Rabu, 02 Mei 2012

Jangan Takut KKN Reguler! :)

Kalo angkatan saya (2008) di kampus sedang digalaukan dengan urusan lulus kuliah, angkatan 2009 tentu sedang digalaukan dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Sama seperti angkatan saya setahun sebelumnya, permasalahan KKN di fakultas saya tidak jelas luar biasa. Hari ini dikatakan beum bisa mendaftar, besok tiba-tiba ada yang mengaku telah mendaftar. Hari ini diumumkan tidak ada KKN Profesi, besok desas-desus KKN Profesi tidak dihapuskan. Intinya serba tidak menentu. Kenapa masalah KKN ini jadi sumber kegalauan? Karena, anggap saja jumlah mahasiswa yang mau ikut KKN 1000 orang, saya yakin tidak setengahnya yang mau ikut KKN Reguler. Kenapa?

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, KKN reguler berarti Kuliah Kerja Nyata yang tidak berbasis latar belakang fakultas. Apapun fakultasnya, nanti akan ditempatkan di salah satu desa dan akan hidup di sana dengan mahasiswa fakultas lain selama kurang lebih 2 bulan. KKN Profesi tentulah terlihat lebih menjanjikan. Mahasiswa fakultas hukum ditempatkan di Pengadilan Negeri, Kejaksaan, Kepolisisan, dan instansi-instansi hukum lainnya. Di tahun saya KKN profesi hanya diadakan di 3 instansi hukum: Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Kementrian Luar Negeri. Ketiga-tiganya berlokasi di Jakarta. Akhirnya pilihan KKN bukan "Profesi" atau "Reguler" lagi, melainkan "Di Desa" atau "Di Jakarta". Mahasiswa normal yang gaul pasti memilih KKN Profesi di Jakarta. 2 bulan di desa mau ngapain? Bengong?

Jadilah urusan KKN ini sesuai dengan ungkapan "homo homini lupus", manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya. Mengingat jumlah mahasiswa yg akan diterima untuk KKN Profesi hanya sekitar 50-60 orang, alhasil pendaftaran menjadi ketat, yang sayangnya tidak diikuti dengan transparansi dalam seleksinya. Saya sempat terfikir untuk mendaftar, tapi lagi-lagi berfikir mengenai "biaya", saya akhirnya mundur teratur.

Hari ini saya mengingat masa KKN saya tahun lalu, saya bersyukur ikut KKN Reguler. Memang awal-awalnya isu mengenai KKN Reguler bikin KKN Reguler jadi semacam "Jika Aku Menjadi" versi 2 bulan. WC diluar rumah, listrik redup, tidak ada TV, kendaraan sulit, tidak ada mall, tidak ada bioskop, tidak ada junk food, tidak ada semua sumber kesenangan hidup mahasiswa. #eh? hahahahah

Isu KKN yang paling ekstrim (tapi nyata) mwahahahahahaha

Anekdot-anekdot mengenai KKN Reguler akhirnya jadi bahasa sehari-hari. Di bayangan kami, kegiatan sehari-hari nantinya gendong anak Pak Desa di depan rumah, cat pagar mesjid, bantu panen padi, mengajar di sekolah, dan semua hal-hal yang dianggap terlalu remeh untuk dikerjakan mahasiswa. Macam mahasiswa kalo ikut mengecat pagar langsung turun derajat. Ah! Padahal mahasiswa manusia juga.

Ternyata yang terjadi, KKN Reguler saya jauh dari membosankan. Memang ada saat-saat kami tidak memiliki kegiatan jadi hanya leha-leha nonton TV, tapi bukannya di rumah kita juga sering begitu? Dulu untuk antisipasi bosan saya bawa banyak buku dan kartu UNO. Heheh. Kegiatan saya dan teman-teman lumayan banyak, setiap hari kami mengajar di SD setempat. Mulai Senin sampai Sabtu. Saya dan teman-teman mengajar apapun yang bisa diajarkan. hehe. Saya mengajar bahasa Inggris, teman saya yang lain ada yang mengajar Bahasa Indonesia, PKn, IPS, dll. Kami juga mengadakan pemutaran film bertema nasionalisme. Dengan modal LCD pinjaman dan beberapa film anak-anak, nonton bareng berhasil dilaksanakan.

Banyak hal lucu terjadi selama masa KKN saya. Lucu tapi miris. Misalnya, pernah saya dan teman-tema menyuruh anak-anak SD yang kami ajar untuk menuliskan biodata di secarik kertas, termasuk cita-cita dan idola. Saya kaget setengah mati karena mendapati salah satu murid saya bercita-cita menjadi TUKANG BATU! Bukan bermaksud mendiskreditkan profesi tukang batu, tapi bukannya cita-cita harus tinggi? Hal lain yang lebih mengagetkan adalah tokoh idola mereka, sebagian besar mengidolakan tokoh sinetron. Di sebuah dusun pelosok Sulawesi Selatan, Shiren Sungkar dan Randy Pangalila jauh jauh jauh lebih dikenal anak SD dibandingkan tokoh-tokoh lainnya.

Banyak sekali cerita menarik KKN lainnya yang saya dapatkan. Menurut saya KKN Reguler tahun lalu banyak memberi saya pelajaran. Saya belajar mandiri, saya memacu diri untuk lebih rajin, saya berusaha menekan ego saya (mengingat harus tinggal serumah dengan 6 orang yang baru saya kenal), saya belajar memanfaatkan waktu, saya belajar hidup sederhana, saya belajar tanggung jawab, dll. Satu lagi hal yang tidak bisa saya lupakan dari KKN tahun lalu, saya bangga pakai jas Almamater! hehehe.

Setiap orang saya yakin punya pengalaman KKN masing-masing. Entah itu menyenangkan atau tidak. Tapi bukankan "menyenangkan" dan "tidak menyenangkan" adalah soal bagaimana kita menyikapi suatu keadaan? Hal yang saya tahu pasti, cara survive ber-KKN adalah tidak manja dan tidak egois. Karena seleksi alam benar terjadi di KKN, yang manja dan egois akan tersingkir bahkan dibenci.

Pada akhirnya saya hanya bermaksud memberi sedikit gambaran bagi adik-adik yang bete karena kemungkinan akan ber-KKN Reguler. It's not the end of the world. or.. it is. if you're a person with a lame personality. hahaha. It just like, if I'm happy with it, there's a possibility that you would be as happy as me.


Ini dia sebagian foto KKN Reguler saya..... :)

Merencanakan program kerja di kantor desa.

Pembukaan lomba sepakbola antar desa yang diadakan mahasiswa KKN desa sebelah.

Lomba-lomba ramadhan antar desa di Mesjid Kecamatan

Undangan buka puasa di rumah Pak Kepala Dusun. Yang akhirnya berakhir dengan buka puasa sebelum waktunya karena ada yang pura-pura adzan di bangku paling belakang. hahahaha XD

Acara nonton bareng di SD dengan perlengkapan seadanya. Nontonnya jam 4, jam 3 Anak-anak SD sudah penuh di depan rumah lengkap dengan jins dan kemeja. Nah, yang bilang Indonesia doyan ngaret siapa? Hehehe

Kalo malam anak cowok diajak main domino sama Pak Kepala Desa. 

Ps: Kamar mandi posko saya tidak berdinding karung dan beratap langit, tapi bangunan permanen, air lancar, dan lengkap dengan WC duduk. heheheh

1 komentar:

  1. yuph setuju kyo,tdk seseram yang dibayangkan...
    ikut kkn reguler tdk rugi kok..

    BalasHapus