Saya ingat seseorang pernah berkata, “Kalau kau mau mengerti
romantis itu apa, coba kamu pandangi lukisan Starry Night karya Van Gogh.”
Benar saja, tak perlu jiwa seni yang tinggi untuk “merasakan” lukisan itu. Bagi
si pemberi saran, yang terasa adalah keromantisan. Bagi saya, lukisan itu
memberi rasa magis.
Belanda bagi saya adalah Negara yang membuat seni dan budaya
menjadi friendly. Bukan, bukan karena
jumlah museum dan galeri di Belanda berjumlah ratusan. Jika dihitung jumlah
museum kita dari sabang sampai merauke juga akan mencapai ratusan, tapi apakah
kita ramah seni dan budaya? Belum tentu. Juga bukan karena seniman-seniman
Belanda yang terkenal di seluruh dunia. Sebut saja Van Gogh, Rembrandt, dan
Johannes Vermeer yang lukisannya dihargai jutaan dollar. Tetapi terkenalnya
para seniman suatu Negara tidak lantas menjadikan Negara tersebut ramah seni
dan budaya. Hal yang Belanda lakukan adalah, memberi penghargaan yang tinggi
pada seni dan budaya nasionalnya.
Pada beberapa program Belanda secara aktif mengajak
masyarakatnya untuk lebih dekat dengan seni dan budaya. National Museum Weekend
misalnya. Mengratiskan atau memberi potongan harga untuk kunjungan ke museum-museum
di seluruh penjuru Belanda pada akhir pekan pertama di bulan April. Kegiatan
ini sukses menarik jutaan pengunjung untuk berakhir pekan di museum yang
berjumlah ratusan. Seharusnya memang museum menjadi alternatif liburan bagi
masyarakat, bukan semata-mata tujuan karya wisata siswa sekolah. Melalui
National Museum Weekend, Belanda mengajak masyarakatnya untuk menikmati akhir
pekan mereka di museum.
Selain itu ada pula Holland
Art Cities. Di tahun 2009 dan 2010 museum-museum di empat kota besar di
Belanda, yaitu Amsterdam, The Hague, Rotterdam, dan Utrecht melakukan pameran
besar-besaran. Kagiatan ini diklaim sebagai the
highest concentration of art per square in the world. Mengingat keempat
kota tersebut yang letaknya berdekatan dn jumlah karya seni yang dipamerkan,
rasanya klaim tersebut tidak dilebih-lebihkan. Dalam kegiatan ini penyelenggara
memamerkan lukisan Starry Night karya
Van Gogh yang dipinjam dari Museum of Modern Art di New York, yang menjadi
rumah lukisan ini. “Kepulangan” sementara lukisan ini, selain dalam meramaikan
kegiatan Holland Art Cities,
dimaksudkan agar warga Belanda dapat melihat karya asli seniman mereka.
Menurut saya, kedua kegiatan ini adalah bentuk penghargaan
Belanda terhadap seni dan budaya. Negara ini tidak hanya memamerkan seni dan
budaya nasionalnya, tapi juga menjadikannya bagian dari masyarakat. Sehingga
kesenian dan budaya lokal tidak hanya menjadi konsumsi turis.
Menulis artikel ini sambil mengingat museum di kota saya
rasanya miris. Museum La Galigo yang terletak di kompleks Benteng Rotterdam di
Makassar adalah salah satu tempat favorit saya. Sayang, bagi sebagian orang
museum ini hanya jadi bagian landmark kota tanpa perlu dikunjungi. Belum lagi
Museum Kota, yang jika kau melintas di depannya pukul sepuluh pagi maka kau
hanya akan menemukan pintu yang masih terkunci rapat. Bercermin pada dua museum tersebut, jika ada hal yang saya
sangat ingin Indonesia contoh dari Belanda, saya akan memilih keramahan belanda
pada seni dan budaya.