Sabtu, 17 Maret 2012

Toleransi Selera

Sudah beberapa hari ini saya mikir tentang toleransi. Kalau toleransi umat beragama mungkin sudah jadi pembicaraan umum. Tapi saya nggak mau bahas tentang itu. Bukan karena tidak penting, tapi lebih karena memang bukan itu yang ada di pikiran saya.

Akhir-akhir ini rasanya kita (yang berarti saya juga) sangat sulit bertoleransi dengan orang lain masalah "selera". Ya selera berpakaian, musik, film, bacaan, semua yang didasari dengan "selera". Susah juga mendefinisikan kata ini. Tapi saya yakin kalian bisa mengukur sendiri apa yang dinamakan dengan selera. Mungkin seperti kesukaan. Saya suka dengar lagu pop, mungkin dia lebih suka lagu rock.

Belakangan ini kalo ada yang ngaku suka boyband atau girlband Indonesia kita langsung men-judge habis-habisan. Dikatain kampungan, nggak punya selera musik, norak, atau kadang-kadang malah dianggap bodoh. Padahal itu selera. Sama jika beberapa orang (atau mayoritas orang) lebih suka boyband atau girlband korea. Tapi kenapa kalau suka boyband-girlband korea boleh-boleh saja sah-sah saja? Lantas apa bedanya. Ada yang bilang karena boyband-girlband Indonesia cuman nyontek Korea, suara pas-pasan, maksa, sering Lipsync, dll. Tapi kalo misalnya si A emang suka yang seperti itu, apa si A salah?  Menurut saya tidak. Rasanya setiap orang punya hak untuk menyukai apapun selama itu tidak merugikan orang lain.

Saya pada dasarnya tidak begitu tertarik dengan boyband-girlband baik korea maupun inonesia. Bahkan kalo saya ingat-ingat, selama ini saya tidak pernah nge-fans sampe fanatik ke penyanyi atau artis. Dulu aja saya sempat suka westlife jaman SD, tapi tidak pernah sampai mengelurkan uang buat beli pernak-pernik, majalah, atau apapun yang berbau westlife. kayaknya saya lebih sayang uang daripada artis idola.

Saya terkadang sering mikir kenapa kita (yang berarti juga saya) sering kurang toleransi terhadap selera orang lain. Apa karena kita merasa superior dengan diri kita? Atau karena kita merasa jika ada yang memiliki selera berbeda dari selera orang banyak itu salah? Apakah mayoritas berarti benar?

Beberapa waktu yang lalu saya sempat mikir-mikir dan menyimpulkan kalo kita (yang berarti juga saya) takut menjadi berbeda. Saat mayoritas orang mencela SM*SH tiba-tiba menyukai SM*SH menjadi tindakan tercela yang boleh dicela beramai-ramai. Karena apa? Karena berbeda?

Apa sulitnya mengerti dan mulai bertoleransi? Saat kita tidak se-selera dengan orang lain, mungkin kita harus kembali mengingat bahwa pada dasarnya kita setara. Sama-sama menyukai sesuatu. Mungkin anda bisa menebak-nebak pribadi seseorang dari seleranya, tapi menurut saya tidak untuk dicela.  Seseorang yang menyukai jazz rasanya tidak lebih tinggi derajatnya daripada orang yang menyukai lagu dangdut. Dan menyukai hal yang disukai mayoritas masyarakat rasanya tidak memberi hak dan superioritas untuk mencela orang-orang dengan selera berbed. Itu menurut saya, anda boleh saja berpikiran berbeda. Toh kita sedang belajar bertoleransi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar