk memotivasi, menyebarkan semangat bekerja di antara anggota tim. Itu teorinya. Praktiknya silahkan diterapkan sesuai kondisi masing masing. Hehe.

Lalu berikutnya materi diisi oleh perwakilan perusahaan yang merupakan kostumer dari GE. Yang pertama adalah seorang Meneer warga negara Belanda, bernama Sebastiaan Saureen, yang merupakan Founder *kalau saya tidak salah* dari perusahaan asing bernama Navigat. Navigat adalah sebuah perusahaan penghasil listrik tenaga biomass. Navigat memproduksi listrik dari pengolahan sampah yang menghasilkan gas-gas tertentu seperti gas  metana. Jadi, sampah yang kita buang sehari-hari berhasil diubah menjadi energi listrik, yang nantinya akan dijual kembali ke kita, yang senang hati membeli melalui PLN. Hahaha. Jangan salahkan Navigat, carilah jalan keluar. Selain Navigat, juga ada perwakilan dari Perusahaan Gas Negara (PNG) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia. Baik perwakilan Navigat maupun PNG memberi paparan mengenai perusahaan mereka ditambah sedikit materi mengenai enterpreneurship dan leadership.

Materi berikutnya disampaikan oleh Bapak Handry Santriago yang merupakan CEO General Electric Indonesia. Lagi-lagi kali ini saya tidak berhasil mencatat apapun. Karena sesi sore hari itu bersama Pak Handry benar-benar jauh dari kesan serius seperti materi-materi sebelumnya. Rasanya seperti ngobrol-ngobrol, yang anehnya, setiap kalimatnya bermakna. Well, sedikit sulit untuk digambarkan secara mendetail. Saya sibuk terpesona sepertinya. Hahaha. Saya ingat Pak Handry banyak memotivasi kami. Bahwa kami harus memiliki semangat bersaing. Saya jadi ingat sewaktu saya mengikuti World Model United Nation awal tahun ini saya sempat mengamati beberapa rekan dari India. Dari pengamatan saya, dibandingkan mahasiswa dari negara lain, mahasiswa-mahasiswa India tergolong super aktif, cenderung maksa dalam berargumentasi. Kesannya seperti ga mau kalah.

Tetapi, setelah bincang-bincang dengan Pak Handry mengenai daya saing, barulah saya paham. Di India, yang penduduknya sekitar 6 kali lipat penduduk Indonesia, tapi dengan luas wilayah yang hanya sekitar sepertiga dari Indonesia, kalau tidak kuat bersaing, mau makan apa? Kasarnya begitu. Bayangkan, kalau di negara kita saja rasanya lapangan kerja masih belum mencukupi, bagaimana rasanya mencari kerja di India? Silahkan anda bayangkan sendiri. Makanya, mereka memodali diri habis-habisan, dengan pendidikan dan modal Bahasa Inggris yang mumpuni walaupun masih ngondek dan penuh huruf "d". Tapi toh mereka memiliki daya saing yang kuat, dan terbukti mereka tersebar di seluruh belahan dunia. Bekerja di perusahaan-perusahaan atau membuka usaha hampir di tiap negara.

Obrolan dengan Pak Handry rasanya ringan tapi penuh makna. Saya juga teringat peringatan Pak Handry tentang globalisasi. Memang bukan berita baru, tapi lagi-lagi saya yang baru tersadar benar. Saat nanti arus globalisasi benar-benar berjalan, bangsa Indonesia, jika tidak mulai memperkuat daya saing sejak jauh-jauh hari, kita hanya akan jadi penonton. Jadi konsumer. Main congklak dengan papan congklak plastik bertuliskan "made in china". Menjadi orang asing di negara sendiri. Jabatan-jabatan strategis di perusahaan diisi oleh tenaga kerja asing, semisal China dan India, yang sudah lebih dahulu mempersiapkan diri. Saya jadi ngeri sendiri.

Sesi hari itu yang awalnya saya pikir akan super membosankan, mengingat kami hanya akan berdiam di satu tempat tidak mondar-mandir dengan Kopaja atau bus TransJakarta. Tidak ada museum untuk dilihat-lihat. Tapi ternyata lagi-lagi saya kena tulah kata "pasti" *untung saja* dan mendapati bahwa ternyata materi hari itu benar-benar menyenangkan. Apalagi saya dapat kursi kantor beroda yang nyaman. Hahaha.

Malam harinya kami dibolehkan berkunjung ke kantor Mas Didin, yaitu ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure) atau Tim Insiden Keamanan Internet dan Infrastruktur Indonesia. Dari namanya bisa nebak nggak tim ini bergerak di bidang apa? Semacam.. um.. melindungi.. Indonesia. Hahaha. Yak, kurang lebig seperti itu. Saat bapak-bapak berseragam dan memegang sempritan di perempatan-perempatan jalan melindungi kita dari sifat pelit kejahatan, ID-SIRTII melindungi kita dari serangan-serangan di Internet. Lagi-lagi mulut saya menganga terkesima. Saya tidak menyangka ada tim macam beginian di Indonesia. Pernah nonton Die Hard 4? Yah, tim ini melindungi Indonesia dari serangan-serangan seperti di Die Hard itu. Dan ya, suatu negara bisa dilumpuhkan dari serangan hacker. Bukan hacker macam "situs ini kami ambil alih, hahaha", tapi hacker yang menyerang sistem-sistem vital negara. Perbankan misalnya. Maka berterimakasihlah kepada tim ini, yang memantau sistem internet Indonesia agar tidak dijatuhkan oleh hacker 24 jam. Ya. 24 jam.


Setelah kunjungan ke ID-SIRTII, kami lalu kembali ke aparteman. Tapi, malam itu, tidak seperti malam-malam sebelumnya*dramatisasi berlebihan*. Beberapa dari kami secara mencurigakan "tidak mengantuk" dan akhirnya memutuskan untuk menunggu rasa kantuk datang dengan melakukan kegiatan khas wanita, yaitu....main gaple. Enggak, boong ding. heheh. Kami akhirnya ngobrol ngalor ngidul dan kepo, sampai pukul setengah 2. Hahaha. Padahal besoknya harus bangun pagi. That's such a perfect day for me. Met fabulous people, cool things (apple berjejer-jejer), nice food, good stalking conversation, good day!! hahaha


Oh iya, yang mau tau lebih jauh tentang GE bisa klik disini  dan yang mau tau lebih jauh tentang ID-SIRTII bisa klik disini. Sampai jumpa di hari keenam!! Cheers B)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar