Sabtu, 14 April 2012

Andai Skripsi Hanya Soal Ketik Mengetik

Lulus itu kata yang kejam. Tidak "lulus" SNMPTN itu sucks, tapi "lulus" SNMPTN lalu jadi mahasiswa lalu di tingkat akhir berjuang keras untuk "lulus" itu way more sucks! 

Lulus dan gagal, pada akhirnya tidak menentukan nasib.

Kata teman saya, kuliah itu susah masuknya tapi lebih susah keluarnya. Dulu saya hanya tertawa menanggapi itu. Tapi hari ini, hari-hari di semester akhir ini, saya cepat-cepat mengangguk untuk kalimat itu. Mengangguk secepat mainan Shaun The Sheep di dashboard mobil. Lulus kulah itu lumayan susah ternyata. Dulu saya berfikir apa susahnya skripsi lalu lulus? Kan tinggal ngetik-ngetik, selesai, ujian, wisuda. Tamat. Andai semudah itu.

Jadi mahasiswa tingkat akhir seperti kegalauan tiada akhir. Baru berakhir setelah upacara wisuda (bagi sebagian orang, bagi sebagian yang lain baru berakhir setelah serangkaian acara syukuran). Andai saja skripsi hanya soal ketik mengetik, mungkin yang pandai copy-paste sudah bisa sarjana habis balik KKN. Tapi lagi-lagi, skripsi bukan hanya soal ketik-mengetik.

Memulai tugas akhir berbarengan dengan dimulainya perjuangan melawan rasa malas. kali ini tidak ada deadline kapan tugas harus dikumpulkan. Tidak ada panduan tugas harus seperti apa, jumlah halaman berapa, standar tugas yang baik seperti apa, dan yang paling penting tugas harus membahas apa. Kata teman saya, "tugas akhir adalah ujian untuk istiqamah" dan saya lagi-lagi mengangguk untuk itu. bagi orang moody seperti saya, tanpa adanya daya paksa untuk menyelesaikan tugas (nilai jelek, tidak lulus, dipermalukan dosen) waktu rasanya tidak terbatas. Susah sekali mengumpulkan mood untuk mulai mengerjakan tugas akhir. Tapi akhirnya saya mulai juga, dan seperti biasa, setelah saya memulai sesuatu, mood pun akan ikut membantu. Untuk masalah melawan diri sendiri sampai sini beres. Tapi, itu tidak lantas mempermudah pengerjaan tugas akhir.

Cobaan kedua adalah bersabar menghadapi birokrasi. Demi Tuhan form wajib untuk pengerjaan tugas akhir itu banyaknya minta ampun. Diurut sesuai alfabet. Dimulai dari form A hingga form-entah-apa-karena-saya-belum-sampai-situ. Tiap form punya cobaannya masing masing, tanda tangan penguji dan pembimbing, tanda tangan PD 1, kenapa tidak sekalian tanda tangan ketua RT RW Lurah Camat plus Presiden Korea Utara. Pengurusan form ini betul-betul menguras emosi dan tenaga. Mau sabar susah, mau mengumpat takut kualat, mau marah langsung takut tidak lulus. Ujung-ujungnya nyampah di twitter dan di-judge galau sama orang-orang. Nasib..

Cobaan ketiga adalah tanda tangan. Setiap hari yang dipikirkan tanda tangan. ketemu pembimbing dimana? Ketemu penguji dimana? Datang ke rumah pembimbing, penguji, harus siap duit mondar mandir. Kalo masalah ketik-mengetik nasib tugas akhir masih di tangan kita, kalo malas ya selesainya lama, kalo rajin ya selesainya cepat, kalo beli skripsi malah tidak perlu mengetik.Tapi kalo tugas akhir sudah di tangan pembimbing, nasib nya ya bergantung sama pembimbing. Dikoreksi cepat ya alhamdulillah, dikoreksinya lama ya udah harus alhamdulillah juga. Pasrah aja deh pokoknya.

Hal lain yang menjadikan skripsi bukan soal ketik mengetik adalah beban moril. Kalo mau cepat bisa beli skripsi tapi pada akhirnya diri kita pasti tau kalo yang kita kerjakan adalah kebohongan besar. Dan saya tidak mau melamar kerja dengan ijazah hasil skripsi yg bukan karya saya. mungkin bagi beberapa orang hal itu sok idealis. Terserahlah pendapat orang, cukup kita mengimani hal yang kita percayai masing masing. Saya juga berusaha tidak mengutip buku yang tidak benar-benar saya baca, saya takut tidak bisa mempertanggungjawabkan. Memang benar kata sebagian orang, tugas akhir tidak perlu terlalu "wow", toh tidak dipublikasikan. Tapi saya, punya standar untuk diri saya, dan marilah kita jalankan standar kita masing masing tanpa saling menghakimi.

Pada akhirnya tugas akhir (paling tidak menurut saya) bukan hanya soal ketik-mengetik. Ini bagian hidup sebagai mahasiswa yang perlu dijalani. Tugas akhir juga bukan perlombaan yang berfinish di Baruga di hari wisuda. Ini adalah projek individu yang memiliki dinamika masing-masing. Tugas akhir juga bukan pembuktian pinta-tidak pintar. Ini murni pembuktian ke diri sendiri (setidaknya begitu menurut saya).

3 komentar:

  1. yang semangat kaka kerja tugas akhirnya... kami selalu mendoakan mu.. hiks-hiks-hiks...

    BalasHapus
  2. luar biasa... :) semoga dimudahkan...

    BalasHapus
  3. saya sependapat, karena saya mengalami ini juga, tugas akhir yang memang tiada akhir. ini post yang menarik, salam kenal

    BalasHapus