Selasa, 17 Januari 2012

Indonesia dalam ChickLit Learning Curves :B

Akhirnya ngepost lagi. Beberapa hari belakangan saya sedang menjalani aliran hidup baru berbasis ajaran Zen, yaitu hidup sederhana. Bukan karena ajaran Zen nya sih, tapi lebih karena saya emang kere ga punya duit. Heheh. Pulsa modem habis, dan saya belum punya uang buat ngisi lagi. Jadi hari ini saya ngepost dengan modal minjem laptop Bon a.k.a Sri Rahayu dan dengan mengandalkan jaringan internet kampus.

Hari ini saya cuma mau bercerita tentang buku yang saya baca tadi malam nonstop. Lagi-lagi karena saya kere se kere-kerenya, saya hanya bisa nyewa buku, tidak sanggup untuk beli baru. Dan pilihan saya jatuh pada ChickLit serial The Single Happy yang judulnya Learning Curves karangan Gemma Townley. Learning Curves ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Misi Rahasia.

Setelah saya baca, jeng jeeeeengg.... ternyata buku ini bercerita tentang penyelidikan seorang cewek yang bernama Jenifer Bell di sebuah perusahaan konsultan milik ayahnya sendiri. Si Jen menyelidiki apa? Dugaan keterlibatan perusahaan konsultan ayahnya pada korupsi di Indonesia. Ya, di Indonesia. Ceritanya, setelah 2 tahun tsunami menerjang Aceh, kembali terjadi gempa bumi. Rumah-rumah yang dibangun dengan uang donasi bagi para korban tahun 2004 secara mengejutkan kembali hancur karena gempa. Dicurigai bahwa perusahaan yang memenangkan tender untuk membangun rumah-rumah tersebut, membangun tidak sesuai standard. Dikhawatirkan terjadi penyuapan antar perusahaan tersebut dengan pemerintah Indonesia terkait proses tender tersebut.

Pada dasarnya buku ini bercerita tentang ke-galau-an Jen yang harus menyelidiki ayahnya sendiri yang telah meninggalkannya sejak usia 13 tahun. Ditambah munculnya seorang cowok tampan dan ibunya yang ternyata pernah berselingkuh yang membuat hidup si Jen ini makin ruwet. Tapi, fakta bahwa negara yang dipilih penulis sebagai lokasi kasus yang mendasari penyidikan adalah Indonesia. Yang notabene memang sendang carut marut dengan korupsi. Ada hubungannya dengan kondisi Indonesia saat ini? Wallahualam.

Lumayan banyak juga buku karangan luar yang pernah saya baca yang mencatut nama Indonesia walaupun tidak bersifat konstektual. Lebih bersifat anekdot. Di sebuah buku yang berjudul Planet Janet, ibu si Janet lagi marah karena Janet memasukkan pakaian berwarna yang melunturi pakaian lain di dalam mesin cuci tersebut. *kalo saya ga salah* Dalam redaksi marah-marahnya ibu si Janet, dia mengancam akan mengirim Janet ke Indonesia. Kata si ibu, kalo di Indonesia, Janet harus bekerja 2 tahun baru bisa beli mesin cuci. Waktu membaca itu saya lumayan tersinggung. Di pikiran saya emang sih negara saya miskin, tapi ga gitu-gitu juga miskinnya. Tapi hari ini saya mikir lagi, yah... mungkin bagi beberapa orang di negara ini, memang butuh 2 tahun bahkan lebih untuk membeli mesin cuci. Setelah beli pun belum tentu daya listik di rumah bakalan cukup. Agak-agak ironis memang, tapi ada benarnya. Hehe.

ini dia cover depan buku Learning Curves

Selasa, 10 Januari 2012

Lomba Review Berita :)

Dear friends, hari ini saya mau membagi info lomba menulis, tapi bukan karya tulis atau essay. Lomba ini merupakan lomba review berita yang diadakan oleh Tempo Institute. Lebih jelasnya, simak yang dibawah ini:


Lomba Review Berita Tempo.co



Berhadiah Satu Bulan Magang di Tempo Institute

...


Demi meningkatkan mutu jurnalistik dan pemberitaan, Tempo Institute mengajak teman-teman (pelajar, mahasiswa, umum) untuk bersama memberi komentar atau review atas berita-berita yang dimuat di Tempo.co, selama bulan Januari 2012.

Silakan meneropong, mengritik, dan mereview berita apa saja. Bisa tentang kasus Mesuji, Bima, ironi keadilan sandal buat Aal, kematian tragis Adesagi, olah raga, resolusi kalangan selebritas, atau sepak-terjang pemberantasan korupsi yang maju-mundur.

Komentar dan review ini akan menjadi masukan berharga buat tim redaksi dan juga TempoInstitute Indonesia.


Review yang diminta adalah : apakah berita tersebut penting bagi publik, menarik, seberapa kuat nilai layak berita di dalamnya, dan apa kekurangan atau kelebihan berita tersebut.


Caranya:


1. Daftarkan diri Anda di Forum Tempo.com di Tempo.co atau

2. Pilih satu berita di Tempo.co, lalu tulislah review berita itu di Thread "Lomba Review Berita Bersama Tempo Institute)

3. Masukkan tulisan Anda ke dalam New Thread di Kanal itu.

4. Tulisan singkat saja, maksimum 200 kata

5. Tenggat : 5 Februari 2012

6. Pengumuman disampaikan pada 10 Februari 2012

7. Lomba ini berlaku bagi siapa saja, diutamakan mahasiswa dan pelajar.


Hadiah

1 (satu) penulis review terbaik dari kalangan mahasiswa diberi kesempatan magang selama 1 (satu) bulan di Tempo Institute (transportasi dan akomodasi ditanggung).

10 review yang pilihan akan diberi bingkisan masing-masing berupa : 1 buku "Kecap Dapur TEMPO" (buku baru terbitan KPG Gramedia), 1 flash disk Tempo.co, dan 1 kaos Tempo.co.



Ayo, mari meneropong berita Tempo.co

Salam, Panitia


Pertanyaan bisa diemail ke institut@tempo.co.id

Selamat berkompetisi.. ;)

Minggu, 08 Januari 2012

Happy Holiday!!

Hallo...senang sekali bisa menulis lagi. Ayo tebak saya sekarang lagi ada di mana... Yep saya sedang berada di kota kelahiran saya, yang saya ceritakan dalam postingan Saya dan Kota Itu. Dulu... Senang sekali rasanya berada di kota ini lagi. Bangun pagi disambut udara yang sejuk, angin yang sepoi-sepoi, dan suara air danau yang berderai memanggil. Walhasil dengan segala godaan dari danau saya renang hampir tiap hari. Saya lebih senang berenang di sore hari, air danau lebih hangat, dan matahari berangsur-angsur terbenam. Harapan saya kulit saya tidak akan begitu terbakar matahari. Tapi...kenyataannya, Watch out Farah Quinn, now I am way tanned than you! Hahaha... *bangga*

Di pagi hari saya biasanya jalan-jalan pagi dengan ponakan saya masih TK. Lumayan, bisa sedikit olahraga sambil ngecengin bule-bule menikmati udara pagi yang jarang-jarang ditemukan di Makassar. Kalo lagi malas renang, saya dan 2 ponakan saya wara wiri naik sepeda. Jangan pikir di sini gowesnya macam gowes keren-kerenan naik fixie bike sambil pake jeans dan kacamata hitam. Di sini, sejauh yang saya perhatikan, tidak ada yang naik fixie. Kenapa? Ga sanggup! Tanjakannya tinggi tinggi giliran turunan, wuss.. sepeda bisa super kencang. Ga mau pake rem? Silahkan siapkan nyali buat nyungsep di danau. Hehehe.

Resiko renang sore adalah harus gaul bareng bule. Karena pantai tempat saya renang adalah pantai depan rumah yang sedikit privat, jadi tidak banyak orang yang renang di pantai itu. Paling banter yang renang ya keluarga-keluarga bule tetangga yang anaknya sebaya ponakan saya. Penduduk lokal lebih senang berenang di pantai lain yang lebih ramai.

Sudah beberapa hari ini saya tiap renang pasti bertemu dengan keluarga New Zealand yang ramah sekali. Nah, kalo renang bareng mereka, jadinya saya ga bisa renang sama sekali. Hanya bisa berendam. Soalnya, si ibu yang namanya Shirley, selalu ngajak ngobrol. Saya pikir saya yang paling kepo, eh ternyata Shirley jauh lebih kepo. Hihihi. Dia nanya macam-macam, mulai dari bunga yang tumbuh di danau yang dia pikir ubur-ubur sampai kalo orang Indonesia nikah pilih suami sendiri atau dipilihkan orang tua. Tapi lumayan asyik juga ngobrol dengan Shirley, karena selain kepo, dia juga lumayan informatif, sering bercerita tentang negaranya, budayanya, macam-macam.

Siang-siang begini, kalo lagi ga ada kegiatan atau lagi malas ngapa-ngapain saya dan ponakan saya yang TK akhirnya main game online. Bukan games macam PB atau games-games heboh, tapi games online buat anak-anak. Dress up games, make over games, game-game kecil untuk anak TK macam itu. Tadi malam saya main game dress up yang harus mendandani Justin Bieber dan Selena Gomez dengan pakaian dan asesoris natal. Dan inilah JB dan Selena versi saya:


Bosan mendandani Justin Bieber jadi wanita, akhirnya saya dan ponakan saya beralih ke games make over. Kali ini yang dimake over adalah Brad Pitt. Huuu...idola hampir semua wanita normal. Dan..inilah Brad Pitt dengan make up on hasil kreasi saya.


Games-games seperti ini lumayan asyik buat mengisi waktu kalo lagi suntuk. Ato lagi malas ngapa-ngapain.

Tapi lama-lama liburan di sini juga lumayan membosankan. Bagi yang suka belanja, bakal setres karena di sini tidak ada Mall. Bagi yang suka nongkrong, di sini juga tidak ada kafe-kafe yang hip buat nongkrong. Bagi yang suka nonton apalagi, disini tidak ada bioskop. Jadi kalo liburan di Sorowako aktivitas kita apa dong? Nah, bagi yang suka aktivitas outdoor, kota ini akan sangat menarik. Banyak olahraga yang bisa dikerjakan di sini. Berenang di danau, naik sepeda berkelilig kota atau downhill di bukit, olah raga dayung dengan kayak di danau, jogging, futsal, tenis, sepak bola, basket, dan hiking. Semuanya cuma-cuma alias gratis. Seluruh fasilitas olah raga dapat digunakan secara cuma-cuma, kecuali kayak yang harus nyewa. Itupun tergolong murah, sekitar 25.000 per kayak, sepuasnya. Asyik kan.

Sayang sekali teman-teman kuliah saya tidak bisa ikut berlibur di sini. Padahal jauh-jauh hari saya udah ngundang mereka kesini. Sejauh ini liburan saya menyenangkan mengingat saya senang bersepeda dan berenang. Selain itu di sini juga ada perpustakaan umum kecil yang bisa dikunjungi pada jam-jam kerja, jadi bahan bacaana selalu tersedia untuk saya yang gemar baca. Walaupun saya tidak berlibur ke pulau lain, atau negara lain, liburan ke Sorowako sudah cukup buat saya untuk refreshing sejenak sebelum kembali ke kampus dan berurusan dengan tugas akhir. Sebelum bertemu kembali dengan pertanyaan: "kapan proposal?" "kapan skripsi?" dan "kapan lulus?". Hehehe. Happy Holiday all!! B)

Nb: satu-satunya yang kurang dari liburan ini adalah: saya lupa bawa kacamata hitam. Huuuu....

Sabtu, 31 Desember 2011

Selamat 2 Tahun Si Sotoy!!!

It's December 31st 2011. New years eve for mostly people in the world even we're not celebrate it in a same time. The year change slowly, hour by hour. I believe that everyone may noticed it, you cannot ignore the sound of the fireworks and of course, its beautiful light. But I know that not everyone celebrate this such a big events. There still some people, or family, who thinks that this night is just like another before. Another nights without food, another without proper house, or another without both food and house. But a new year always brings a same thing for almost (I said almost, because I cannot make sure that "everyone"...) every people in the world: HOPE. A hope to have a better life. A hope to have a better job. A hope to have a good marriage. A hope to have a better country. A hope to have a house, food, or both. But who am I dare to crush your happiness? Don't bother this paragraph, you have rights to party all night long. Bring it on!!!

Memang malam ini adalah new years eve, tapi malam ini berarti lebih untuk saya. Hari ini, blog ini genap berusia 2 tahun! Yeay!! Saya ingat pertama kali saya membuat blog ini tepat 2 tahun lalu, tanggal 31 Desember 2009. Postingan pertama saya saat itu adalah finally...finally.... Sejak postingan pertama itu saya ngepost jarang banget. Hehehe. Pada dasarnya saya waktu itu hanya semangat membuat blog karena keren aja kelihatannya kalo punya blog. Keren dari mana saya juga gak ngerti. Intinya saya harus punya blog sebelum tahun 2010. Di tahun 2010 saya hanya memposting 6 tulisan, karena saya malas nulis di blog. Harus nyalakan laptop, connect internet *yang tidak selalu berhasil* , log in blog *yang seringnya saya ga ingat passwordnya*, lalu menulis *yang seringnya saya mati ide duluan sebelum selesai nulis*. Intinya waktu itu saya super malas buat ngepost. Enakan nulis diary, tinggal ngambil buku, pulpen, nulis deh. Simple.

Beberapa bulan lalu saya menemukan blog milik bang alit yaitu aka  shitlicious.com. Setelah saya baca ternyata lucu banget! Saya ga bisa berhenti ketawa sampai-sampai saya diusir dari kamar kakak saya karena saya kelewat berisik. Besoknya, blog itu saya baca lagi dan bertemulah saya dengan postingan ini Kawan, Lihatlah Gue Dari NOL... Dan saya terkesima dengan perjuangan Bang Alit yang beneran dari nol sampe berhasil menerbitkan buku Shitlicious. Sejak saat itu, bertekadlah saya untuk rutin menulis di blog ini. Apa hubungannya saya semangat nulis lagi dengan Blog bang alit yang serba lucu? Saya juga nggak tau. Tapi dari yang saya liat, blog bang alit semakin kesini semakin "berisi" tidak hanya haha-hihi. Semakin kesini, postingan-postingan Bang Alit memberi pesan-pesan moral yang dalem. Saya paling suka kalo Bang Alit nulis tentang kesederhanaan. Kesannya ngena banget.

Saya semakin semangat nulis setelah tahu kalo ternyata kita bisa melihat jumlah pengunjung yang melihat blog kita. Ya, saya emang gaptek. Hehehe. Dan setelah saya ngecek jumlah pengunjung blog ini...ternyata dikit banget. Huuu... Sejak saat itu juga saya terpacu untuk meningkatkan jumlah pengunjung blog ini. Caranya ya dengan sering meng-update tulisan di blog ini. Dan memang terbukti, setelah saya rajin ngepost, grafik pengunjung blog ini juga meningkat. Horeee...

Yah, statistiknya lg error, harusnya mulai Mei 2010, bukan 2009, harap maklum.

Saya semakin semangat buat ngeblog begitu tahu kalalu blog ini dibaca oleh lumayan banyak orang. Saya ingin blog ini nantinya juga bakal menginspirasi orang lain untuk melakukan hal-hal yang baik. Walaupun saya tau, jalan saya masih super panjang. *eh jadi curhat ala tali kasih gini*.

Tapi sebenarnya kesenangan utama dari ngeblog adalah saat membaca ulang. Untuk saya yang menulis blog berdasarkan pengalaman pribadi saya, rasanya selalu menyenangkan untuk membaca kembali tulisan saya.

Terima kasih banyak untuk semua yang pernah membaca blog ini, you guys aren't just a blue dots that build this blog's statistic, you're the best motivator that keep me writing 'till today. Thanks a lot guys!!

Jumat, 30 Desember 2011

Kemah Menulis 2011, Hari Keenam, Hari Terakhir!! :')

30 November 2011...

Pagi itu bangun dengan kepala nyut-nyutan, hasil begadang semalam. Kamar lumayan kalang kabut karena hari itu harus ke kantor Mien R. Uno Foundation yang sedikit lebih jauh, jadinya harus berangkat lebih pagi. Saya lalu menyeduh kopi, berusaha menghilangkan sakit kepala. Lalu memutuskan dengan cepat untuk tidak mandi menghemat air. Harus peduli lingkungan bukan. Toh, kemarin sorenya saya sudah mandi. Hahaha.

Berangkatlah saya dan teman-teman ke sana. Dengan naik bus yang super padat penumpang. Berdiri pun padat empet-empetan. Tapi seperti pepatah lama karangan saya sendiri. It's no matter how you traveling, it's about who you travelling with. Jadi mau naik apa juga, semenderita apa juga, asalkan bersama orang-orang yang kalian senangi, rasanya akan tetap menyenangkan, sort of. Hehehe. Tapi memang hari itu perjalanan rasanya tidak begitu berat buat saya walaupun harus menggantung karena tidak dapat tempat duduk. Tetap seru karena sambil ngobrol dan bercanda dengan Ka Vando, Bang Ayos, dan teman-teman yang lain.

Di kantor Mien R. Uno Foundation kami kemudian diajak untuk berwirausaha. Kami dipertemukan dengan beberapa pengusaha muda yang sedang merintis usahanya. Yang pertama adalah dua orang pengusaha muda yang berjualan jagung yang dikemas dalam cup dan dijual berkeliling. Dua orang mas-mas ini *saya lupa namanya* benar-benar menginspirasi saya dari perjuangan mereka merintis usaha. Mereka benar-benar berjuang dari nol, dengan modal seadanya. Tapi, ada hal yang kurang mengena bagi kami. Yaitu, saat ditanyakan mengenai rencana kedepan dalam pengembangan bisnis mereka. Dengan santainya mereka menjawab: "Kalian tahu pohon? Nah, pohon itu tanpa diapa-apakan pasti akan tumbuh. Kami juga seperti itu."

Bagi teman-teman yang telah termotivasi dari beberapa sesi sebelumnya, tenatu saja kurang puas dgn jawaban tersebut. Kenapa? Karena kesannya kurang memotivasi kami yang bahkan belum memulai usaha. Saya cukup mengerti apa yang dimaksud dari kedua pengusaha tersebut bahwa mereka memilih "go with the flow", nggak ngoyo untuk mencari keuntungan. Tapi mungkin dapat ddijelaskan dengan mencari perumpamaan lain. Selain pohon maksudnya. Pengusaha kedua adalah wirasastawan muda yang menjalankan usaha penjualan sepeda lipat, atau folding bike. Pandai melihat pasar dan didukung modal yang mumpuni, si pengusaha kedua ini dapat menuai keuntungan yang lumayan. Kali ini dilengkapi pula dengan rencana kedepannya. Pengusaha ketiga adalah pengusaha konveksi. Saya jujur kurang mendengarkan penjelasan Mbak pengusaha yang ketiga ini. Soalnya saya ngantuk berat, kopi yang diminum tadi pagi rupanya kurang mempan. Selesai materi di kantor Mien R. Uno Foundation, kami kembali ke apartemen. Bersiap untuk acara penutupan di J.W. Marriott.

Sorenya, berangkatlah kami ke J. W. Marriott. Kali ini saya mandi dong. Horeee.. Di sana kami sempat mendengar kuliah singkat dari Prof. Arief Rachman, salah satu tokoh pendidikan di Indonesia. Lalu berbincang dengan Pak Nanan Sukarna yang kemarin belum sempat bertemu di Mabes Polri karena harus ke Aceh. Acara dimulai dengan beberapa sambutan. Lalu kuliah singkat oleh Pak Dahlan Iskan, yang saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN. Beliau memaparkan perkembangan masyarakat ekonomi menengah yang turut menyokong ekonomi Indonesia dan diharapkan nantinya akan membantu pertumbuhan ekonomi kita. Juga ada pembacaan naskah essay yang memenangkan juara pertama yang malam itu dilakukan oleh Mira Lesmana. Saat essay Dhiora tersebut dibacakan, saya yang cengeng hampir nangis, untunglah Pak Toriq Hadad duduk di depan saya. Saya jadi malu buat nangis. Heheh.

Acara pun resmi selesai. Saya tanpa sadar flashback ke beberapa hari sebelumnya. Saya merngingat-ingat diri saya sebelum mengikuti acara ini. Rasanya ada yang berbeda. Tiba-tiba saja saya yang serba pesimis dengan Indonesia merasa tidak se-pesimis dulu lagi. Sebelumnya, saya memang menuliskan tentang membangun rasa optimis untuk mengubah Indonesia. Tapi selama ini saya pun tidak se-optimis itu. Apalagi setelah mempelajari hukum, melihat bahwa yang terjadi di masyarakat benar-benar jauh dari yang dicita-citakan dari hukum itu sendiri. Rasa optimis kadang dikalahkan oleh keinginan untuk realistis. Melihat sesuatu apa adanya, tidak berharap banyak.

Tetapi setelah mengikuti kegiatan ini selama enam hari, saya sadar bahwa masih banyak orang-orang yang peduli dengan Indonesia. Bukan hanya peduli, tapi benar-benar melakukan sesuatu untuk negara ini. Saya merasa beruntung bisa menemukan lagi rasa cinta saya kepada Indonesia melalui acara ini. Sayapun berpikir, jika sekolah-sekolah atau universitas-universitas mengubah proses orientasi siswa/mahasiswa baru dengan kegiatan semacam ini, tidak persis, cukup disesuaikan, maka pastilah akan jauh lebih baik dan bermanfaat. Dibandingkan ospek-ospek yang tidak jarang memakan korban.

Malam itu saya senang sekaligus sedih. Senang karena telah mendapatkan ilmu yang melimpah. Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman yang baru mulai saya kenal dengan baik. Kekhawatiran awal saya mengenai kegiatan ini, pesereta-peserta lain, akhirnya tidak terbukti. Kegiatannya benar-benar menarik dan jauh dari membosankan. Peserta-pesertanya menyenangkan dan sama sekali saya tidak merasa tersingkirkan mengngat saya berasal dari luar Jawa. Rupanya saya yang telah terjebak dengan stereotip bahwa teman-teman yang dari Jawa sering diskriminatif terhadap kami sesama penduduk Indonesia namun berasal dari luar Jawa. Memang saya pernah mengalaminya beberapa kali, tapi saya seharusnya tidak lantas melakukan generalisasi terhadap tea-teman lainnya. Maaf yaaa... :')

Banyak hal yang tidak dapat saya jelaskan secara eksplisit disini. Yang jelas, pengalaman ini benar-benar berkesan bagi saya. Buktinya, hari ini, sebulan dari acara tersebut, saya masih dengan semangatnya menulis tentang event ini. Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa saya menulis pengalaman mengikuti Kemah Menulis hingga enam postingan. Saya berpengalaman, saat saya ingin mencari tahu mengenai kemah menulis yang diadakan tahun lalu, sulit sekali memperoleh informasi yang dapat menjelaskan kegiatan ini. Apakah kegiatan ini membosankan? Mengingat namanya adalah Kemah Menulis, sangat identik dengan kesan serius dan formal. Hari ini belajar membuat essay, besok latihan menyempurnakan EYD. Tidak heran teman saya bertanya "Kamu kenapa? Capek karena seminggu tidak melihat matahari?" mengira kegiatan yang saya ikuti melulu dilakukan di dalam ruangan. Bukannya tidak menarik, hanya kurang menarik bagi sebagian besar kaum muda yang inginnya sesuatu yang lebih interaktif dan atraktif. Maka, saya berharap, dengan saya menulis sedikit mendetail mengenai acara ini, akan lebih menarik bagi siapapun yang ingin tahu kegiatan dari Kemah Menulis ini. Syukur-syukur bisa termotivasi untuk mengikuti kompetisi essay yang sama tahun depan.

Hal lain yang memotivasi diri saya untuk menuliskan cerita ini hingga enam seri, adalah saya ingin mendisiplinkan diri saya untuk menulis. Dan saya akui rasanya sulit. Maka saya berinisiatif untuk memulainya dengan menuliskan salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya, yaitu Kemah Menulis ini. Setidaknya, dengan menuliskan hal-hal yang saya sukai, saya lebih mudah mendisiplinkan diri.

Hari itu tanggal telah berganti menjadi tanggal 1 Desember. Sekitar pukul setengah 3 subuh. Saya berdiri di depan lobi apartemen ditemani beberapa teman. Seingat saya Rini, Raisa, Mbak Mita, dan Sisil, lalu ada Teguh, Dhiora, Bayu, dan Mas Bimo yang sudah susah-susah mencarikan Taxi. Maaf kalau ada yang terlupa. Saya pun berangkat ke bandara, siap meninggalkan Jakarta dengan penerbangan pukul 4 subuh. Minggu yang sungguh berarti bagi saya. 6 hari yang memperkaya wawasan, 6 hari yang menata ulang perasaan saya. Kepada diri saya, kepada orang-orang di sekitar saya, kepada negara ini. Selama ini menurut saya kalimat "I Love Indonesia" is a big bullshit, but since that day, I do love this country. Even I still wont say "I Love Indonesia", I am now trying to show Indonesia that I mean it. Dan apa yang lebih indah dari cinta yang ditunjukkan?

NB: Thanks for reading this such a shallow blog. I do hope you enjoy it!

Kamis, 29 Desember 2011

Kemah Menulis 2011, Hari Kelima B)

Sebulan yang lalu, tanggal 29 November, Jakarta tidak se-hujan Makassar hari ini. Hanya sedikit mendung, tapi seingat saya tidak hujan. Pagi-pagi sekali saya sudah bangun. Sebagai salah satu penghuni nomaden yang tidur berpindah-pindah, malamnya saya tidur di kamar Mbak Monic kalo tidak salah. Atau di depan TV, saya sudah lupa. Sangking seringnya pindah-pindah kamar.*curcol* *abaikan*

Hari itu, kami dijadwalkan untuk berkunjung ke kantor General Electric. General Electric adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh Thomas Alfa Edison pada tahun 1878. Ya, Thomas Alva Edison, dan sekali lagi ya, tahun 1878. And still exist until today. Wow. Menurut agenda, seluruh materi sejak pagi hingga sore akan diadakan di kantor GE. Yang ada di pikiran saya, pasti bakalan membosankan. Nah, sekali lagi saya bermain-main dengan kata "pasti".

Kelompok saya memutuskan untuk menggunakan Bus TransJakarta lagi kali ini. Lagi-lagi kami asyik ngobrol sampai-sampai kami tersesat  salah halte. Hehehe, yang lain ternyata sudah tiba duluan dari kami. Materi pertama lebih ke pengenalan tentang GE, lalu dilanjutkan dengan materi "Leading the Winning Team" oleh salah satu pegawai GE *yang saya lupa namanya*. Sangking terkesimanya saya dengan materi tersebut, saya hampir tidak mencatat apa-apa. Tapi ada satu quotes yang saya ingat dan saya tulis dalam bahasa Inggris.
"Don't fool yourself by taking over all the tasks that your team cannot deliver" 
Berapa kali saat kita memimpin sebuah tim kita mengambil alih tugas yang tidak dapat dikerjakan oleh anggota tim? Sering. Karena tujuan utama kita adalah tercapainya target. Padahal, dengan mengambil alih tugas-tugas tersebut kita tidak memimpin tim kita sama sekali. Saat ada masalah, kata si bapak yang saya lupa namanya, pemimpin bertugas untuk memotivasi, menyebarkan semangat bekerja di antara anggota tim. Itu teorinya. Praktiknya silahkan diterapkan sesuai kondisi masing masing. Hehe.

Lalu berikutnya materi diisi oleh perwakilan perusahaan yang merupakan kostumer dari GE. Yang pertama adalah seorang Meneer warga negara Belanda, bernama Sebastiaan Saureen, yang merupakan Founder *kalau saya tidak salah* dari perusahaan asing bernama Navigat. Navigat adalah sebuah perusahaan penghasil listrik tenaga biomass. Navigat memproduksi listrik dari pengolahan sampah yang menghasilkan gas-gas tertentu seperti gas  metana. Jadi, sampah yang kita buang sehari-hari berhasil diubah menjadi energi listrik, yang nantinya akan dijual kembali ke kita, yang senang hati membeli melalui PLN. Hahaha. Jangan salahkan Navigat, carilah jalan keluar. Selain Navigat, juga ada perwakilan dari Perusahaan Gas Negara (PNG) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia. Baik perwakilan Navigat maupun PNG memberi paparan mengenai perusahaan mereka ditambah sedikit materi mengenai enterpreneurship dan leadership.

Materi berikutnya disampaikan oleh Bapak Handry Santriago yang merupakan CEO General Electric Indonesia. Lagi-lagi kali ini saya tidak berhasil mencatat apapun. Karena sesi sore hari itu bersama Pak Handry benar-benar jauh dari kesan serius seperti materi-materi sebelumnya. Rasanya seperti ngobrol-ngobrol, yang anehnya, setiap kalimatnya bermakna. Well, sedikit sulit untuk digambarkan secara mendetail. Saya sibuk terpesona sepertinya. Hahaha. Saya ingat Pak Handry banyak memotivasi kami. Bahwa kami harus memiliki semangat bersaing. Saya jadi ingat sewaktu saya mengikuti World Model United Nation awal tahun ini saya sempat mengamati beberapa rekan dari India. Dari pengamatan saya, dibandingkan mahasiswa dari negara lain, mahasiswa-mahasiswa India tergolong super aktif, cenderung maksa dalam berargumentasi. Kesannya seperti ga mau kalah.

Tetapi, setelah bincang-bincang dengan Pak Handry mengenai daya saing, barulah saya paham. Di India, yang penduduknya sekitar 6 kali lipat penduduk Indonesia, tapi dengan luas wilayah yang hanya sekitar sepertiga dari Indonesia, kalau tidak kuat bersaing, mau makan apa? Kasarnya begitu. Bayangkan, kalau di negara kita saja rasanya lapangan kerja masih belum mencukupi, bagaimana rasanya mencari kerja di India? Silahkan anda bayangkan sendiri. Makanya, mereka memodali diri habis-habisan, dengan pendidikan dan modal Bahasa Inggris yang mumpuni walaupun masih ngondek dan penuh huruf "d". Tapi toh mereka memiliki daya saing yang kuat, dan terbukti mereka tersebar di seluruh belahan dunia. Bekerja di perusahaan-perusahaan atau membuka usaha hampir di tiap negara.

Obrolan dengan Pak Handry rasanya ringan tapi penuh makna. Saya juga teringat peringatan Pak Handry tentang globalisasi. Memang bukan berita baru, tapi lagi-lagi saya yang baru tersadar benar. Saat nanti arus globalisasi benar-benar berjalan, bangsa Indonesia, jika tidak mulai memperkuat daya saing sejak jauh-jauh hari, kita hanya akan jadi penonton. Jadi konsumer. Main congklak dengan papan congklak plastik bertuliskan "made in china". Menjadi orang asing di negara sendiri. Jabatan-jabatan strategis di perusahaan diisi oleh tenaga kerja asing, semisal China dan India, yang sudah lebih dahulu mempersiapkan diri. Saya jadi ngeri sendiri.

Sesi hari itu yang awalnya saya pikir akan super membosankan, mengingat kami hanya akan berdiam di satu tempat tidak mondar-mandir dengan Kopaja atau bus TransJakarta. Tidak ada museum untuk dilihat-lihat. Tapi ternyata lagi-lagi saya kena tulah kata "pasti" *untung saja* dan mendapati bahwa ternyata materi hari itu benar-benar menyenangkan. Apalagi saya dapat kursi kantor beroda yang nyaman. Hahaha.

Malam harinya kami dibolehkan berkunjung ke kantor Mas Didin, yaitu ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure) atau Tim Insiden Keamanan Internet dan Infrastruktur Indonesia. Dari namanya bisa nebak nggak tim ini bergerak di bidang apa? Semacam.. um.. melindungi.. Indonesia. Hahaha. Yak, kurang lebig seperti itu. Saat bapak-bapak berseragam dan memegang sempritan di perempatan-perempatan jalan melindungi kita dari sifat pelit kejahatan, ID-SIRTII melindungi kita dari serangan-serangan di Internet. Lagi-lagi mulut saya menganga terkesima. Saya tidak menyangka ada tim macam beginian di Indonesia. Pernah nonton Die Hard 4? Yah, tim ini melindungi Indonesia dari serangan-serangan seperti di Die Hard itu. Dan ya, suatu negara bisa dilumpuhkan dari serangan hacker. Bukan hacker macam "situs ini kami ambil alih, hahaha", tapi hacker yang menyerang sistem-sistem vital negara. Perbankan misalnya. Maka berterimakasihlah kepada tim ini, yang memantau sistem internet Indonesia agar tidak dijatuhkan oleh hacker 24 jam. Ya. 24 jam.


Setelah kunjungan ke ID-SIRTII, kami lalu kembali ke aparteman. Tapi, malam itu, tidak seperti malam-malam sebelumnya*dramatisasi berlebihan*. Beberapa dari kami secara mencurigakan "tidak mengantuk" dan akhirnya memutuskan untuk menunggu rasa kantuk datang dengan melakukan kegiatan khas wanita, yaitu....main gaple. Enggak, boong ding. heheh. Kami akhirnya ngobrol ngalor ngidul dan kepo, sampai pukul setengah 2. Hahaha. Padahal besoknya harus bangun pagi. That's such a perfect day for me. Met fabulous people, cool things (apple berjejer-jejer), nice food, good stalking conversation, good day!! hahaha


Oh iya, yang mau tau lebih jauh tentang GE bisa klik disini  dan yang mau tau lebih jauh tentang ID-SIRTII bisa klik disini. Sampai jumpa di hari keenam!! Cheers B)

Rabu, 28 Desember 2011

Kemah Menulis 2011, Hari Keempat!

Postingan mengenai Kemah Menulis Hari Keempat ini seharusnya saya post semalam, tapi karena saya harus ke fisioterapi dulu, akhirnya saya telat nulis. Ditambah lagi sinyal modem hancur-hancuran, tertundalah hingga hari ini. Jadi hari ini saya harus memposting 2 kali. Huuuuu.....

Hari keempat, tiga hari menjelang akhir kegiatan, saya mulai kena sindrom "tidak ingin semua ini berakhir". Halah, lebay. Sebenarnya hanya perasaan sedih, saya baru mulai mengenal teman-teman lebih jauh disaat kegiatan semakin mendekati akhir. Heheh

Hari keempat saya sangat bersemangat. Hari ini kami akan mengunjungi Kantor KPK dan Mabes Polri. Sebagai mahasiswa fakultas hukum, mengunjungi dua instansi ini rasanya sedikit berbeda. Sedikit lebih bersemangat karena akan bertemu orang-orang di instansi yang selama ini berputar-putar dalam topik diskusi, objek kritisi, hingga anekdot-anekdot kampus. Saya menyiapkan pertanyaan yang lumayan banyak sebenarnya.

Kunjungan pertama adalah ke kantor KPK. Berangkatlah kami ke sana secara berkelompok. Kelompok saya ditemani mentor memilih untuk naik transportasi umum. Mengingat kami ingin menghemat uang saku yang dierikan. Berangkatlah kami dengan naik angkot lalu bus Transjakarta. Entah kenapa, mungkin karena keasyikan ngobrol, akhirnya kami salah turun halte, bukan tersesat loh. Hehehe. Untunglah tidak sampai terlambat.

Di kantor KPK kami bertemu dengan Pak Busyro, ketua KPK saat itu. Pak Busyro menjelaskan serba-serbi penanganan tindak pidana korupsi di Indonesia. Saya gregetan sekali ingin bertanya, sayang tidak dapat giliran. Nasiiib...nasib. Hari itu saya ingin menanyakan fungsi pengawasan KPK atas peradilan Tipikor di daerah. Sabagai salah satu anggota Tim Perekaman kerja sama antara KPK dengan Unhas, saya dan teman-teman ingin mengetahui sejauh mana rekaman sidang kasus korupsi yang kami rekam ditindaklanjuti oleh KPK. Apakah berkeping-keping salinan rekaman kasus korupsi yang kami kirimkan benar-benar diperiksa? Apakah kejanggalan-kejanggalan yang kami lihat juga tertangkap oleh KPK? Yang lebih penting lagi, apakah ada tindak lanjut atas kejanggalan-kejanggalan tersebut? Saya benar-benar penasaran.

Sebagai gambaran, salah satu sidang korupsi yang kami rekam berakhir dengan putusan bebas bagi terdakwa. Saya setuju dengan putusan tersebut, karena saya dan teman-teman mendapati, si terdakwa bukanlah orang yang harus bertanggung jawab atas tindak pidana korupsi yang merugikan negara hingga milyaran rupiah tersebut. Kami tidak berpendapat dengan terka-menerka, karena proses persidangan pun menunjukkan demikian. Baik keterangan saksi maupun keterangan ahli yang melakukan audit administrasi, keduanya berujung ke satu nama, yang bukan nama terdakwa. Setelah sidang tersebut kami lalu berharap ada tindak lanjut dari pihak kejaksaan atau kepolisisan. Tapi ternyata tidak. Maka berharaplah kami pada KPK, yang menerima salinan rekaman persidangan kami. Ternyata, tidak ada kabar juga.

Hari itu saya ingin bertanya mengenai hal tersebut kepada Pak Busyro. Karena saya sedikit percaya bahwa titik terang pemberantasan korupsi masih ada. Apakah berada di tangan KPK? Hari ini saya ragu, mudah-mudahan besok saya teryakinkan. Selain itu saya sebenarnya ingin berterimakasih kepada KPK, walaupun harus mengorbankan kuliah sehari dalam seminggu untuk stand by di Pengadilan Negeri, tapi saya makmur. Uang makan yang lumayan bisa ditabung. Heheh. Walaupun saat di-audit akhir tahun harus uring-uringan.

Dari KPK kami bertolak ke Mabes Polri. Kami akan mendapatkan materi mengenai Deradikalisasi dan Penegakan HAM. Saya sebenarnya sangat tertarik dengan masalah penegakan HAM, mengingat pematerinya merupakan aktivis dari KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan). Tapi sayangnya, rupanya materi hari itu lebih menekankan pada deradikalisasi dalam tindak pidana terorisme. Hari itu banyak dijelaskan mengenai latar belakang terorisme, bentuk-bentuk tindakan teror, sejarah, penanganan, lengkap dengan video-video para teroris. Saya lebih merasa didoktrin mengikuti sesi tersebut. Seperti mindset saya tentang teror dan terorisme harus disesuaikan dengan standar negara. Yah, mungkin hanya penyakit paranoid saya yang berlebihan. Saya sebenarnya mengharapkan dialog yang lebih interaktif. Saya akhirnya lebih terhibur menonton teman yang sedang tidur dibandingkan mendengarkan sejarah teror.

Saya lebih terhibur lagi berkeliling Museum Polri. Saya lama mencermati peralatan yang digunakan polisi di TKP. Entah itu di TKP pembunuhan, narkoba, dll. Melihat peralatan polisi di TKP narkoba saya tertawa sendiri. Ada perlengkapan yang digunakan untuk mengetes apakah obat atau zat yang dicurigai benar merupakan narkoba. Alat tersebut semacam tube yang nantinya jika zat mencurigakan tsb dimasukkan ke situ dan dicampurkan dengan zat tertentu, akan berubah warna jika memang mengandung zat-zat adiktif berbahaya. Saya tidak tahu polisi kita sudah dilengkapi dengan alat tersebut. Dalam penangkapan-penangkapan pelaku tindak pidana narkotika yang saya lihat di TV. Biasanya, si polisi hanya akan mencari narkoba di saku si pelaku, setelah ditemukan, si pelaku lalu dihadiahi bogem mentah. Bagaimana kalau yang di saku pelaku itu bukan narkoba? Kalau ternyata puyer? Hahaha.. Saya familier dengan alat tersebut bukan dari program macam Buser atau TKP yang produk dalam negeri. Saya familier karena sering menonton Fox Crime. Polisi-polisi Amerika dalam program TV Cops biasanya akan melakukan tes tersebut saat menangkap pelaku narkotika di TKP.

Di museum ini saya juga menccari profil Pak Hoegeng. Nah, Pak Hoegeng ini adalah salah satu dari tiga polisi jujur, yang tidak dapat disuap, yang dikisahkan dalam anekdot yang dilontarkan almarhum Gus Dur. Yang duanya lagi siapa? Patung polisi dan polisi tidur. Hahaha. Dalam perjalanan ke Mabes, di Kopaja, saya dan Ka Vando sempat bercerita tentang orang-orang yang "bersih" dalam penegakan hukum. Berbincanglah kami tentang Pak Hoegeng yang seorang polisi, Pak Yap Thian Hien yang seorang pengacara, dan Baharuddin Lopa yang seorang Jaksa.. Asumsi saya, profil atau paling tidak gambar Pak Hoegeng akan mudah ditemukan. Ternyata tidak. Profil singkat Pak Hoegeng hanya tercantum dalam semacam Hall of Fame bersama sejumlah polisi yang terkenal di Indonesia. Saya cukup tersenyum, mungkin saya yang berlebihan memandang sosok Pak Hoegeng.


Ini dia foto pak Hoegeng semasa muda dgn seragam kepolisisan.

Pulang dari Mabes Polri kami lagi-lagi memilih untuk menggunakan Bus TransJakarta. Kali ini rombongan kami lebih besar. Karena kami memilih untuk pulang bersama dengan dua kelompok lain. Lucunya, karena sempat berdesak-desakan saat akan naik ke Bus, rombongan kami sempat tepecah. Berangkatlah Bang Ayos, Dhiora, dan Dion lebih dulu dari kami. Usut punya usut ternyata merek akhirnya turun di Monas dan naik taksi kembali ke apatemen. Eciye…yang quality time bertiga. Hahaha.. Hecticnya Jakarta sore itu akhirnya kami tutup dengan rame-rame makan es krim di Alfamart apartemen. Ck, anak komplek sejati. Hihihi.

Sesi malam diisi dengan materi “Mengapa Menulis?” yang dibawakan oleh Mbak Mardiyah. Saya semangat lagi nih, mengingat saya suka menulis, tapi sebatas konsumsi pribadi alias nulis diary. Hehe. Mbak Mardiyah malam itu mengajarkan tentang pentingnya “angle” dalam menulis. Angle kurang lebih adalah sudut atau sisi yang ingin diangkat oleh si penulis. Karena sebuah peristiwa atau hal mamiliki banyak angle yang dapat ditelaah. Kami lalu diajari cara membuat angle yaitu dengan membuat pertanyaan. Kami lalu diberi PR, buat tulisan tentang kegiatan ini, dua paragraph, dan harus jelas angle nya. Otak saya muter. Saya harus mengangkat angle apa? Di tulisan saya kemudian, yang ada saya curhat tentang perasaan saya. Huuuu…

Materi menulis membuka mata saya akan pentingnya mengangkat satu sudut dari sebuah cerita. Jika ingin menceritakan semuanya, tulisan terkadang akan kurang menarik. Tiap topic *yang banyak itu* nantinya akan terkesan menggantung. Angle akan membantu kita untuk keep on track pada hal yang sebenarnya menjadi perhatian utama kita.


Hari keempat ini saya lumayan senang. Mengunjungi instansi-instansi yang belum tentu bisa saya kunjungi sehari-hari. Saya lebih senang lagi karena hari ini saya dan kawan-kawan lain semakin akrab. Sama-sama berpeluh mengantri di halte Bus TransJakarta rupanya berhasil mengakrabkan kami. Hal yang mungkin akan sulit didapatkan jika kita bepergian dengan bus yang telah disediakan oleh panitia. :)

Di hari keempat juga kamera saya mulai terisi. Terima kasih kepada Bang Moses yang telah menjadi partner in crime saya dalam mengambil gambar dimana-mana. Hehehe..