Halo! Selamat hari Jumat. Selagi saya sedang dalam mood ingin bercerita, maka menulislah saya.
Baru-baru ini saya tersadar dengan kekuatan the almighty google. Bukannya saya baru menggunakan mesin pencari ini akhir-akhir ini, tapi saya baru benar-benar memaksimalkan kerja google di hidup saya. #tssaaaahhh
Saya baru-baru ini tersadar kalau saya bisa mencari apa saja di google. Apa saja. Seperti waktu saya melihat twit teman saya tentang Susan Boyle yang didiagnosa terkena syndrome asperger. Sebenarnya mudah saja kalau saya mau tahu syndrome asperger itu apa dengan bertanya ke teman saya yang ngetwit tadi. Tapi kok malah merepotkan orang lain? Lebih baik saya meluncur ke google. Saya bisa membaca banyak artikel tentang sindrom ini, mulai dari gejalanya hingga treatmentnya. Easy peasy.
Pernah suatu hari saya penasaran dengan kerja hormon manusia saat jatuh cinta. Hormon apa saja yang bekerja yang bisa membuat sesorang gembira terus-terusan, susah tidur, dan malas makan. Saya ingin tahu penjelasan ilmiah dibalik semua silly symptoms tersebut. Dan semua bisa ditemukan melalui mesin pencari. Voila!
Pernah pula saya mencari segala sesuatu tentang mimpi. Kenapa kita bisa bermimpi? Kenapa kita bisa bermimpi tentang seseorang yang bahkan tidak muncul di pikiran kita sebulan belakangan? Kenapa ada malam yang dilewati tanpa mimpi? Semua pertanyaan-pertanyaan itu sangat mengganggu bagi saya. Jadi jalan keluarnya adalah dengan mencari jawaban. Jawaban yang logis. Saya sudah bosan dengan twit macam "if you cant sleep at night, that's because you're awake in someone else's dream". Blah!
Ngomong-ngomong soal mimpi, beberapa minggu belakangan hampir tiap malam saya bermimpi. Mimpi-mimpi yang sangat jelas. Maksudnya ceritanya jelas, seperti menonton film. Tapi tentu saja, tipikal mimpi, alur dan setting nya seakan meloncat-loncat. Tapi ada satu hal yang hampir selalu terulang di mimpi saya. Settingnya. Hampir selalu berlokasi di kota kelahiran saya. Tempat saya dibesarkan. Setelah beberapa lama saya baru menyadari hal ini. Saya biasanya terbangun dan menemukan bahwa saya bisa mengingat salah satu tempat di kota itu yang nyangkut di mimpi saya. Meresahkan sekali.
Kenapa alam bawah sadar saya terus menampilkan kota itu mungkin ada hubungannya dengan kedekatan saya dengan kota itu. Di tahun 2013 ini, dari 12 bulan, sekita 4-5 bulan saya habiskan di kota itu. Untuk magang dan liburan. Dan saya betah. Saya senang hidup di kota terpencil yang tidak memiliki mall dan bioskop itu. Selama di sana saya bahkan tidak merindukan mall dan bioskop. Saya senang menghabiskan waktu dengan berenang, bersepeda atau berjalan kaki sejauh kaki saya mampu. Satu-satunya yang saya rindukan dari kota adalah "being anonymous". Hal baik yang ditawarkan kota besar, selain event-event seni, adalah menjadi "bukan siapa-siapa". Saya bisa ke tempat ramai tanpa bertemu orang yang saya kenal. Atau duduk membaca di kafe tanpa ada yang mempedulikan. Bukannya saya antisosial, hanya saja kadang saya malas berbasa-basi dengan orang lain dan lebih memilih tenggelam dalam pikiran saya sendiri. Di kota kecil, seperti kota itu, saya hampir setiap hari bertemu orang yang saya kenal yang harus saya ajak berbasa-basi.
Kembali ke mimpi-mimpi. Mungkinkah alam bawah sadar saya mengirim sinyal bahwa sebenarnya saya ingin tinggal menetap di kota itu? Atau saya secara tidak sadar masih terlalu sering memikirkan kota itu hingga terbawa mimpi? Saya ingat kata seseorang tentang Bath, kota kecil di Inggris tempat ia tinggal sekarang. Ia seorang mahasiswa Vietnam yang berkewarganegaraan Bulgaria dan sekarang sedang kuliah di Inggris. Katanya, "Bath is a lovely place. It feels like i already found a place on earth where I belong." Kalimat itu membuat saya berpikir. Is that town is a place where I belong?Sejauh ini kota itu memang tempat favorit saya. But, is that a place on earth where I belong? Saya tidak yakin. Saya belum berjalan cukup jauh untuk mencari tahu. Satu-satunya jalan untuk mencari tahu adalah berjalan lebih jauh. Saya harus melihat banyak tempat yang lain sebelum bisa memutuskan.
Mungkin juga mimpi itu adalah sinyal. Karena ternyata beberapa hari yang lalu saya mendapat tawaran untuk bekerja di kota itu. Menggiurkan? Jelas. Tapi saya juga ada tawaran bekerja di tempat lain. Tempat yang tidak saya ketahui akan di mana. Bisa saja di kota ini, bisa pula di kota lain. Saya memilih melepaskan tawaran di kota itu. Saya ingat prinsip "life begins at the end of your comfort zone". Bagi saya kota itu adalah comfort zone saya, maka sekarang bukan saatnya kembali ke sana. Sekarang waktunya saya mulai berjalan jauh. Lagipula sekarang saya sedang merencanakan sesuatu. Dan menetap di kota itu sedikit banyak cukup menghambat rencana saya.
Agak aneh juga tulisan ini dimulai dengan cerita tentang google lalu berakhir di curhatan saya tentang hal-hal yang tak begitu penting. Tapi dengan menulis ini agak lega juga rasanya. Sepertinya untuk pertama kali di hidup saya, saya sedang -mulai membuat rencana jangka panjang untuk hidup saya. Saya rasa 2014 akan jadi tahun yang menyenangkan.
Selamat berkontemplasi tentang 2013 dan merencanakan 2014! Selamat menikmati Desember! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar