Sebenarnya kalo dipikir-pikir postingan ini ga ada penting-pentingnya. Apa pentingnya saya nulis tentang kehidupan non akademik saya dari TK sampai SMU. Toh saya bukan artis. Saya tidak punya fans yang mau tahu latar belakang kehidupan saya sebelum jadi artis. Alasan utama saya adalah, waktu saya nulis part 1 itu, saya sebenarnya ga tau mau nulis apa. Yang ada di kepala saya saat itu, ya hanya tentang aktivitas saya di luar kegiatan akademik. Dan jadilah tulisan itu. Se-simple itu. Saya jadi ingat kata seseorang: "dalam ngeblog, stop thinking, start acting, start writing!" Jadi ga usah banyak mikir, tulis saja apa yang sedang ada di dalam kepala. Toh blog ini punya saya, jadi mau mau saya dong. hehehe.
Sekolah Menengah Pertama
Nah, berbeda dengan di TK dan di SD, di SMP sudah ada organisasi-organisasi sederhana seperti Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) dan Majalah Sekolah (di sekolah saya namanya Spektrum). Ada juga Pramuka, Marching Band, Klub Fisika/Matematika/Biologi, dan tentu saja OSIS. Saya yang agak-agak alergi dengan hal-hal yang sifatnya agak kaku (memperhalus kata "karya tulis") tidak pernah ada niat sedikit pun buat gabung di KIR. Hahahah. Akhirnya saya ikut Spektrum. Sempat jadi reporter lapangan yang nyari-nyari berita.
Spektrum ini sebenarnya bukan majalah. Hanya artikel yang terbit setiap minggu. Hari Kamis atau hari Senin saya ga ingat lagi. Tapi sudah lumayan oke loh sistem kerjanya. Ada semacam rapat buat menentukan artikel berikutnya kita mau membahas apa. Selama bersama Spektrum saya ingat pernah mewawancarai "orang penting" yaitu: KEPALA SEKOLAH dan KEPALA YAYASAN (karena sekolah saya swasta). hahahaha. Saya ingat banget dulu wawancara kepala yayasan langsung di rumahnya.
20 menit saya cuma dorong-dorongan sama partner saya, Lina, di depan rumah kepala yayasan karena ga ada yang berani ngetuk pintu duluan. Pas wawancara terlaksana, saya dan Lina tidak bisa konsentrasi karena pak kepala yayasan pake celana pendek yang....pendek banget. Hot pants nya nikita willy aja kalah. Setelah wawancara pun di perjalanan pulang saya dan Lina masih ga bisa berhenti ketawa karena mendengar saura kami di walkman rekaman yang bertanya dengan nada canggung campur nahan ketawa. hahaha. Saya juga pernah dapat tugas meliput pertandingan bola antar kelas. Kenapa saya yang seorang wanita? Saya juga ga tau. Sampe sekarang saya masih menyimpan notes yang ada coretan hasil liputan pertandingan itu, yang selalu berhasil buat saya ketawa. Karena ada tulisan Ball Position: 55-45. Jangan tanya saya angka itu dari mana. Hahahaha. Saya akhirnya sadar, saya waktu itu ga cocok jadi wartawan. Saya ga bisa tahan ketawa kalo ketemu narasumber yang aneh-aneh macam Pak Kepala Yayasan. hihihi.
Kegiatan lain yang saya gandrungi jaman SMP adalah: Berkemah. Ck, saya selalu senang tiap dengar kata ini. hehehe. Saya ingat, dulu SMP saya selalu mengadakan kegiatan berkemah tahunan. Semua siswa dari kelas 1-3 boleh ikut. Tempatnya ganti-ganti, tapi hanya terbatas pada 2 tempat: Bumper atau Bumi Perkemahan, yang memang merupakan lokasi yang dikhususkan untuk kegiatan-kegiatan perkemahan. Bumper ini lumayan angker, soalnya di bukit yang terletak di belakangnya terdapat lokasi pekuburan umum untuk warga kota kecil saya, semacam TPU. Tempat yang kedua adalah Enggano Camp, sebuah tempat yang dulunya adalah camp pekerja tambang (kalau saya tidak salah, sekarang difungsikan kembali) yang terdiri dari beberapa bangunan seperti barak-barak dengan kamar. Enggano tidak kalah angkernya. Saya sudah pernah merasakan berkemah di kedua tempat ini. Saya belum pernah mengalami hal-hal mistis, hanya beberapa orang teman yang kesurupan.
Pernah suatu kali, saya diceritakan oleh kakak kelas saya, perkemahan tahunan yang dilaksanakan di Enggano berubah ricuh. Di malam jurit banyak yang bertemu makhluk halus sehingga rute harus dipotong dan jurit diakhiri sebelum waktunya. Malam api unggun pun dipenuhi oleh siswi-siswi yang tiba-tiba kesurupan. Siswa-siswa diinstruksikan tidur di bangunan utama, tidak di tenda untuk mencegah lebih banyak yang kesurupan. Setelah dipulangkan ke rumah ternyata masalah belum selesai. Beberapa siswi ternyata masih mengalami kesurupan di rumah masing masing. Proses belajar mengajar selama seminggu juga tidak efektif. Tiap hari masih saja ada siswi yang jatuh pingsan dan kesurupan. Ck, kalau saya produser atau sutradara, mungkin fenomena ini sudah saya angkat jadi film. Pasti lebih seru dibandingkan hantu-hantuan dengan pemeran wanita berbikini.
Untunglah hal itu terjadi saat saya masih SD kelas 6. Tahun depannya, saat saya kelas 1 SMP, perkemahan diadakan di Bumper. Aman tenteram. Saya beruntung tidak pernah mengalami hal demikian, paling banter setelah pulang berkemah saya hibernasi sehari-semalam (kurang tidur), gatal-gatal (kurang mandi), makan tanpa kendali (kurang makan), dan badan penuh luka (kurang jaga diri). hahaha.
Di kelas 3 (atau 2 saya tidak ingat), sekolah saya membentuk tim marching band. Terpilihlah angkatan saya untuk jadi angkatan pertama team marching sekolah. Saat itu saya ditunjuk menjadi pemain Belyra. Itu loh, alat musik puluk yang memainkan melodi lagi dengan suara ting ting ting. Saya senang sekali bisa jadi pemain Belyra, di angkatan saya, saya pemain belyra satu-satunya. Jadi pemain belyra lumayan susah, harus hapal notasi lagu, harus tahu kapan harus mulai memainkan lagu, harus sesuaikan tempo dengan pemain drum, tapi bagaimanapun, saya senang sekali bisa jadi pemegang belyra pertama di grup marching sekolah saya.
Hal yang paling tidak bisa saya lupakan adalah pencalonan ketua OSIS. Waktu itu saya masih kelas 2 SMP, berarti saatnya angkatan saya yang menjabat kepengurusan OSIS. Dalam pencalonan Bakal Calon Ketua OSIS, ternyata ada yang memilih saya. Walhasil, saya menjadi 1 dari 3 bakal calon ketua OSIS SMP saya. Saya menjadi balon perempuan satu-satunya. Saat itu, sehari semalam saya berpikir keras. Apa untung ruginya jika saya jadi ketua OSIS. Yang jelas kerjaan Ketua OSIS tingkat SMP pasti tidak terlalu banyak. Kegiatan rutin OSIS yang diadakan di sekolah saya saat itu antara lain Lomba Tujuh Belasan, Peringatan Valentine's Day (jangan tanya), Peringatan Hari Olah Raga Nasional dan kadang festival-festival seni antar kelas. Tapi bukan itu yang menjadi fokus utama saya.
Ahirnya saya resmi mengundurkan diri sebelum kampanye dimulai. Kenapa? Saya tidak mau foto saya di poster kampanye jadi korban kebiadaban tangan tangan jahil remaja-remaja tanggung di sekolah saya. Seperti tahun tahun sebelumnya, poster kampanye akan jadi sasaran empuk para seniman kreatif sekolah. Mata dipasangi penutup mata bajak laut, rambut tiba-tiba berubah style menjadi gaya punk, pipi bercodet dan berjerawat, kepala bertanduk, sebut saja. paling apes kalo foto kampanyenya memperlihatkan gigi, tiba-tiba gigi kita hitam-hitam, dari bibir menetes darah, bibir menebal. Belum lagi kalo di atas kepala ditambahi kalimat-kalimat mesum. Ah, beratnya cobaan menjadi pemimpin lembaga intra sekolah. Saya menyimpulkan saya belum siap. Di tahun sebelumnya saya adalah orang pertama yang akan berkeliling mading ke mading menertawai gambar-gambar demikian. Saya belum sanggup menertawakan diri sendiri. hahaha
Selain kegiatan-kegiatan di atas, semasa smp saya juga senang membaca puisi. Saya langganan menjadi pembaca puisi di acara-acara sekolah, seringnya musikalisasi puisi. Sambil menyanyi, bukan main musik. Saya belum bisa main musik. Selain itu saya senang hiking dengan teman-teman. Main tenis di malam hari kalau tidak hujan, yang akhirnya akan berakhir dengan main uji nyali ke tempat-tempat angker.
Masa-masa SMP bisa saya claim sebagai salah satu masa terbaik selama sekolah. Di SMP pula lah saya membentuk geng. Bukan geng nero, bukan. Namanya berganti-ganti, mulai dari Greatiful Dead -yang tidak ada artinya- yang saya ambil dari nama band Grateful Dead (kalo tidak salah) di plesetkan sedikit. Lalu berganti jadi Trixie -lagi lagi tidak ada artinya- yang saya lupa nama itu diambil dari mana. Geng saya masih ada sampai sekarang walaupun personelnya sudah tersebar di mana mana. Saya, Lina, dan Gita di Makassar, Fenty di Jogja, Linda di manado, dan Gina di Bali. Kami berasal dari latar belakang agama yang beragam, Saya islam, Lina dan Gita katolik, Linda dan Fenty protestan, dan Gina hindu. Kami dapat membuktikan bahwa agama tidak pernah jadi hambatan dalam pertemanan. Saat natal, kami ke rumah yang merayakan Natal. Saat Lebaran, mereka ikut berkunjung ke rumah saya, saat Nyepi, kami menghargai Gina dan memberi selamat saat Galungan.
yah...jadi kepanjangan gini. Akhirnya ga muat buat cerita SMU. hehe. Nantilah kalo ada mood lagi. hehehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar