a same environment could be ends different because of people's decision. This pic is taken from here |
Sebagaimana daerah kumuh lainnya, hal yang cukup menjadi masalah daerah kami adalah sanitasi. Mengingat sebagian besar rumah yang dibangun adalah bangunan liar yang semi permanen, tentu saja sanitasi menjadi hal terakhir untuk dipertimbangkan. Akhirnya kanal menajdi jalan keluar. Aliran limbah MCK masyarakat akhirnya dimuarakan ke selokan-selokan yang berujung ke kanal. Hal ini diperburuk dengan tidak adanya mobil pengangkut sampah yang mau melintasi daerah kami yang berjalan sempit. Lagi-lagi kanal menjadi solusi pembuangan sampah bagi masyarakat sekitar. Dengan kanal sebagai muara segala pembuangan masyarakat, jadilah kanal dekat rumah saya kotor bukan kepalang, dengan air yang berwarna hitam dan sampah yang lama-kelamaan mendangkalkan kanal tersebut.
Kanal ini emudian menjadi sumber masalah masyarakat kembali. Macam lingkaran setan, akibat perbuatan masyarakat yg membuang sampah di kanal, di musim penghujan masyarakat pula-lah yang akhirnya menderita. Kanal yg mendangkal akhirnya meluap dan membawa banjir ke rumah-rumah. Untunglah beberapa tahun belakangan ini, banjir sudah tidak se-parah dulu lagi. Jika dulu banjir dapat mencapai tinggi paha orang dewasa, kini hanya sepantaran betis. Yah, memang tidak jauh lebih baik, tapi setidaknya ada perubahan. heheh.
Perubahan kecil namun berarti itu bukan dikarenakan kesadaran masyarakat yang bertamabah loh. Tapi karena kali ini setiap sebelum musim hujan datang, puluhan personil TNI ikut membantu warga membersihkan kanal dan selokan sekitarnya. Saya teringat tentang hal ini setelah membaca artikel di situs VOA yang berjudul Puluhan Personil Kopassus Bersihkan Sampah Bengawan Solo. Menurut berita tersebut, para personel Komando Pasukan Khusus tersebut merasa memiliki kewajiban untuk ikut menjaga kebersihan dan kelestarian Sungai Bengawan Solo yang telah terkenal hingga manca negara. Berita tersebut turut dilengkapi dengan keterangan dari Wakil Walikota Solo, Hady Rudyatmo, yang membenarkan bahwa kerusakan dan pencemaran sekitar Sungai Bengawan Solo memang telah sangat parah. Padahal jika mengingat-ngingat lagu Bengawan Solo ciptaan almarhum Gesang, rasanya sungai Bengawan Solo pada saat itu adalah sungai yang jauh dari keadaan sungai tersebut saat ini. Jauh lebih bersih, jauh lebih asri.
Tapi yang ingin saya tekankan dalam tulisan ini adalah keikutsertaan anggota TNI dalam kegiatan-kegiatan menjaga kebersihan lingkungan. Kita harus bersyukur bahwa dalam hal kebersihan lingkungan kita masih dibantu oeh anggota TNI. Hal tersebut tentu saja telah saya, dan masyarakat sekitar rumah saya, rasakan manfaatnya. Tapi yang di luar hal tersebut, seharusnya hal ini menjadi evaluasi bagi diri kita masing-masing. Seharusnya kita bisa jauh lebih peduli terhadap lingkungan sekitar rumah kita masing-masing. Tanpa perlu bantuan oleh anggota TNI seharusnya lingkungan kita masing-masing bisa lebih bersih dan terawat jika kita peduli. Tidak perlu menunggu banjir, tidak perlu bergantung pada bantuan anggota TNI.
Memang jika dirujuk lebih jauh, pemerintah daerah memegang peranan penting dalam menciptakan sistem yang lebih ramah lingkungan. Jika dikaitkan dengan kondisi sekitar rumah saya, maka seharusnya pemerintah dapat menyediakan truk sampah agar masyarakat tidak membuang sampah di selokan. Tapi, pertama-tama kesadaran masyarakatlah yang penting untuk ditumbuhkan. Karena pada dasarnya, kebiasaan buruk tersebut pada akhirnya akan merugikan masyarakat kembali.
Salah satu solusi atas permasalahan sampah ini adalah pengoperasian gerobak-gerobak sampah yang dapat mengangkut sampah ke kontainer sampah yang letaknya sedikit jauh dari pemukiman. Keluarga saya telah menjadi langganan gerobak sampah yang dioperasikan oleh anak-anak muda sekitar pemukiman. Dengan memungut biaya 2000 rupiah, sampah rumah tangga akan dijemput oleh mereka untuk dibawa ke kontainer. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang merasa berat untuk membayar dan menganggap akan jauh lebih praktis membuang sampah di selokan. Gratis pula.
Bertahun-tahun sebelumnya, pemerintah mencanangkan program kebersihan, dimana setiap minggu dilakukan gotong-royong membersihkan lingkungan kami. Program ini mengutamakan keikutsertaan masyarakat kalangan menengah kebawah karena pada akhir kegiatan, dibagikanlah bahan-bahan pokok macam gula pasir, beras, minyak goreng, secara gratis. Program ini pada akhirnya menunjang tercapainya 2 hal, bantuan sosial kepada masyarakat miskin dan kebersihan lingkungan. Sayang sekali program ini terhenti tanpa sebab yang jelas.
Bantuan anggota Tentara Nasional Indonesia dalam menjaga kebersihan lingkungan tentu saja sangat bermanfaat bagi masyarakat. Namun, pekerjaan rumah dalam hal kebersihan lingkungan tidak berhenti sampai di situ. Pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membuat program-program peduli lingkungan. Masyarakat tak kalah bertanggungjawabnya dalam hal ini. Program apapun yang nantinya akan dilaksanakan tidak akan berhasil tanpa peran aktif masyarakat yang didukung dengan kesadarn penuh. Pada akhirnya, lingkungan harus dipandang sebagai aset bersama agar tidak ada saling lempar tanggung jawab dalam pemeliharaannya.
Namun, satu hal yang pasti, kita harus memberi apresiasi tinggi terhadap anggota TNI kita yang telah dengan susah payah membantu masyarakat kita mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, dan bersahabat. :)
Anggota TNI ikut membersihkan kanal di Makassar (1) gambar ini diambil di sini |
Kondisi kanal yang dibersihkan sekitar bulan September 2011. gambar ini diambil di sini |
wah..wah Hidup TNI!! ^_^ btw senangq ks makan itu ikan2 koi di dinding blogmu. hahah
BalasHapus