Rabu, 25 Juli 2012

Mengapa Saya Tidak Boleh Jadi Pengacara?

Ini entah kali keberapa saya berniat untuk menulis tentang hal ini. Sayangnya, tulisan saya selalu berhenti di tengah jalan Entah karena kurang sreg dengan apa yang "akhirnya" saya tulis, atau karena kehilangan mood untuk menulis saat saya baru setengah jalan.

Kali ini saya mau sedikit bercerita sesuai bidang saya, hukum, yang empat tahun belakangan saya pelajari. Empat tahun sebagai mahasiswa hukum tentu menambah pengetahuan saya tentang hukum. Tapi diluar itu, empat tahun belajar hukum juga membawa pengalaman tersendiri buat saya. Satu hal yang paling sering saya alami adalah sebuah percakapan seperti ini:

"Kamu kuliah jurusan apa?"
"Saya kuliah hukum."
"Hukum? Hmm.. jangan jadi pengacara yah!"

Percakapan macam ini selalu saya jumpai saat bertemu dengan keluarga jauh, teman-teman orang tua saya, atau orang-orang yang baru saya kenal. Percakapan itu lalu saya lanjutkan:

"Memangnya kenapa?"
"Itu profesi banyak dosanya, orang sudah jelas salah malah dibela."

Sudah saya duga akhirnya pasti seperti itu. Menurut orang-orang yang saya temui tersebut (dan mungkin kebanyakan orang lainnya) profesi pengacara adalah profesi tercela. Membela orang yang salah. Membela pencuri, membela koruptor, membela pemerkosa, membela pelaku penabrakan, membela orang-orang yang jelas menjadi musuh masyarakat.

Jika sedang malas mendebat saya hanya tersenyum lalu beringsut meninggalkan lawan bicara saya. Tapi kadang kala, rasanya saya berkewajiban untuk menjelaskan "masalah pengacara" ini. Lalu mulailah saya menjelaskan panjang lebar.

Dalam hukum Indonesia, dianut asas presumption of innocence atau asas "praduga tidak bersalah". Artinya, tidak ada orang yang dapat dikatakan bersalah jika pengadilan, dengan segala proses pembuktiannya, belum menyatakan demikian. Jadi, sebelum pengadilan benar-benar menjatuhkan vonis "bersalah" kepada seseorang, ia masih dianggap "tidak bersalah".

Lalu, kenapa pengacara harus membela tersangka pelaku tindak kejahatan? Agar persidangan berjalan dengan seimbang. Dalam suatu persidangan, terdapat Hakim, Jaksa Penuntut Umum, dan Pengacara (jika Terdakwa menginginkan). Hakim dalam hal persidangan bertugas untuk memimpin, secara garis besar mendengarkan pembelaan kedua belah pihak, mempertimbangkan pembuktian yang terjadi dalam persidangan, lalu kemudian memutuskan hukuman yang akan dijatuhkan. Jaksa penuntut umum (JPU) bertugas untuk membuktikan bahwa terdakwa benar telah melakukan tindak pidana. Agar persidangan berjalan seimbang, maka terdakwa sebaiknya didampingi dengan pengacara. Pengacara bertugas untuk membela hak-hak terdakwa. Agar hak-hak terdakwa dapat terpenuhi. Agar terdakwa dapat menyampaikan suaranya dalam persidangan, membela dirinya.

Perihal bersalah-tidak bersalah juga bukan perkara sederhana. Kenapa? Karena dibalik perbuatan ada niat. Misalnya, seseorang ditangkap karena mencuri pisang. Apakah dia serta merta dapat dikatakan bersalah melakukan pencurian dan harus dihukum seberat-beratnya? Bagaimana jika ia mencuri untuk memberi makan keluarganya? Haruskah ia dihukum sama beratnya dengan orang kecukupan ekonomi yang melakukan pencurian sebagai profesi? Silahkan anda jawab sendiri. Hal ini lah yang harus diungkap dalam persidangan, oleh Jaksa Penuntut Umum yang bertugas untuk membuktikan kesalahan pelaku dan Pengacara  yang bertugas untuk membuktikan jika ada hal-hal yang dapat meringankan hukuman pelaku.

Lucunya, pendapat masyarakat mengenai pengacara ini sering berubah-ubah. Kasuistis, atau tergantung kasus. Jika yang menjadi terdakwa adalah orang miskin yang mencuri sendal atau nenek-nenek yang mencuri kakao, maka pengacara akan dielu-elukan. Dikatakan membela rakyat miskin. Jika hakim memutus bebas, pengacara kasus tersebut akan menjadi pahlawan baru. Lain halnya jika yang menjadi terdakwa adalah orang kaya yang korupsi, pengacaranya akan dianggap hina, tidak bermoral, karena membela pelaku korupsi. Padahal, pada dasarnya kerja pengacara pada dua kasus tersebut kurang lebih sama. Pada teorinya.

Contoh di atas memang terasa sedikit naif. Apa iya pengacara pada kasus korupsi melakukan hal yang sama dengan pengacara kasus remeh temeh? Tapi poin yang ingin saya sampaikan adalah, profesi pengacara pada dasarnya bukan hal tercela. Apa iya jika pada suatu hari saat keluarga kita berurusan dengan hukum kita memilih untuk tidak dibela dengan pengacara? Dengan berpegang pada asumsi "pengacara membela orang yang salah".

Mengenai "profesi tercela", menurut saya harus dikembalikan pada masing-masing orang. Profesi apapun dapat mendatangkan dosa jika dijalankan secara menyimpang. Bukankah guru mengaji pun masih ada yang mencabuli muridnya?

Akhir-akhir ini jika saya kembali terjebak dalam pembicaraan jangan-jadi-pengacara saya hanya menjawab dengan senyum. Rasanya malas terus menerus menjelaskan. Tapi juga salah jika dibiarkan. Mungkin dengan tulisan ini beberapa orang akan sedikit mengerti dan tidak perlu bertanya.

Sabtu, 21 Juli 2012

Cinta Segitiga: Saya, Skripsi dan Sims!

Melihat blog ini beberapa waktu ke belakang, sepertinya tidak banyak hal yang baru. Padahal saya masih ngutang cerita part 2 dari perjalanan singkat saya di bulan Mei kemarin. Draft postingan saya juga lumayan banyak, tapi sayang tidak pernah *belum* berhasil saya selesaikan. Aduh, ini tanda-tanda penyakit malas. Postingan terakhir saya buat secara kilat di sela-sela liburan saya yang sebenarnya bukan liburan.

Oh iya, good news nya skripsi saya sudah selesai. Setelah menunda-nunda berminggu-minggu setelah penelitian saya selesai, akhirnya ada "daya paksa" yang membuat saya siang malam ngetik skripsi. Teman saya, Nia, memberi kabar bahwa untuk lulus bulan September, berkas calon wisudawan harus dikumpulkan paling lambat 30 Juli. Wah, sial. Waktu mendengar kabar ini saya sedang tidak di Makassar, laptop saya lagi sakit parah dan saya baru saja menghapus back-up file bab 1 sampai 3. Celaka dua belas. Saya lalu menginstal antivirus baru dan menyembuhkan laptop saya dan buru-buru kembali ke Makassar. Intinya skripsi sudah kelar, tapi sepertinya niat saya lulus bulan September tidak akan kesampaian. Yah, tiap orang punya ceritanya masing masing dengan fase ini.

Setelah skripsi beres akhirnya saya menganggur lagi. Seperti biasanya, teman menganggur kedua setelah buku buat saya adalah game The Sims. Saya mulai main The sims sepertinya beberapa tahun lalu. Tidak seperti Simmer lain yang memulai dengan Sims 1 saya memulai dengan Sims 3. Baru belakangan setelah laptop kakak saya ngadat karena Sims 3 yang terlalu berat buat laptop, akhirnya saya berpindah ke Sims 2 dengan Expansion Pack Nightlife. Yah, lumayan lah.

Kalau disuruh memilih jelas saya memilih Sims 3. Kenapa? Graphic nya lebih bagus, pindah lot tidak perlu loading, bisa memilih sifat apa yang akan jadi traits sims ciptaan kita, bisa bikin keluarga gelandangan. Hahaha. Beberapa teman saya yang juga main Sims rupanya punya cerita yang sama dengan saya. Di awal-awal bermain sims, kami menciptakan sims yang sempurna. Sifatnya baik-baik, hidupnya normal, cinta keluarga, tidak punya musuh. Tapi lama kelamaan, sims macam ini membosankan. Akhirnya sims yang diciptakan mulai beragam, tidak lagi sims baik-baik. Favorit traits (sifat) saya di sims 3 adalah Kleptomaniac. Hahaha. Kenapa? Karena dengan menjadi Kleptomaniac sims saya tidak perlu susah-susah bekerja, cukup bertamu ke rumah orang kaya dan ngutil sesuatu. Setelah itu bisa dijual. hehehe.

Di Sims 2 yang tidak dilengkapi dengan fitur "traits" penyimpangan yang saya buat adalah menciptakan sims playboy. Jadi sims super playboy ini punya anak dimana-mana. Heheh. Tapi hal yang paling saya suka dari game ini adalah, saya bisa mendesain rumah semau saya. Saya lebih banyak menghabiskan waktu mendesai rumah bagi sims dibandingkan memainkan sims-sims saya. Main game The Sims memang tidak pernah membosankan. Di awal-awal permainan saya hanya akan berhenti setelah mata saya super berat kelamaan di depan monitor.


Sebelum memulai proses mengerjakan tugas akhir dan segala tetek bengeknya, saya meng-uninstall game the sims saya. Maksudnya supaya saya fokus dengan tugas akhir. Jadi masa vakum saya tidak bermain The Sims lumayan lama, sekitar 7 bulan. 



Anyway, saya tidak sedang menyarankan anda untuk bermain The Sims sepanjang hari di bulan ramadhan ini loh. Mendingan diisi dengan ibadah kaaaan.. :)

Kamis, 05 Juli 2012

Browny, The Slum-Cat Millionaire #eh

Hey La! Greetings from my hometown.. :)

Karena lagi sumpek dengan rutinitas sehari-hari di Makassar, akhirnya saya memutuskan bergabung dengan sepupu saya untuk liburan (baca: menemani mereka liburan) ke Sorowako. Horeee.. seperti biasanya saya selalu bersemangat balik ke kota ini. I love it's weather, i love the lake, i love the places, i love all of things about this town!

Hari ini saya tidak berenang dan kemana-mana, hanya di rumah karena hampir seharian hujan turun. dan tebak saya bertemu siapa? Kucing mantan tetangga saya! Ini dia penampakannya:

  
terimalah gambar ini apa adanya, saya lagi malas rotate me rotate. :p




Kucing ini dulunya *sepertinya* punya tetangga saya loh. Saya gak ingat namanya siapa. Seingat saya tetangga saya juga tidak memberi nama. Jadi panggil saja di Browny ya. Kalo dari jenis kucingnya, menurut ke sotoyan saya, kucing ini adalah kucing siam. Setelah ber google ria, inilah penampakan "siamese cat" atau kucing siam:

Siamese cat versi lebih terawat dari Browny. Huhuu..

Benarlah dugaan saya bahwa si Browny ini adalah kucing siam yang pastinya bernilai ekonomis. Saya lalu meng-google harga seekor kucing siam *mental money oriented*. Dari situs www.pets4homes.co.uk ternyata harga kucing siam berkisar pada angka 300-400 poundsterling atau jika dirupiahkan mencapai 4,8 sampai 6,4 Juta ! Wuooooow..

Tapi, sayang sekali si Browny ini sudah dikebiri dan lebih sayangnya lagi, di kota ini tidak ada kucing siam betina. Sampai tulisan ini diterbitkan pun saya tidak tahu si Browny ada di mana. Sejak tetangga saya meninggal, Browny memilih hidup sebagai kucing liar.

Kucing liar seharga jutaan rupiah. *fliptable*

Senin, 04 Juni 2012

If He Was Here Today, It's His 30th Birthday! :')

As I promised before, in June 4th, I'll explain about this photo

It's me and my brother in our father's overall, pretending that we're a kangaroo.

Hari ini tanggal 4 Juni 2012, hari ulang tahun kakak laki-laki saya di foto. Di hari ini seharusnya dia genap berusia 30 Tahun. But you now what? He didn't make it. Ulang tahunnya berhenti di tahun 2007. Dia tidak pernah sampai ke ulang tahunnya yang ke 25. He didn't make it. 

He's a good brother, you know. Kind of brother who says "you mess with my sister and I'll break your leg!" Once I was home with a bruise in my cheek. My friend kicked the basket ball to the wall and it bounced back and hit my face. He asked me who did it to me. I explained that it was an accident, that the boy who did it didn't mean it. He just said okay. But tomorrow, in the same gymnasium where I usually play basketball with my friends, he suddenly comes up. Asked me which boy who kick the basket ball yesterday. I told him that it's not necessary for him to know. I remember what he said: "I just wanna tell this boy, that basketball is to throw not to kick. Once I know that he did it again to you, I swear he will pay it." Yeah, he was that kind of brother. :')

Seingat saya dia pribadi yang kreatif, tapi pembosan. Seandainya di masa dia remaja grafiti sudah hype, mungkin dia biasa bikin grafiti yang bagus sekali. Dia juga selalu kreatif dalam memasak. Dia tidak pernah membuat mi instan sesuai instruksi standar, dia selalu punya cara untuk memodifikasi mi instan dan hasilnya enak. Biasanya sebelum masak mi instan dia akan bertanya dulu, "dila, mauko juga?" kalau saya mau, dia akan masak buat saya juga.

I missed him sometimes. My mother still cried on him sometimes. My father still cried in silent while he read Al-Quran. It's not because we didn't let him go. Not because we haven't let him go. It just so sad that we, somehow, almost forgot how is it feels when he was here.

If he were here today, saya mungkin sedang bersama keluarga saya, makan kue ulang tahunnya atau sekedar memberi ucapan selamat. The first or the second birthday after he's gone, we bought a birthday cake in his birthday, cut it, and ate it together. Wishing him a better place somewhere. We didn't do it today. Maybe because we've been let him go. Peacefully. :)

Sabtu, 02 Juni 2012

Hey Daddy, I Love You! :)

I made a post about my Mom in Mother's Day. And there is no Father's Day. No, not in Indonesia. And I didn't post anything about my father in his birthday. It suddenly came up in my mind that I have to write about him. So, here we go:


It's my father who help me fix my bike.
It's my father who teach me how to swim.
It's my father who accompany me watching MotoGP race since junior high school.
It's my father who accompany me watching football for years.
It's my father who always ask me about my day at school.
It's my father who made me a tumbler full of coffee when i should go to the airport in the midnight.
It's my father who always ask me if i still have enough money in my pocket.
It's my father who cover me with blanket at night.
It's my father who create a "crazy Sunday" when we have to clean the mosque near my house.
It's my father who teach me how to plant corn. And we nurse it until we can harvest it and share it to the neighbors.
It's my father who ask me to stop reading Harry Potter at night cuz it must hurt my eyes. Then i go to my room, turn the light off, and keep reading the book with flashlight in my blanket.
It's my father who made me some herbal medicine when i was sick. That's why i never tell him that i'm sick.
It's my father who brought me a lost turtle that he found at the drain. He named it Turles. Hehe
It's my father who made me a windmill from bamboo.
It's my father who tell me bedtime story.
It's my father who tell a speech when he asked to sing. hehe


and It's me who never realize all of that fact about him. :'(


I write this to remind me that every time I mad of him, I should remember that he has been very understanding, caring, loving, patient, wisely in raising me this recent 21 years. Now, It's my turn.

Kamis, 31 Mei 2012

Memorable Photograph :')

I always have no problems in enjoying my me-time.


Tulisan ini ditulis saat saya sedang sendiri saja di sebuah tempat ngopi di salah satu mall di kota saya. Tapi saya tidak sedang minum kopi, saya minum green tea. Salah satu favorit saya saat ini, mungkin minggu depan ganti lagi. hehe.

Karena sedang tidak membawa buku apapun, (saya sedang baca Sejarah Dunia dalam 10 1/2 Bab, yang tiba-tiba raib entah kemana) saya memutuskan membawa laptop. Mumpung modem saya kuotanya masih aduhai untuk berselancar. So, here I am! Karena melihat kondisi yg agak ramai, rasanya tidak memungkinkan untuk buka-buka akun orang lain *mental stalker*, akhirnya saya menggali foto-foto lama dari akun fesbuk saya sendiri. Dan, sukseslah saya ketawa sendiri. So, laugh with me!! :)




Pensi jaman SMA, bersama teman saya Chika.
Maafkan ke-labil-an saya dan Chika di foto ini. Foto ini diambil pada Pensi di tahun terakhir saya di SMA. Saya dengan santainya bercelana pendek dan berkaos oblong. Sedangkan Chika memakai rok dan kaos. Entah setan apa yang merasuki saya dan Chika, you can see the stamp mark in my cheek. Saat orang lain dengan hebohnya bebaju bling-bling dengan rambut yang ditata rapi di salon, kami dengan santainya berpakaian rumahan. Saat orang lain menstempel punggung tangan, kami di Pipi! Kalo dulu sudah ada FPI mungkin saya dan Chika sudah dicekal. #eh. Mana Chika pake bando tanduk setan. Hahahah.

Diklat Selam Pertama Divisi Bahari KPA Kalpataru Smansa :)
Lagi-lagi foto ini dipenuhi pose labil khas jaman SMA. Foto ini diambil di Pulau Barrang Lompo, Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Inilah pertama kali saya menyelam di laut. Wow, what a great experience! Di sini saya masih kelas 2 SMU, dengan santainya bolos sekolah 2 hari buat Diklat Selam. Saya ingat dulu saya tidak berbohong ke orang tua saya buat bolos sekolah. Orangtua saya begitu saja merestui anaknya bolos demi menyelam. Rawk!! hehehe.


Rundown Acara Sesat yang dibuat Teman saya.
Inilah foto ter-epic yang berhasil buat saya ketawa sendiri. Waktu itu, tahun 2009, saya dan teman-teman angkatan saya menjadi panitia Inaugurasi. Dan, muncullah rundown acara lucu-lucuan ini di FB. Saya tidak ingat siapa yang membuat. Ini dia rangkaian acaranya:

  1. Senam Santai. Mmm..okelah, sebelum acara senam santai dulu. Bolehlah.. hehhe
  2. Makan Malam. Nah, setelah senam, waktunya makan malam, kan lapar, jadi harus makan dulu. Yah... sampai sini masih normal lah. hihiihi..
  3. Debus. What! hahaha. Demi apa di Inaugurasi ada debus? Memangnya penjual obat di depan MTOS. Hahaha. 
  4. Pesugihan. Ini jelas-jelas sudah jauh menyimpang. Di inaugurasi ada pesugihan. Tapi kalo dipikir-pikir wajar lah pikiran untuk pesugihan itu datang. Inaugurasi angkatan saya diadakan di hotel berbintang 4 setengah, yang khusus sewa Ballroom saja menghabiskan sekitar 22 Juta. Go Pesugihan!!!
  5. Tari Daerah Barbados. Seumur hidup saya belum pernah liat tarian daerah Barbados. Jadi bolehlah... hehehe. Saya kalo dengar kata barbados yang muncul di kepala saya adalah wanita-wanita berkulit gela dengan hiasan kepala penuh buah-buahan. Eksotis!!
  6. Band. Acara yang paling menjengkelkan di Inaugurasi. Semua band dari tiap angkatan mau tampil. Mulai dari yang suaranya pas-pasan, sampai yang memang tidak ada harapan.
  7. Parade. Parade apakah ini? Tidak jelas.
  8. Pengukuhan Itho sebagai Presiden RI. Ini. Benar. Benar. Absurd. Saya baru tahu setelah baca Rundown Sesat ini kalo dulu Itho bercita-cita jadi Presiden RI. Akhirnya dia sekarang jadi aktivis Stand Up Comedy..
  9. Vaksin H1N1. INI SUPER ABSURD!!!! hahahaha.. memang jaman saya inaugurasi dulu, lagi marak-maraknya flu babi. H5N1-Flu burung, H1N1-Flu Babi. Akhirnya inaugurasi ditutup dengan vaksin flu babi! hahahaha... 


Pretending as a Kangaroo with my brother.
Untuk foto yang terakhir ini, nantilah saya ceritakan di postingan saya tanggal 4 Juni.

Thanks for reading!
Ciao!

Senin, 21 Mei 2012

Bercerita Cita-Cita

It just a random post about some random memories. If you're looking for a meaningful-inspiring-deep post then you may read a wrong article. or blog :)


Saya masih ingat fase perubahan cita-cita saya. Untuk hal ini saya harus berterima kasih kepada keluraga saya yang menjadikan ini sebagai lelucon sehingga hal ini sulit dilupakan.

Umur 4,5 tahun..


Dila cita-citanya apa?
Jadi konglomomerat.

Baiklah, terima kasih yang pertama adalah kepada Susan dan Kak Ria Enes yang telah menyanyikan lagu "Cita-Cita" dengan melodi yang sangat mudah diingat oleh anak seusia saya saat itu. Di antara seluruh cita-cita ngawur Susan, jatuhlah pilihan saya kepada "konglomomerat". Kenapa bukan dokter? Padahal dokter bisa suntik orang lewat. Juga kenapa bukan insinyur? Saya juga tidak tahu. Hanya saja kata "konglomomerat" rasanya membius sekali. Sebuah kata panjang yang susah dilafalkan ternyata bisa saya lafalkan dengan baik. Maka itulah cita-cita saya.

Umur 5 tahun, setelah pulang bermain dari rumah teman yang baru pulang berlibur..


Dila cita-citanya apa?
Jadi Sempati Aerok

Yang pertama, Sempati Aerok bukanlah sebuah profesi. Bahkan bukan kata sama sekali. Itu hanya kata yang saya karang sendiri karena mendengar cerita teman saya dengan setengah-setengah. Teman saya bercerita tentang pramugari di pesawat yang ia tumpangi pulang berlibur. Saya curiga pesawat tersebut berasal dari maskapai Sempati Air. Dan dengan ingatan anak umur 5 tahun, saya memilih profesi tersebut sebagai cita-cita. Saya bahkan belum pernah naik pesawat untuk tau pekerjaan pramugari a.k.a. Sempati Aerok itu seperti apa. Ternyata saya sudah nekat sejak umur 5 tahun. Di umur 6 atau 7 tahun saya pertama kali naik peasawat. Pesawat kecil dengan jumlah penumpang mungkin tidak cukup 20 dan tanpa pramugari. Hanya seorang cabin crew yang merangkap teknisi yang merangkap paman saya. Saya akhirnya boleh mengantongi permen lebih banyak dari penumpang lain. Saya senang sekali, tapi cita-cita saya saat itu telah berubah.

Umur 6 tahun, setelah beberapa bulan pandai membaca. tapi tidak pernah dengan teliti.


Dila cita-citanya apa?
Jadi OSIS seks.

Inilah dia yang menjadi aib saya saat pembicaraan mengenai cita-cita muncul di tengah keluarga. Ini semacam cerita yang jika suatu hari saya mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia, cerita ini akan menyerang saya dalam bentuk black campaign. Sungguh sial saya tidak pernah membaca dengan teliti dan bermulut besar di waktu yang bersamaan. Saat itu kakak saya yang SMP pulang ke rumah dan dengan senangnya memberi tahu orang tua saya kalau dia terpilih menjadi pengurus OSIS. Melekatlah kata OSIS ini di kepala saya. Ah, baiklah it must be something cool, seeing my sister's enthusiasm while talking bout it, it must be something really cool. Setelah mengingat-ingat kata keren itu saya lalu membaca struktur organisasi yang dibawa pulang kakak saya. Jadi ada ketua, wakil, sekertaris (bukan sekretaris), dan bendahara. Dan banyak kata "sek." yang diikuti kata-kata lain di belakangnya. Wow, saya mau menjadi salah satu dari "sek." itu. Dan jadilah cita-cita saya OSIS seks. Dari manakah "s" kedua dari kata "sek."?? Saya tidak tahu, mungkin karena ketidaktelitian saya membaca, mungkin juga karena kata "sek." mengingatkan saya pada kata "seksi".

Di tahun-tahun berikutnya cita-cita saya berubah sesuai dengan apa yang sedang getol saya nonton. Mulai dari Penjinak Hewan Liar (kelas 4 SD) karena sering menonton tayangan seorang laki-laki menangkap anaconda/ular berbisa/buaya dll. Lalu pernah pula ingin menjadi Pengamat Politik (Kelas 5-6 SD) karena sering menonton tayangan berita bersama bapak saya. Bapak saya mewanti-wanti jangan jadi politikus, sehingga saya berpikir untuk menjadi pengamat politik saja. Yang penting saya bisa berbicara politik. Pernah pula saya ingin menjadi mekanik, saya ingin membuka bengkel modifikasi mobil. Saya tidak ingat apa yang saya tonton hingga bercita-cita menjadi mekanik. Bapak saya seorang mekanik alat berat. Saya pernah bertanya "Pak, kalau mau jadi mekanik harus sekolah apa?" Seingat saya bapak tidak menjawab.

Cita-cita lain yang pernah saya impikan adalah Penulis Lagu, saya pernah mengarang sebuah lagu yang saya tuliskan di kertas binder. Lalu Penulis Cerpen, karena keseringan membaca cerpen di Majalah Bobo. Pernah pula saya ingin menjadi relawan. Yah, yang ini mungkin bukan cita-cita. Tapi saat gempa di Yogyakarta dan sekitarnya beberapa tahun lalu saya sempat minta izin ke bapak saya. "Pak, kalau saya ke Jogja untuk jadi relawan boleh tidak?" Seingat saya lagi-lagi Bapak tidak menjawab. Tapi kali ini saya tahu betul jawabannya. Tidak.

Kalau ditanya apa cita-cita saya sekarang, saya pusing. Mungkin lebih baik tanya saya besok :)